Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) memerlukan obat antivirus seperti tenofovir untuk mengurangi jumlah virus HIV di dalam tubuhnya. Seperti apa penggunaan dan efek sampingnya? Berikut ini ulasan detailnya.
Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm. · Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) memerlukan obat antivirus seperti tenofovir untuk mengurangi jumlah virus HIV di dalam tubuhnya. Seperti apa penggunaan dan efek sampingnya? Berikut ini ulasan detailnya.
Golongan obat: antiviral
Merek dagang tenofovir: Tafnext, Hepbest, Kifovir, Ricovir, Temildy, Hepamed
Tenofovir disoproxil fumarate (tenofovir DF) adalah obat oral analog nukleotida yang digunakan untuk melawan virus-virus dari golongan retrovirus, termasuk HIV-1, HIV-2, dan hepadnavirus.
Setelah diserap oleh tubuh, tenofovir DF dengan cepat diubah menjadi tenofovir. Sel tubuh lalu mengolah senyawa tersebut menjadi tenofovir difosfat, senyawa baru yang mampu mengakhiri rantai DNA virus.
Tenofovir DF tidak dapat menyembuhkan HIV/AIDS, tetapi konsumsi obat secara rutin dapat membantu orang dengan HIV untuk hidup lebih lama dan lebih sehat.
Obat-obatan HIV juga dapat mengurangi jumlah virus di dalam tubuh sehingga risiko penularan HIV ikut menurun. Meski begitu, jangan mengurangi, melewatkan, atau berhenti meminumnya kecuali dokter menyarankan demikian.
Tenofovir DF juga disetujui untuk pengobatan hepatitis B kronis pada orang dewasa dan anak-anak berusia 2 tahun ke atas yang memiliki berat setidaknya 10 kg.
Menurut data BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) RI, tenofovir tersedia dalam bentuk tablet salut selaput 600 mg dan 300 mg. Dosis selalu diberikan berdasarkan kondisi kesehatan pasien dan bagaimana tubuh merespons terapi.
Dalam pengobatan hepatitis B kronis, pengobatan dapat dihentikan dengan mempertimbangkan hasil uji tes HbcAg. Apabila hasil uji HBcAg positif tanpa sirosis, pengobatan bisa dilakukan minimal selama 6–12 bulan lepas serokonversi HBs.
Akan tetapi, apabila hasil uji HBcAg negatif tanpa sirosis, pengobatan bisa dilanjutkan hingga serokonversi HBs.
Tenofovir biasanya harus dikonsumsi bersama makanan. Obat berbentuk bubuk harus dicampur dengan makanan lunak seperti saus apel, yogurt, atau makanan bayi. Ikuti dengan cermat semua instruksi pada label obat Anda.
Jika obat berbentuk tablet, telan tablet utuh dan jangan menghancurkan, mengunyah, atau mengisapnya. Beri tahu dokter jika Anda atau anak Anda yang menggunakan tenofovir mengalami kesulitan menelan tablet.
Pada anak-anak, dosis didasarkan pada berat badan. Kebutuhan dosis anak Anda dapat berubah jika berat badan anak bertambah atau berkurang.
Gunakan semua obat HIV sesuai petunjuk. Jangan mengubah dosis atau berhenti menggunakan obat tanpa arahan dokter.
Selalu ikuti aturan yang telah diberikan oleh dokter atau apoteker sebelum memulai pengobatan. Jika Anda memiliki pertanyaan, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.
Seperti pada obat lainnya, penggunaan tenofovir juga dapat menimbulkan efek samping. Jika Anda mengalami efek samping apa pun, beri tahu dokter.
Dapatkan bantuan medis darurat jika Anda mengalami:
Setiap orang sangat mungkin mendapati efek samping yang berbeda. Bahkan ada juga yang merasakan efek samping yang tidak disebutkan pada daftar berikut.
Gejala ringan dapat memburuk dari waktu ke waktu dan kondisi ini bisa berakibat fatal. Maka, Anda perlu mengawaasi gejalanya dan menghubungi dokter jika dibutuhkan. Gejala ringan setelah minum tenofovir antara lain:
Hubungi dokter Anda apabila Anda mengalami kondisi berikut setelah minum tenofovir.
Ikuti pengobatan sesuai dengan arahan dokter. Beri tahu dokter jika Anda mengalami reaksi tak biasa atau alergi pada obat tenofovir maupun obat lain.
Baca label pada kemasan secara saksama. Beri tahu dokter jika Anda memiliki masalah kesehatan atau kondisi seperti berikut.
Simpan obat dalam wadah aslinya pada suhu kamar serta jauh dari cahaya dan suhu lembap. Jangan simpan obat di kamar mandi. Jauhkan semua obat-obatan dari anak-anak dan hewan peliharaan.
Baru-baru ini, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tenofovir telah disarankan bagi ibu hamil dengan infeksi hepatitis B.
Ini lantaran tenofovir dinilai mampu mencegah infeksi hepatitis B. Potensinya pun tinggi terhadap penyembuhan hepatitis B dan keamanannya pada wanita hamil dengan hepatitis B telah teruji.
Wanita dengan HIV tidak direkomendasikan untuk menyusui. Bicarakan dengan dokter untuk mendiskusikan pilihan alternatif untuk mencukupi kebutuhan gizi bayi Anda.
Pada hepatitis B, tinjauan ahli dari data yang tersedia dan sebagian besar pedoman profesional menyatakan bahwa tidak ada kontraindikasi penggunaan tenofovir selama menyusui.
Interaksi tenofovir dengan obat-obatan lain dapat mengubah kinerja obat atau meningkatkan risiko efek samping. Jangan mengonsumsi obat ini jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan berikut.
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.
Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar