Rendahnya kadar testosteron pada pria bisa memicu berbagai masalah kesehatan. Pengobatan bisa dilakukan dengan pemberian hormon testosterone pengganti.
Golongan obat: hormon androgen
Merek dagang testosterone: Androgel, Andriol Testocaps, Nebido, Sustanon 250
Apa itu obat testosteron?
Testosterone adalah kandungan dalam obat terapi hormon yang digunakan untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan akibat rendahnya kadar hormon testosteron dalam tubuh.
Kondisi yang juga disebut hipogonadisme ini bisa disebabkan oleh gangguan pada testis, kelenjar pituitari, atau kelenjar hipotalamus yang terletak di otak.
Sementara itu, dokter tidak akan memberikan obat testosteron untuk mengobati kadar hormon yang rendah akibat penuaan atau penggunaan di luar tujuan medis.
Obat ini terdiri dari testosterone propionate, testosterone phenylpropionate, testosterone isocaproate, testosterone decanoate, dan testosterone undecanoate.
Selain terkandung dalam obat, testosteron sendiri sebenarnya merupakan hormon reproduksi yang dihasilkan secara alami oleh testis.
Pada laki-laki, hormon testosteron berperan dalam memengaruhi beberapa hal, seperti:
- perkembangan organ reproduksi pria,
- pertumbuhan rambut pada tubuh dan wajah,
- pembentukan karakteristik suara,
- kepadatan tulang dan massa otot,
- gairah seksual (libiido), dan
- produksi sperma.
Kadar hormon testosteron yang normal juga membantu menghindarkan Anda dari risiko tekanan darah tinggi (hipertensi) dan serangan jantung.
Tidak hanya dihasilkan dalam tubuh pria, terdapat juga hormon testosteron pada tubuh wanita walau dalam jumlah yang relatif lebih sedikit.
Dosis testosterone
Testosterone tersedia dalam suntikan ke otot (injeksi intramuskular/IM) dan kapsul lunak oral untuk diminum melalui mulut.
Selain itu, ada pula sediaan testosteron gel yang dipakai dengan cara dioleskan ke permukaan kulit (transdermal).
Berikut ini merupakan aturan pemberian dosis obat testosteron yang perlu Anda perhatikan.
Dosis obat testosteron suntikan
Dosis obat untuk orang dewasa dan lansia akan bergantung pada bahan aktif yang dimilikinya.
Untuk bahan aktif testosterone undecanoate (Nebido), dokter akan memberikan dosis 1.000 mg (1.000 mg/4 mL) setiap 10–14 minggu untuk mempertahankan kadar testosteron tubuh.
Jarak antarsuntikan dapat dikurangi menjadi 6 minggu, tergantung pada kadar testosteron serum dan gejala klinis yang terjadi pada pasien.
Sementara pada kombinasi bahan aktif testosterone propionate, testosterone phenylpropionate, testosterone isocaproate, dan testosterone decanoate (Sustanon 250), dokter dapat memberikan dosis 250 mg (250 mg/mL) setiap 3 minggu.
Suntikan testosteron tidak diindikasikan untuk anak-anak dan remaja serta belum dievaluasi secara klinis untuk pria berusia di bawah 18 tahun.
Dosis obat testosteron oral
Obat testosteron oral umumnya mengandung bahan aktif testosterone undecanoate (Andriol Testocaps) dengan dosis 40 mg per kapsulnya.
Dosis awal 120–160 mg per hari diresepkan selama 2–3 minggu. Lalu, ini akan disesuaikan menjadi dosis pemeliharaan 40–120 mg per hari tergantung respon pasien.
Testosterone merupakan obat yang diminum setelah makan. Minumlah obat ini dua kali sehari, yakni pada pagi dan malam hari.
Pasien harus minum obat kapsul secara utuh. Apabila dosis obat per hari tidak genap, dosis obat yang lebih tinggi perlu diminum pada pagi hari.
Selalu konsultasikan dengan dokter atau apoteker untuk menentukan dosis yang tepat.
Dosis obat testosteron transdermal
Dosis testosteron gel yang dianjurkan untuk orang dewasa dan lansia yakni 5 gram per hari. Obat dioleskan sekali sehari pada waktu yang sama, sebaiknya pada pagi hari.
Peningkatan dosis dimungkinkan sesuai arahan dokter, tetapi tidak melebihi 10 gram gel per hari.
Gel harus dioleskan dengan lembut ke kulit yang bersih, kering, dan sehat, baik pada bahu, lengan, maupun perut.
Biarkan gel mengering selama 3–5 menit sebelum berpakaian. Cuci tangan Anda dengan sabun dan air setiap kali selesai mengoleskan gel.
Jangan mengoleskan gel ke area organ genital pria karena kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan iritasi kulit.
Aturan pakai testosterone
Ikuti anjuran dokter atau petugas medis selama menggunakan obat testosteron.
Untuk obat suntik, dokter atau tenaga medis yang menangani Anda akan memberikan obat ini melalui suntikan ke otot (intramuskular/IM). Dosis obat yang diberikan akan disesuaikan dengan hasil diagnosis dan respons tubuh pasien.
Untuk obat oral, Anda perlu minum sesuai dosis yang diresepkan dokter. Testosteron tersedia dalam kapsul lunak yang diminum secara utuh dengan bantuan air.
Obat ini bekerja lebih baik saat jumlahnya dalam tubuh berada dalam level konstan. Maka dari itu, minum obat ini pada waktu yang sama setiap hari.
Untuk obat transdermal, oleskan gel secara rutin sekali sehari pada area yang tertutup pakaian, seperti bahu, lengan, maupun perut.
Pastikan selalu mencuci tangan dengan sabun dan air setelah memakai gel testosteron guna mencegah paparan terhadap orang lain, terutama wanita dan anak-anak.
Jika tidak sengaja terpapar, pastikan segera mencuci tangan dengan air dan sabun. Hindari juga untuk tidak mandi atau berenang dua jam setelah pemakaian gel.
Jangan menggunakan obat lebih banyak atau sedikit dari yang diresepkan. Berhati-hatilah juga untuk tidak melewatkan dosis obat.
Selain itu, berhenti memakai obat juga bisa mengurangi efektivitas pengobatan. Konsultasikanlah dengan dokter untuk memperoleh saran penggunaan obat yang tepat.
Efek samping testosterone
Testosterone tentu berpotensi memicu efek samping obat, sama halnya dengan obat-obatan lain. Meski begitu, tidak semua orang mengalami efek samping berikut ini.
Efek samping umum
Beberapa efek samping yang umum terjadi setelah penggunaan obat testosteron meliputi:
- peningkatkan sel darah merah,
- muka memerah dan jerawat,
- penambahan berat badan, dan
- nyeri, memar, atau iritasi di area suntikan.
Efek samping tidak umum
Penggunaan obat ini mungkin menimbulkan sejumlah efek samping kurang umum, meliputi:
- penumpukan cairan dalam tubuh,
- pertumbuhan tulang yang berlebihan,
- tekanan darah tinggi (hipertensi),
- peningkatan kolesterol,
- sakit kepala,
- nyeri otot (myalgia),
- depresi dan gangguan kecemasan,
- pendarahan pada sistem pencernaan,
- perubahan hasrat seksual,
- ereksi penis berkepanjangan,
- payudara membesar pada pria (ginekomastia),
- gangguan ejakulasi, dan
- gangguan dan pembesaran prostat.
Segera cari bantuan medis bila muncul gejala alergi obat, seperti kulit gatal, kesulitan bernapas, serta pembengkakan pada wajah, lidah, atau tenggorokan.
Tidak semua orang mengalami efek samping seperti di atas. Selain itu, mungkin ada beberapa efek samping yang tidak disebutkan dari penggunaan obat ini.
Apabila Anda mengalami kekhawatiran mengenai efek samping tertentu, konsultasikan dengan dokter atau apoteker Anda.
Peringatan dan perhatian saat pakai obat testosteron
Sebelum mendapatkan testosterone, dokter atau petugas medis akan bertanya terkait gejala dan riwayat kesehatan yang Anda alami sebelumnya.
Beri tahukan dokter Anda bila mengalami beberapa kondisi seperti berikut.
- Mengidap gangguan jantung, ginjal, atau hati yang dapat memicu penumpukan cairan dalam tubuh yang terkadang disertai gagal jantung akibat pengobatan testosteron.
- Mengidap gangguan pembekuan darah seperti hemofilia dan trombofilia maupun punya faktor risiko, seperti merokok, kegemukan, dan riwayat keluarga.
- Mengalami gangguan pernapasan saat tidur (sleep apnea) karena kondisi ini mungkin bisa menjadi lebih buruk setelah pemberian obat.
- Memiliki riwayat kesehatan lain, seperti kolesterol tinggi, hipertensi, epilepsi, migrain, kanker paru, kanker ginjal, maupun kanker payudara.
- Sedang dalam kondisi hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui saat menggunakan obat.
- Pernah atau sedang menggunakan obat resep dan nonresep, vitamin, suplemen gizi, dan produk herbal.
Apabila tidak bisa memastikan kondisi tersebut, konsultasikanlah dengan dokter Anda untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut terlebih dahulu.
Obat ini tidak memerlukan kondisi penyimpanan khusus. Testosterone sebaiknya disimpan dalam suhu ruangan berkisar 25°C yang jauh dari cahaya langsung.
Perhatikan instruksi penyimpanan dan tanggal kedaluwarsa obat pada kemasan. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.
Apakah obat testosteron aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Obat testosteron tidak boleh digunakan oleh untuk wanita, termasuk bagi wanita yang sedang hamil, berencana hamil, maupun sedang menyusui.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), testosterone masuk ke dalam risiko kehamilan kategori X (kontraindikasi) dan tidak diperuntukan bagi ibu hamil.
Pastikan konsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum menggunakan obat ini.
Interaksi dengan obat lain
Interaksi obat bisa mengubah kinerja obat atau meningkatkan risiko efek samping yang serius.
Beberapa jenis obat yang bisa menimbulkan interaksi dengan testosterone, antara lain:
- siklosporin,
- warfarin,
- insulin,
- rifampisin,
- ritonavir,
- fenitoin, dan
- karbamazepin.
Selain dari daftar tersebut, tentu masih ada obat-obatan lain yang dapat menimbulkan interaksi dan mungkin belum tercantum di atas.
Konsultasikan dengan dokter dan apoteker Anda terkait semua produk yang sedang digunakan, termasuk obat resep, nonresep, vitamin, dan produk herbal.
Testosterone adalah obat yang digunakan untuk mengobati berbagai masalah kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan hormon reproduksi pria.
Selain dengan terapi hormon, pengobatan juga perlu diimbangi dengan perubahan gaya hidup sehat, seperti rutin olahraga dan mengonsumsi makanan sehat.
[embed-health-tool-bmi]