Apakah Gampang Berkeringat Bisa Jadi Gejala Penyakit HIV?

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 18/12/2020

    Apakah Gampang Berkeringat Bisa Jadi Gejala Penyakit HIV?

    HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga Anda jadi mudah diserang penyakit.

    Gejala penyakit HIV umumnya tidak selalu bisa terdeteksi sampai Anda melakukan tes HIV. Namun, beberapa kasus menyatakan bahwa gampang berkeringat, terutama di malam hari, bisa menjadi salah satu ciri infeksi HIV. Apa benar demikian?

    Benarkah gampang berkeringat adalah salah satu gejala penyakit HIV?

    HIV itu sendiri tidak membuat Anda jadi gampang berkeringat. Namun, penyakit lain yang menyerang setelah kekebalan tubuh melemah akibat HIV inilah yang menimbulkan gejala gampang berkeringat, khususnya di malam hari. Meski demikian, ada juga beberapa hal yang menyebabkan Anda gampang berkeringat, antara lain:

    • Perubahan hormon
    • Diabetes
    • Menopause
    • Hipertiroidisme
    • Sleep apnea atau gangguan tidur lainnya

    Keringat malam pada orang dengan HIV lebih sering terjadi ketika sel T (CD4) tubuh orang yang terkena gejala HIV awal berada di bawah angka 200 sel/mL. Keringat bisa muncul saat tidur dan tanpa aktivitas fisik apa pun.

    Penting untuk diketahui bahwa mengalami keringat berlebih di malam hari belum tentu artinya Anda mengidap penyakit HIV. Untuk mengetahui Anda positif terkena HIV atau tidak, ada baiknya konsultasi ke dokter dan melakukan tes HIV.

    Gejala penyakit HIV berbeda-beda, tergantung stadiumnya

    Gejala penyakit HIV berbeda-beda tergantung stadium penyakit yang Anda alami. Berikut merupakan tiga stadium penyakit HIV dan ciri-ciri umumnya.

    1. Tahap pertama HIV dikenal sebagai infeksi HIV akut atau primer, ini juga disebut sindrom retroviral akut. Selama tahap ini, kebanyakan orang mengalami gejala mirip flu yang mungkin sulit dibedakan, apakah flu disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atau kondisi lainnya.

    2. Fase selanjutnya adalah tahap latensi klinis. Virus HIV di tahap ini menjadi kurang aktif meskipun masih terdapat di dalam tubuh orang dengan HIV. Selama tahap ini, orang tidak mengalami gejala infeksi apa pun, karena infeksi virus berlangsung pada tingkat yang sangat rendah. Fase latensi dari HIV ini bisa bertahan lebih dari 10 tahun. Banyak orang tidak menunjukkan gejala HIV selama masa ini.

    3. Stadium terakhir HIV adalah tahap yang sudah parah. Selama stadium ini, sistem kekebalan tubuh menjadi sangat rusak dan rentan terkena infeksi oportunistik (infeksi yang menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah). Setelah berkembang, gejala HIV kemungkinan sudah bisa dilihat dengan jelas, misalnya:

    • Mual
    • Muntah
    • Mudah lelah
    • Demam
    • Gejala yang terkait dengan HIV itu sendiri, seperti gangguan kognitif yang bisa memengaruhi cara berpikir orang dengan HIV.

    Bagaimana cara mendiagnosis HIV?

    Bila Anda curiga Anda gampang berkeringat karena penyakit HIV atau penyebab lainnya, langsung periksa ke dokter dan jangan ditunda-tunda.

    Dokter akan melakukan beberapa tes. Tes skrining HIV dilakukan untuk mencari antibodi tubuh yang terserang virus. Antibodi adalah protein yang mengenali dan berfungsi menghancurkan zat atau partikel asing di dalam tubuh yang berbahaya seperti virus dan bakteri.

    Kehadiran antibodi tertentu biasanya menunjukkan adanya infeksi di dalam tubuh Anda. Beberapa tes yang mungkin dapat mendeteksi tanda-tanda infeksi HIV akut termasuk:

    • Tes p24, tes darah antigen
    • Tes melihat jumlah CD4 dan tes viral load HIV
    • Tes antigen dan antibodi HIV

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 18/12/2020

    Iklan

    Apakah artikel ini membantu?

    Iklan
    Iklan