backup og meta

Efavirenz

Efavirenz

Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) membutuhkan obat antivirus atau antiretroviral seperti efavirenz untuk mengatasi infeksi HIV. Seperti apa penggunaan dan efek sampingnya? Berikut ini ulasan detailnya.

Golongan obat: antiviral

Merek dagang evafirenz: Efavirenz generik, Viranz. 

Apa itu efavirenz?

Efavirenz adalah obat minum berbentuk tablet salut selaput dari kelompok non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTIs) dan termasuk ke dalam golongan obat antivirus.

Obat ini digunakan bersama obat-obatan HIV lainnya untuk mengontrol infeksi yang disebabkan HIV. Efavirenz berfungsi untuk mencegah perbanyakan virus HIV di dalam tubuh. 

Utamanya, efavirenz digunakan untuk menurunkan jumlah virus HIV dalam tubuh sehingga sistem imun dapat bekerja lebih baik.

Selain itu, obat antiretroviral ini juga membantu mengurangi risiko komplikasi HIV, seperti infeksi baru dan kanker.

Obat ini juga mungkin digunakan dalam kombinasi bersama obat-obatan HIV lainnya untuk mengurangi risiko terjangkit HIV setelah kontak pertama dengan virus.  

Obat ini merupakan obat resep sehingga Anda hanya bisa mendapatkannya dengan resep dari dokter. Konsultasikan dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.

Dosis dan sediaan efavirenz

komplikasi obat hiv, efavirenz

Berdasarkan data dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), efavirenz tersedia dalam bentuk tablet salut selaput 600 mg dan viranz berbentuk kapsul 200 mg.

Sediaan lain yang beredar di Indonesia adalah kombinasi, yaitu 600 mg atau 400 mg efavirenz + 300 mg tenofovir + 300 mg lamivudin. Dosis selalu diberikan berdasarkan resep dari dokter.

Dewasa

Dosis untuk dewasa yakni 600 mg sekali sehari. Terapi dilakukan seumur hidup (lifelong therapy). Dibutuhkan waktu 7–12 bulan untuk menurunkan jumlah virus secara signifikan hingga tidak terdeteksi oleh alat diagnosis.

Namun, pasien tetap harus mengonsumsi obatnya setiap hari untuk mempertahankan jumlah virus yang sangat rendah tersebut.

Dosis dewasa untuk paparan di tempat kerja

Jika seorang tenaga kesehatan (nakes) tidak sengaja terkena darah pasien HIV/AIDS (misalnya, tertusuk jarum suntik pasien atau membantu persalinan dan darahnya mengenai luka nakes), ia harus meminum efavirenz untuk mencegah infeksi HIV.

Obat perlu diminum selama 28 hari sebanyak 600 mg per hari.

Anak

Berat badan >40 kg, 600 mg diminum 1 kali sehari. Tidak dianjurkan untuk anak dengan berat badan di bawah 40 kg. 

Aturan pakai efivarenz

Efavirenz dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Minum obat satu kali sehari sebelum tidur atau sesuai petunjuk dokter.

Pada pasien anak, berat badan juga merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Penting untuk terus melanjutkan penggunaan obat ini (dan obat-obatan HIV lainnya) sesuai dengan yang diresepkan dokter Anda.

Melewati atau mengubah dosis tanpa persetujuan dokter dapat meningkatkan pertumbuhan virus secara drastis, membuat infeksi sulit untuk ditangani (kebal obat), atau memperparah efek samping.

Efavirenz bekerja lebih optimal saat kadarnya stabil dalam tubuh Anda. Maka dari itu, sebaiknya minum obat ini dengan jadwal yang rutin dan sama setiap harinya.

Efek samping efavirenz

Gejala awal HIV/AIDS

Mirip dengan obat lainnya, penggunaan efavirenz juga bisa menimbulkan efek samping. Apabila Anda mendapati efek samping apa pun, beri tahu dokter. 

Setiap orang sangat mungkin menemui efek samping yang berbeda. Bahkan ada juga yang merasakan efek samping yang tidak disebutkan pada daftar berikut.

Efek samping umum

Efek samping umum yang mungkin ditemui di antaranya sebagai berikut.

  • Mual ringan, muntah, atau kram perut, diare, atau sembelit (konstipasi).
  • Batuk-batuk.
  • Penglihatan kabur.
  • Sakit kepala, capek, pusing, berkunang-kunang.
  • Masalah keseimbangan atau koordinasi tubuh.
  • Nyeri otot atau sendi.
  • Gangguan tidur (insomnia).
  • Mimpi aneh dan tidak masuk akal.
  • Perubahan bentuk tubuh (pada lengan, kaki, wajah, leher, dada, dan pinggang).

Efek samping psikis serius

Efavirenz dapat menyebabkan gejala psikis serius, seperti:

  • kebingungan,
  • depresi berat,
  • keinginan untuk bunuh diri,
  • lebih agresif,
  • ketakutan yang amat besar,
  • halusinasi, dan
  • perasaan akan hilang kesadaran.

Efek samping berat

Segera hubungi dokter Anda jika Anda mengalami efek samping serius seperti berikut.

  • Reaksi alergi parah pada kulit.
  • Demam
  • Sakit tenggorokan.
  • Pembengkakan pada wajah atau lidah.
  • Mata terasa panas terbakar.
  • Nyeri pada kulit disertai luka lecet berwarna merah yang menyebar (terutama pada wajah dan tubuh bagian atas).
  • Kulit melepuh dan mengelupas.

Peringatan dan perhatian saat pakai obat efavirenz

Kondisi kesehatan lain yang Anda miliki bisa memengaruhi penggunaan obat ini. Selalu beri tahu dokter jika Anda memiliki masalah kesehatan lain, terutama sebagai berikut.

  • Kecanduan alkohol dan narkotika.
  • Depresi
  • Gangguan mental.
  • Hepatitis B atau C.
  • Penyakit hati.
  • Kejang.

Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan (di bawah 30 derajat celcius), jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap.

Apakah efavirenz aman untuk ibu hamil dan menyusui?

Penelitian membuktikan bahwa penggunaan efavirenz pada ibu dalam masa kehamilan dapat mengancam keselamatan janin. 

Meskipun begitu, pada kasus-kasus tertentu yang mengancam nyawa, faktor risiko yang akan muncul selama terapi mungkin akan setimpal dengan manfaatnya.

Obat ini masuk ke dalam risiko kehamilan kategori D (ada bukti positif dari risiko) menurut US Food and Drugs Administration (FDA) atau setara dengan Badan POM di Indonesia. 

Obat ini terbukti dapat keluar melalui air susu ibu (ASI) sehingga ada kemungkinan memasuki tubuh bayi saat menyusu. 

Jika Anda ingin menggunakan obat ini selama menyusui, konsultasikan terlebih dahulu pada dokter Anda.

Interaksi obat efavirenz dengan obat lain

clindamycin klindamisin

Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat atau meningkatkan risiko efek samping yang serius.

Simpan dan informasikan pada dokter terkait daftar semua produk yang sedang Anda gunakan maupun yang sudah dihentikan (termasuk obat-obatan resep/nonresep dan produk herbal) selama terapi.

Jangan memulai, memberhentikan, atau mengganti dosis obat apa pun tanpa persetujuan dokter. Obat yang mungkin berinteraksi dengan efavirenz adalah sebagai berikut.

  • Obat-obatan ergot-type seperti bromokriptin.
  • Antijamur seperti itrakonazol dan ketokonazol.
  • Obat penyakit jantung atau tekanan darah seperti diltiazem, nikardipin, nifedipin, dan verapamil.
  • Penurun kolesterol seperti atorvastatin, pravastatin, dan simvastatin.
  • Obat HIV atau AIDS lainnya seperti tenofovir.
  • Obat kejang seperti karbamazepin dan fenitoin.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

10 Things to Know About HIV Suppression. (2022). National Institutes of Health. Retrieved February 24, 2022, https://www.niaid.nih.gov/diseases-conditions/10-things-know-about-hiv-suppression 

Drug Database: Efavirenz. (2021). ClinicalInfoHIV.gov. Retrieved February 10, 2022, from https://clinicalinfo.hiv.gov/en/drugs/efavirenz/patient 

Multum, C. (2021). Efavirenz. Drugs.com. Retrieved February 10, 2022,  from https://www.drugs.com/mtm/efavirenz.html 

KMK No. HK.01.07-MENKES-350-2020 ttg Formularium Nasional. Farmalkes.kemkes.go.id. (2021). Retrieved February 10, 2022,  from http://farmalkes.kemkes.go.id/unduh/kmk-no-hk-01-07-menkes-350-2020-ttg-formularium-nasional/?ind=1603933059802&filename=KMK%20No.%20HK.01.07-MENKES-350-2020%20ttg%20Formularium%20Nasional.pdf&wpdmdl=9094&refresh=618cd08637d5d1636618374

Zulu, Nedson. (2017). Helping patients commit to lifelong HIV/AIDS treatment. Center for Disease and Control Prevention. Retrieved February 24, 2022,  fromhttps://www.cdc.gov/globalhealth/stories/helping_patients_commit.html 

SUSTIVA® (efavirenz) capsules and tablets. (n.d.) Retrieved 3 Jun 2022, from https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2011/020972s038lbl.pdf

Versi Terbaru

14/06/2022

Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana

Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Benarkah Berkeringat di Malam Hari Adalah Tanda HIV?

Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi Ruam Pada Kulit Pengidap HIV


Ditinjau secara medis oleh

Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 14/06/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan