Tak mudah untuk mengenali ciri fisik pengguna ganja. Akan tetapi, pada pengguna berat atau yang ingin berhenti total memakai ganja, biasanya akan muncul sakau sebelum akhirnya tubuh benar-benar bersih dari ketergantungan mariyuana.
Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Klinik Chika Medika
Tak mudah untuk mengenali ciri fisik pengguna ganja. Akan tetapi, pada pengguna berat atau yang ingin berhenti total memakai ganja, biasanya akan muncul sakau sebelum akhirnya tubuh benar-benar bersih dari ketergantungan mariyuana.
Ganja adalah salah satu jenis narkotika yang populer di Indonesia. Tanaman yang punya nama ilmiah Cannabis sativa ini juga memiliki sebutan lain, seperti mariyuana atau cimeng.
Menurut data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), ada sekitar 3,41 juta jiwa (1,8%) dari total penduduk di Indonesia yang terlibat penyalahgunaan narkoba pada 2018.
Meski dianggap lebih “ringan” dari narkotika lain, ganja tetap bisa menimbulkan kecanduan bila digunakan dalam jumlah banyak dan periode yang cukup lama.
Bahkan, pengguna narkotika ini juga bisa mengalami gejala sakau ganja pada tahapan tertentu.
Sakau/sakaw alias gejala putus obat ialah kondisi yang terjadi saat seseorang berhenti memakai obat atau zat secara mendadak maupun saat menurunkan dosis secara drastis.
Setidaknya 50% pengguna ganja dalam jangka panjang akan mengalami gejala sakau. Ini lantaran bahan aktif dalam ganja, yakni delta-9-tetrahydrocannabinol (THC), berdampak langsung pada otak.
Seiring waktu, otak akan bergantung pada ganja supaya tetap berfungsi normal. Tingkat keparahan dan durasi sakau ganja dipengaruhi oleh seberapa parah ketergantungan seseorang.
Beberapa faktor yang memengaruhi keparahan sakau akibat cimeng, antara lain:
Orang yang sedang mengalami sakau ganja atau cimeng biasanya mengalami gabungan gejala fisik dan emosional yang bisa diamati oleh orang-orang di sekitarnya.
Adapun, beberapa ciri fisik yang mungkin ditimbulkan oleh pengguna ganja, meliputi:
Sementara itu, ciri emosional yang biasanya terjadi saat seseorang mengalami sakau ganja, meliputi:
Gejala sakau mariyuana dimulai pada hari pertama setelah berhenti, kemudian akan memuncak dalam 48–72 jam. Gangguan tidur biasanya bertahan lebih dari 30 hari.
Umumnya, sakau ganja tidak terlalu mengancam jiwa. Hal ini karena intensitas gejalanya yang lebih ringan daripada narkotika kelas berat, seperti heroin atau kokain.
Meski begitu, gejala sakau dapat membuat penggunanya rentan menggunakan ganja kembali.
Beberapa orang dengan kecanduan ganja ringan bisa berhenti dengan sendirinya. Ini karena gejala sakau bisa menghilang sendiri seiring waktu.
Akan tetapi, pengguna kronis dengan kecanduan psikologis yang kuat mungkin memerlukan bantuan fasilitas rehabilitasi narkoba untuk mencapai kesadaran penuh.
Tidur malam yang sehat bisa menjadi salah satu faktor penting dalam kesuksesan pembersihan tubuh (detoksifikasi) dari ganja. Awalnya mungkin terasa berat, sebab sulit tidur merupakan salah satu ciri fisik pengguna ganja.
Beberapa cara yang bisa Anda lakukan antara lain menyiapkan tempat tidur yang bersih dan nyaman, menghindari kafein pada malam hari, dan tidak bermain ponsel sebelum tidur.
Jika Anda berusaha berhenti memakai ganja, kurangilah sedikit demi sedikit, bukan langsung berhenti total. Kurangi dosis dan frekuensi pemakaian selama periode tertentu.
Mengurangi dosis ganja secara bertahap membantu otak menyesuaikan diri dengan kadar THC secara bertahap. Ini membuat gejala sakau lebih mudah untuk dikendalikan.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar