backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Euforia, Luapan Rasa Gembira yang Bisa Berdampak Positif dan Negatif

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 11/02/2021

    Euforia, Luapan Rasa Gembira yang Bisa Berdampak Positif dan Negatif

    Mendapatkan nilai sempurna dalam ujian, mendapat bonus tambahan dari atasan, atau memenangkan undian liburan pasti membuat Anda senang bukan kepalang. Perasaan gembira yang Anda rasakan ini adalah euforia (euphoria). Meski dapat muncul secara alami, beberapa orang juga bisa mengalami kegembiraan ini lewat cara yang tidak sehat. Kok bisa? Yuk, kenali lebih dalam hal ini pada ulasan berikut.

    Apa itu euforia (euphoria)?

    Menurut National Institute of Drug Abuse, euforia atau europhia artinya adalah perasaan gembira yang muncul karena peristiwa membahagiakan atau aktivitas tertentu yang memicu perasaan bahagia.

    Euphoria yang sehat biasanya terjadi secara alami. Kondisi ini sangat mungkin Anda rasakan ketika Anda mendapatkan perhatian dari orang yang disukai, mencapai puncak gunung ketika mendaki, atau bisa juga karena meluncur dari perosotan di wahana permainan air.

    Rasa gembira yang muncul secara alami ini ternyata memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, di antaranya:

  • Menurunkan risiko penyakit jantung yang bisa dipicu oleh stres berat akibat hidup tidak bahagia, tekanan darah tinggi, dan memperbaiki kualitas tidur.
  • Menjauhkan diri dari penyakit mental karena membuat seseorang berpikiran positif dan meningkatkan kemampuan dalam memecah masalah.
  • Meski begitu, tidak semua euphoria itu mengarah pada hal yang baik. Pasalnya, rasa gembira juga bisa muncul akibat penyalahgunaan obat-obatan atau masalah kesehatan tertentu.

    Apa yang dapat menyebabkan euforia?

    Penyebab alami dari euforia (euphoria) adalah berbagai hal yang menimbulkan perasaan bahagia. Penyebab lainnya antara lain faktor kesengajaan dalam menggunakan obat-obatan tertentu atau kelainan fisik pada otak.

    Penggunaan obat-obatan tersebut di antaranya adalah kokain (obat adiktif yang terbuat dari tanaman koka), obat Gamma-hydroxybutyrate (GHB) untuk narkolepsi, opium, atau ganja.

    Obat-obatan ini memanipulasi otak dengan menganggap bahwa penggunaan obat yang memicu perasaan gembira memberikan manfaat bagi tubuh. Ini karena obat tersebut menyebabkan lonjakan dopamin, yakni zat kimiawi otak yang memicu euforia.

    Otak akan menyesuaikan diri dosis obat dan dosisnya akan terus bertambah, setelah berulang kali dikonsumsi. Kondisi ini akan membuat pengguna obat merasa ketagihan dan terus-menerus menambah dosis. Inilah yang Anda kenal dengan istilah kecanduan obat.

    Otak tertipu oleh efek euforia dari obat dan  ini adalah cara yang tidak sehat dan sebaiknya dihindari karena bisa menimbulkan efek samping lain yang merugikan tubuh.

    Sementara itu, kelainan fisik pada otak diyakni menjadi salah satu penyebab dari bipolar disorder dan skizofrenia. Nah, orang yang mengidap gangguan mental ini umumnya akan merasakan euphoria sebagai salah satu gejalanya.

    Bipolar disorder sendiri adalah penyakit mental yang menyebabkan perubahan suasana hati ekstrem, mulai dari mania, hipomania, dan depresi. Sementara skizofrenia merupakan gangguan mental yang membuat penderitanya tidak dapat membedakan khayalan dan kenyataan.

    Tanda-tanda euforia yang baik dan buruk pada tubuh

    efek narkoba pada otak

    Euphoria yang baik dan menyehatkan bisa ditandai dengan perasaan senang dan ditunjukkan dengan bahasa tubuh, seperti Anda tersenyum lebar, tertawa, berteriak bahagia, bahkan bisa juga menangis saking bahagianya. Anda mungkin juga melakukan gerakan tubuh mengulang (repetisi), seperti bertepuk tangan atau melompat-lompat kegirangan.

    Sementara itu, pada orang yang mengalami euforia karena kecanduan obat, tanda-tanda yang dimunculkan adalah perasaan senang yang digambarkan seperti terbang melayang. Kondisi ini biasanya diikuti oleh gejala tekanan darah dan detak jantung meningkat, mata merah, mulut kering, dan koordinasi tubuh menurun.

    Pada orang yang mengalami bipolar disorder, biasanya perasaan senang terjadi saat episode mania. Episode ini menyebabkan penderitanya menjadi sangat bersemangat dan berenergi, kadang melakukan tindakan impulsif yang tidak rasional.

    Pada penderita skizofrenia, mengalami euphoria diikuti dengan gejala halusinasi atau delusi. Penderitanya akan mendengar dan melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada atau punya keyakinan tidak biasa yang tidak nyata.

    Jika berdampak buruk, bagaimana cara mengatasinya?

    Perasaan senang yang alami tentu tidak perlu Anda khawatirkan karena ini menyehatkan tubuh. Sebaliknya, yang perlu Anda waspadai adalah euforia yang muncul karena kecanduan atau penyakit mental. Pasalnya, jika dibiarkan overdosis atau kondisi yang membahayakan jiwa dapat terjadi kapan saja.

    Orang yang kecanduan umumnya akan direkomendasikan dokter untuk menjalani rehabilitasi dan terapi. Namun, jika sudah menimbulkantanda overdosis obat, penderitanya akan mendapat perawatan intensif di rumah sakit. Begitu juga dengan penderita bipolar disorder dan skizofrenia.

    Mereka akan direkomendasikan untuk mengikuti psikoterapi, lebih tepatnya terapi perilaku kognitif.  Pada pasien bipolar disorder dan skizofrenia yang pernah melakukan tindakan membahayakan jiwa, biasanya mereka perlu menjalani perawatan intensif di rumah sakit hingga kondisinya membaik.

    Pada pasien bipolar disorder umumnya juga akan diresepkan obat-obatan untuk menekan gejalanya, seperti:

    Obat antipsikotik, seperti aripiprazole (Abilify), chlorpromazine, dan risperidone (Risperdal Consta, Perseris) adalah jenis obat satu-satunya yang diresepkan sebagai pengobatan skizofrenia.

    Obat-obatan euforia yang disebutkan di atas, dapat menimbulkan efek samping. Oleh karena penggunaanya harus sesuai dengan anjuran dokter, baik dosis maupun waktu minum. Jika Anda mengalami efek samping yang mengganggu, konsultasikan lebih lanjut pada dokter.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 11/02/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan