Setiap jenis narkotika dan obat-obatan terlarang memiliki efek yang berbeda, baik secara fisik dan mental. Berikut ini penjelasan mengenai berbagai jenis narkotika yang paling populer di Indonesia dan dampak negatifnya yang perlu Anda ketahui.
Apa itu narkoba?
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan terlarang. Keduanya merupakan zat yang memengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang, serta memicu ketergantungan.
Selain narkoba, istilah lain yang diperkenalkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah NAPZA atau singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya.
Pada umumnya, narkoba terbagi dalam empat kelompok besar berikut ini.
Kelompok | Jenis Narkoba |
Cannabis/kanabis | Ganja (mariyuana) dan getah ganja (hashish) |
Amphetamine Type Stimulants (ATS) | amfetamin, ekstasi, katinon, dan sabu (metamfetamin) |
Opiad | heroin, morfin, opium, petidin, kodein, subutex, suboxone, dan metadon |
Tranquilliser/penenang | luminal, nipam, pil koplo, mogadon, valium, camlet, dumolid, kokain, dan ketamin |
Jenis narkotika paling populer di Indonesia
Kandungan yang terdapat dalam narkotika dan obat-obatan terlarang bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan, terutama bila disalahgunakan.
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), berikut ini merupakan beberapa jenis narkotika yang paling sering dikonsumsi di Indonesia.
1. Ganja
Nama lain: cimeng, mariyuana, gele, pocong
Ganja merujuk pada daun kering dari tanaman mariyuana (Cannabis sativa). Daun ini memiliki kandungan senyawa delta-9 tetrahydrocannabinol (THC) yang dapat memabukkan.
Jenis narkotika ini paling banyak digunakan di Indonesia. Menurut data Indonesia Drugs Report 2022, sebanyak 41,4% pengguna narkoba di Indonesia menggunakan ganja dan getah ganja (hashish).
Kebanyakan orang menggunakan ganja kering dengan memasukkannya ke dalam lintingan rokok.
Untuk menghindari asap yang terlalu banyak, sebagian pengguna ganja juga menggunakan alat penguap (vaporizer) yang disebut bong.
Alat ini menarik THC dan senyawa lain dari ganja, lalu mengumpulkan uap pada unit penyimpanannya. Pengguna ganja kemudian menghirup uap tersebut untuk merasakan sensasinya.
Efek ganja jangka pendek
THC di dalam ganja bekerja pada reseptor sel otak yang bereaksi terhadap senyawa alami dalam tubuh yang memiliki efek mirip THC.
Ganja akan memaksa bagian otak tersebut untuk melepaskan dopamin dalam kadar yang banyak sehingga pengguna akan merasakan “high” atau teler.
Selain itu, berikut adalah beberapa efek jangka pendek dari narkotika ini.
- Perubahan persepsi waktu.
- Perubahan suasana hati.
- Gerakan tubuh yang terganggu.
- Gangguan memori atau daya ingat.
- Kesulitan berpikir dan memecahkan masalah.
Efek ganja jangka panjang
Ganja menurunkan fungsi otak yang mengatur daya ingat dan fungsi belajar. Efek narkotika tersebut dapat bertahan lama atau bahkan permanen.
Penggunaan ganja dalam jangka panjang dan dosis tinggi dapat menimbulkan dampak berikut ini.
- Iritasi hingga infeksi pada paru-paru akibat paparan asap ganja.
- Peningkatan denyut jantung hingga serangan jantung.
- Kelainan otak dan perilaku bayi pada ibu yang memakai ganja selama kehamilan.
- Gangguan psikosis yang ditandai dengan halusinasi dan delusi.
2. Sabu
Nama lain: meth, metamfetamin, kristal, kapur, es
Sabu atau methamphetamine adalah obat stimulan yang sangat adiktif. Warnanya putih, tidak berbau, terasa pahit, dan berbentuk seperti kristal.
BNN menyebutkan sabu sebagai narkoba peringkat ke-2 yang sering dikonsumsi di Indonesia. Setidaknya 25,7% dari pengguna narkoba menggunakan sabu dan golongan ATS lainnya.
Jenis narkotika ini dapat dikonsumsi dengan cara dimakan, dimasukan ke dalam rokok, diisap, dan dilarutkan dengan air atau alkohol lalu disuntikan ke tubuh.
Merokok atau menyuntikan sabu memberikan efek euforia yang cepat pada otak. Karena efek ini memudar dengan cepat, pengguna sering kali memakainya berulang kali.
Efek sabu jangka pendek
Sabu meningkatkan jumlah dopamin dengan pesat sehingga menghasilkan euforia mendadak. Namun, efek ini cenderung singkat sehingga pengguna akan terus menambah dosisnya.
Sebagai stimulan kuat, konsumsi sabu dalam dosis kecil bisa menimbulkan berbagai efek berikut pada tubuh.
- Peningkatan kewaspadaan.
- Gangguan tidur atau insomnia.
- Euforia dan sikap terburu-buru.
- Denyut jantung cepat dan tidak teratur.
- Penurunan nafsu makan.
- Pola pernapasan lebih cepat.
- Peningkatan tekanan darah dan suhu tubuh (hipertermia).
Efek sabu jangka panjang
Toleransi efek euforia akan muncul jika sabu digunakan berulang kali. Pengguna akan selalu menginginkan dosis yang lebih tinggi untuk mendapatkan efek yang mereka inginkan.
Ketika tidak mengonsumsi sabu, mereka juga berisiko mengalami gejala depresi, cemas, kelelahan, serta keinginan kuat untuk mengonsumsi obat.
Bahkan, studi yang dimuat dalam Journal of Neurology, Neurosurgery, and Psychiatry (2017) juga menemukan bahwa penggunaan sabu dapat meningkatkan risiko stroke.
Berikut ini ini adalah beberapa efek sabu jangka panjang terhadap fisik dan mental.
- Paranoia, halusinasi, dan aktivitas motorik yang berulang.
- Perubahan struktur dan fungsi otak.
- Menurunnya kemampuan berpikir dan kemampuan motorik.
- Kecanduan.
- Melemahnya konsentrasi.
- Hilang ingatan.
- Perilaku agresif atau kekerasan.
- Gangguan suasana hati.
- Masalah gigi yang parah.
- Menurunnya berat badan.
3. Ekstasi
Nama lain: E, X, XTC, inex
Ekstasi atau 3,4-methylenedioxymethamphetamine (MDMA) adalah bahan kimia sintetis yang bisa mengubah mood dan persepsi. Narkotika ini meniru efek stimulan dan halusinogen.
Pada awalnya, ekstasi dipatenkan oleh perusahaan farmasi Jerman, Merck, pada 1910. Obat ini digunakan untuk meningkatkan suasana hati dan nafsu makan.
Namun, pada tahun 1985, AS Drug Enforcement (DEA) melarang penggunaan obat ini karena memiliki potensi sebagai agen perusak otak.
Meski tidak sebanyak sabu, ekstasi yang memiliki efek stimulan ini menduduki peringkat ke-5 sebagai narkotika dengan angka kasus terbanyak di Indonesia, yakni 485 kasus.
Efek ekstasi jangka pendek
Pengguna biasanya akan merasakan efek ekstasi 30 menit setelah mengonsumsi obat ini. Efek narkotika ini kemudian akan bertahan cukup lama, yakni sekitar 3–6 jam.
Dalam jangka pendek, pengguna ekstasi dapat merasakan beberapa efek seperti berikut.
- Penurunan nafsu makan.
- Insomnia.
- Pusing dan demam.
- Kram otot.
- Tubuh gemetar (tremor).
- Berkeringat dingin.
- Penglihatan buram.
- Peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.
- Menegangnya mulut, wajah dan dagu.
Efek ekstasi jangka panjang
Para peneliti percaya bahwa ekstasi dapat menyebabkan kebocoran serotonin pada otak penggunanya. Kondisi ini juga dikenal sebagai serotonin syndrome.
Kondisi ini dapat berlangsung dalam waktu yang lama, bahkan setelah penggunaan berakhir. Selain kebocoran serotonin, berikut ini adalah beberapa efek ekstasi jangka panjang.
- Kecanduan.
- Serangan panik.
- Depresi.
- Masalah tidur dan insomnia.
- Gangguan memori dan perhatian.
- Ketidakmampuan untuk membedakan realita dan fantasi.
- Penurunan minat dan kesenangan akan seks.
4. Heroin
Nama lain: putaw, bedak, etep
Heroin adalah narkotika yang diproses dari morfin, yaitu senyawa alami yang dari ekstrak benih biji tanaman poppy varietas tertentu, seperti Papaver somniferum.
Biasanya, jenis narkotika ini berbentuk serbuk putih atau kecokelatan. Ada juga yang berbentuk cairan lengket kehitaman yang disebut black tar heroin.
Heroin digunakan dengan cara diisap atau dimasukkan ke dalam rokok. Narkotika ini juga bisa dipakai dengan cara disuntikkan setelah dilarutkan dan dipanaskan di atas sendok.
Menurut Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba oleh BNN, heroin digunakan oleh sekitar 1,5% dari seluruh pengguna narkotika di Indonesia sepanjang 2021.
Efek heroin jangka pendek
Setelah heroin masuk ke dalam tubuh dan mencapai otak, senyawa ini akan berubah menjadi morfin dan mengikat dengan cepat ke reseptor opiad.
Pengguna biasanya merasakan sensasi kegembiraan secara terburu-buru. Namun, intensitasnya tergantung dari banyaknya jumlah narkotika yang dikonsumsi.
Secara umum, penggunaan heroin dalam jangka pendek bisa menimbulkan efek berikut ini.
- Demam.
- Kemerahan pada kulit
- Mulut kering.
- Mual dan muntah.
- Gatal yang parah.
- Sensasi berat pada lengan dan kaki.
- Pikiran berkabut (brain fog).
Efek heroin jangka panjang
Narkotika ini bisa mengubah struktur fisik dan fisiologis otak. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan pada sistem saraf dan hormon dalam jangka panjang.
Penelitian menunjukkan bahwa kerusakan otak akibat heroin dapat memengaruhi pengambilan keputusan, perilaku, dan tanggapan terhadap situasi stres pada penggunanya.
Berikut ini beberapa efek heroin jangka panjang terhadap tubuh yang perlu diwaspadai.
- Kerusakan gigi dan gusi.
- Penurunan sistem kekebalan tubuh.
- Kelelahan dan kelemahan yang tidak biasa.
- Nafsu makan buruk dan kekurangan gizi.
- Insomnia.
- Penurunan fungsi seksual.
- Kerusakan hati atau ginjal permanen.
- Infeksi katup jantung.
- Keguguran.
- Kecanduan yang memicu kematian.
Penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang akan merusak dan mengganggu berbagai aspek dalam kehidupan Anda. Satu-satunya cara untuk menghindari dampak narkoba ialah dengan menjauhinya sama sekali.
Kesimpulan
- Setiap narkotika dan obat-obatan terlarang memiliki efek yang berbeda terhadap fisik dan mental.
- Jenis narkotika terpopuler di Indonesia yaitu ganja, sabu, ekstasi, dan heroin.
- Meskipun memberi efek bahagia dan tenang, dampak jangka pendek dan panjangnya akan mengganggu kesehatan dan kualitas hidup Anda.
[embed-health-tool-bmi]