backup og meta

Mana yang Lebih Bergizi: Ikan Laut Atau Air Tawar?

Mana yang Lebih Bergizi: Ikan Laut Atau Air Tawar?

Sudah tidak perlu diragukan lagi, ikan merupakan salah satu sumber protein yang baik bagi tubuh. Selain dari lautan, perairan air tawar juga menghasilkan ikan yang tak kalah lezat sebagai santapan sehari-hari. Namun, ternyata ada perbedaan kandungan gizi di antara ikan air tawar dan ikan laut. Mana yang paling kaya kandungan gizinya, ya?

Apa perbedaan ikan air laut dan ikan air tawar?

Sebelum menelaah kandungan gizinya, sudah tahukah Anda apa perbedaan utama antara ikan-ikan dari laut dan ikan-ikan dari air tawar? Memang sama-sama hidup di air, tapi ternyata kedua kelompok ikan ini punya ciri khas yang membedakannya satu sama lain.

Sesuai dengan namanya, ikan laut hidup di lautan yang penuh dengan gelombang dan arus deras. Itu sebabnya, struktur duri yang dimiliki ikan laut cenderung lebih keras dan kuat. Akan tetapi, tidak demikian dengan ikan air tawar justru sebaliknya.

Arus yang lebih lambat atau tidak terlalu kencang sudah menjadi habitat sehari-hari ikan jenis ini. Itulah mengapa duri pada ikan air tawar biasanya lebih kecil dan tidak sebesar ikan air laut.

Sementara dari segi rasa, banyak yang menganggap bahwa ikan-ikan dari laut punya cita rasa alami yang lebih gurih ketimbang ikan-ikan dari air tawar.

cara memilih ikan segar

Mana yang lebih bergizi antara ikan air tawar dan ikan laut?

Sebagai kelompok ikan-ikanan, keduanya sama-sama bermanfaat dan kaya akan kandungan gizi di dalamnya. Hanya saja, jumlahnya mungkin berbeda antara kedua kelompok ikan ini.

Prof Ir Ahmad Sulaeman, PhD, selaku guru besar bidang Keamanan Pangan dan Gizi, di Fakultas Ekologi Institut Pertanian Bogor (IPB), menjelaskan mengenai hal ini. Menurutnya, ikan-ikan dari laut punya beberapa kandungan gizi yang dinilai lebih tinggi dibandingkan dengan ikan-ikan dari air tawar.

Misalnya kandungan senyawa alami berupa DHA dan EPA yang cukup tinggi pada ikan laut. Khususnya untuk ikan yang berada di perairan laut dalam, contohnya yakni ikan tuna dan cakalang.

Namun, bukan berarti ikan-ikan yang berasal dari air tawar tidak bergizi dibandingkan ikan-ikan dari laut. Terlepas dari tempat tinggalnya, semua jenis ikan tentu bergizi tinggi.

Di sisi lain, ada beberapa nutrisi yang ternyata lebih tinggi jumlahnya pada ikan air tawar ketimbang ikan laut. Dalam hal ini misalnya ikan patin, yang terkenal tinggi kandungan omega-3 dan omega-6.

Tak hanya itu, beberapa jenis ikan air tawar juga umumnya lebih tinggi kandungan kalium dan asam lemak tak jenuh tunggal serta ganda.

Hal tersebut tentu membuat nutrisi yang ada di dalam ikan air tawar tidak bisa dipandang sebelah mata. Singkatnya, sebenarnya kedua kelompok ikan ini sama-sama memiliki kandungan gizi yang tinggi.

Meski demikian, baik ikan air tawar dan ikan laut umumnya memiliki keunggulan masing-masing dalam hal kandungan zat gizinya.

makanan yang mengandung DHA

Jadi, ikan mana yang paling baik untuk dimakan?

Secara garis besar, semua ikan yang tersedia di pasaran itu sehat untuk dimakan. Menteri Kesehatan RI, Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K), turut menjelaskan bahwa ikan merupakan sumber makanan yang tidak kalah sehat dengan makanan sumber protein lainnya. Tak terkecuali dengan ikan-ikan dari air tawar dan dari air laut.

Terbukti dengan tingginya asam lemak tak jenuh seperti omega 3, 6, 9, yodium, selenium, zat besi, magnesium, dan lainnya pada ikan. Terlepas dari mahal atau murahnya harga berbagai jenis ikan, semua sebenarnya sama-sama punya kandungan gizi yang tinggi.

Pada intinya, kedua jenis ikan sama-sama bisa menjadi pilihan sumber makanan harian untuk Anda dan keluarga. Pemberiannya bisa diselingi agar masing-masing nutrisi yang ada di dalam setiap ikan tersebut bisa Anda dapatkan.

Kedua jenis ikan tetap bisa memicu alergi

Bagi orang-orang yang sensitif atau memiliki alergi, baik ikan dari laut maupun ikan dari air tawar bisa saja memicu kambuhnya reaksi alergi.

Memang, ada orang-orang yang hanya alergi terhadap beberapa jenis ikan tertentu. Namun, hal ini belum tentu bergantung pada tempat di mana ikan dibudidayakan.

Ikan yang mendapatkan makanannya melalui filter feeder mungkin akan lebih rentan menimbulkan reaksi setelah dikonsumsi, walau Anda tidak memiliki alergi sekalipun.

Ikan filter feeder merupakan ikan yang memakan partikel atau materi organik dari makhluk hidup lainnya yang ada di air. Sebenarnya, ikan-ikan ini memiliki peran yang penting karena dapat menjaga air tetap bersih.

Sayangnya, ikan filter feeder lebih rentan terhadap pencemaran. Belum lagi limbah yang terkumpul dalam tubuh ikan tersebut dapat memberikan efek samping bagi orang-orang yang memakannya.

Apalagi bila ikan tidak diolah dengan benar, bakteri dalam makanan laut yang belum didinginkan dengan tepat dapat mulai memproduksi histamin, yang dapat memberikan gejala seperti alergi saat dikonsumsi.

Oleh karena itu, pastikan untuk memasak ikan sampai matang. Bila Anda benar-benar memiliki alergi, sebisa mungkin untuk menghindari konsumsi jenis ikan yang bisa memicu reaksinya.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Sumber Protein Bukan Hanya Susu. (2018). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Retrieved 18 June 2021, from https://www.kemkes.go.id/article/view/18032900001/sumber-protein-bukan-hanya-susu.html

Freshwater Fare. (2014). Food & Nutrition. Retrieved 18 June 2021, from https://foodandnutrition.org/march-april-2014/freshwater-fare/

Fish Allergy. (2019). American College of Allergy, Asthma  Immunology. Retrieved 18 June 2021, from https://acaai.org/allergies/types/food-allergies/types-food-allergy/fish-allergy

Versi Terbaru

05/08/2021

Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Benarkah Makanan yang Dibakar Menjadi Penyebab Kanker?

Manfaat Ikan Baik untuk Kurangi Risiko Berbagai Penyakit


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 05/08/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan