backup og meta

Proses Munculnya Rasa Takut dan Cara Mengatasinya

Proses Munculnya Rasa Takut dan Cara Mengatasinya

Entah itu karena film horor, ketinggian, atau kecoak, setiap orang pasti pernah merasa takut. Namun, pernahkah Anda terpikirkan bagaimana rasa takut bisa muncul?

Lalu, bagaimana cara terbaik untuk mengatasinya? Simak jawabannya dalam uraian berikut ini.

Apa yang dimaksud dengan takut?

Takut adalah salah satu bentuk emosi dasar yang terbentuk sebagai respons makhluk hidup terhadap kondisi yang mengancam atau membahayakan.

Ketakutan bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan karena emosi ini merupakan bagian dari mekanisme bertahan hidup.

Rasa takut biasanya disertai reaksi pada tubuh dan pikiran, termasuk perubahan mimik wajah, peningkatan detak jantung, dan rasa cemas.

Seperti jenis emosi lainnya, ketakutan hanya bersifat sementara. Emosi ini akan menghilang begitu Anda tidak lagi berhadapan dengan sumber ancaman.

Ketakutan bisa dibilang tidak wajar jika sering muncul secara tiba-tiba, bertahan cukup lama, atau bahkan telah berdampak negatif pada kehidupan Anda.

Pasalnya, ketakutan secara berlebihan bisa menjadi pertanda berbagai gangguan mental, seperti fobia, stres pascatrauma (PTSD), hingga gangguan kecemasan.

Penyebab dan pemicu rasa takut

perbedaan fobia dan takut

Setiap orang tentu memiliki penyebab ketakutan yang berbeda-beda. Ketakutan bisa terbentuk karena trauma di masa lalu, kondisi saat ini, atau bahkan pemikiran atas sesuatu yang belum tentu terjadi.

Berikut adalah beberapa hal yang kerap membuat seseorang merasa takut.

  • Situasi tertentu, seperti ketinggian, kegelapan, dan kesendirian.
  • Objek atau hewan tertentu, seperti serangga dan ular.
  • Peristiwa buruk yang mungkin terjadi di masa depan.
  • Berbagai hal buruk yang muncul dalam pikiran.
  • Hal-hal yang tidak diketahui dan tidak bisa dipastikan.

Respons tubuh terhadap rasa takut

Ketika menghadapi situasi seperti di atas atau pemicu ketakutan lainnya, tubuh Anda bisa memberikan respons secara fisik dan emosional.

Respons fisik terhadap rasa takut

Laman Northwestern Medicine menjelaskan bahwa rasa takut tercipta saat amigdala, bagian otak yang mengatur emosi, menerima rangsangan.

Hal ini akan menciptakan respons fight-or-flight. Dengan respons ini, Anda akan bersiap melawan (fight) bahaya yang membuat Anda takut atau justru melarikan diri dari ancaman tersebut (flight).

Respons fight-of-flight yang terbentuk di otak akan terus bertahan sampai Anda menilai bahwa ancaman tersebut sudah menghilang atau tidak lagi menganggapnya membahayakan. Semua ini terjadi dalam hitungan detik.

Selain menimbulkan respons fight-of-flight, amigdala juga akan mengirim sinyal ke hipotalamus untuk melepaskan hormon kortisol dan adrenalin.

Hormon inilah yang menimbulkan respons fisik saat ketakutan, seperti peningkatan detak jantung dan napas tersengal.

Respons emosional terhadap rasa takut

Beberapa orang akan menilai film horor, kecoak, atau ketinggian sebagai suatu hal yang menakutkan. Namun, tidak sedikit pula yang menganggapnya sebagai suatu hal yang menyenangkan.

Kondisi tersebut bisa terjadi karena beberapa orang memang menganggap adrenalin sebagai suatu hal yang menyenangkan.

Association for Psychological Science menyebut kondisi ini dengan istilah high sensation seeking.

Seseorang yang menyukai high sensation seeking pada dasarnya tetap memiliki rasa takut. Hanya saja, mereka memiliki kemampuan untuk mengendalikannya.

Fenomena ini juga menunjukkan bahwa manusia memiliki variasi emosional. Setiap orang bisa memiliki toleransi dan respons yang berbeda saat bertemu kondisi yang menakutkan.

Gejala saat rasa takut muncul

anak takut orang tua

Setiap orang bisa memiliki gejala fisik maupun emosional yang berbeda-beda saat menghadapi rasa takut. Beberapa gejala yang paling sering ditemukan yaitu:

  • sakit perut,
  • sakit kepala,
  • sulit tidur,
  • menangis,
  • mual,
  • peningkatan detak jantung,
  • napas tersengal,
  • pusing,
  • otot tegang atau kedutan,
  • gagap atau susah bicara,
  • kehilangan konsentrasi,
  • pingsan,
  • kehilangan selera makan,
  • berkeringat berlebihan (termasuk keringat dingin), serta
  • susah bergerak atau kelumpuhan sementara.

Cara mengatasi rasa takut

Ketakutan merupakan respons normal dan merupakan cara Anda untuk bertahan hidup. Rasa takut Anda akan berangsur hilang begitu Anda berjauhan dengan pemicunya.

Namun, karena emosi ini sering kali disertai rasa tidak nyaman, berikut adalah berbagai cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi ketakutan.

1. Latihan pernapasan

Latihan pernapasan dengan teknik 4-7-8 bisa membantu mengatasi kecemasan karena rasa takut. Berikut ini adalah cara melakukannya.

  1. Tarik napas melalui hidung sampai hitungan keempat.
  2. Tahan napas sampai hitungan ketujuh.
  3. Buang napas melalui mulut secara perlahan sampai hitungan kedelapan, lalu akhiri dengan suara “hah”.
  4. Ulangi 3–4 kali atau sampai napas lebih beraturan.

2. Bicarakan ketakutan Anda

Saat ketakutan, sulit bagi Anda untuk berpikir secara logis. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan membicarakan ketakutan Anda dengan orang lain.

Dengan begitu, mereka bisa membantu menenangkan Anda saat menghadapi situasi yang membuat Anda ketakutan.

Membicarakan situasi yang membuat Anda takut juga bisa mengurangi tingkat kecemasan. Pasalnya, Anda akan mendapat dukungan dari orang yang tepat.

3. Alihkan perhatian Anda

Ketika Anda berada dalam kondisi yang menyebabkan rasa takut, sebisa mungkin coba alihkan perhatian Anda.

Ini bisa Anda lakukan dengan berjalan-jalan, mengobrol, minum secangkir teh atau susu, dan lain sebagainya.

Jika perhatian Anda tidak bisa teralihkan, cobalah untuk memejamkan mata dan membayangkan hal-hal yang menyenangkan bagi Anda.

4. Hindari alkohol dan kafein

Beberapa orang sering menggunakan alkohol untuk “melarikan” diri dari ketakutan. Cara ini mungkin berhasil, tetapi hanya akan bertahan sementara.

Sebaliknya, minum alkohol justru bisa memperburuk kecemasan yang Anda rasakan.

Selain alkohol, asupan kafein yang berlebihan juga bisa meningkatkan kegelisahan. Oleh karena itu, sebaiknya batasi konsumsi kafein harian Anda.

Jika berbagai cara di atas tidak juga membantu Anda mengatasi ketakutan atau ketakutan Anda sudah begitu parah, cobalah pertimbangkan untuk berbicara dengan psikolog atau psikiater.

Semua tentang rasa takut

  • Ketakutan adalah hal yang wajar dan tidak perlu dikhawatirkan selama masih bersifat sementara.
  • Rasa takut terbentuk karena respon fight-or-flight pada amigdala dan peningkatan hormon adrenalin serta kortisol.
  • Emosi ini bisa menimbulkan respons fisik dan emosional.
  • Anda bisa mengatasinya dengan berbagai cara, mulai dari melakukan latihan pernapasan, mencari pengalihan, hingga berkonsultasi dengan psikolog jika perlu.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Medicine, N. (2020, October 9). 5 things you never knew about fear. Northwestern Medicine. Retrieved 01 November 2023 from https://www.nm.org/healthbeat/healthy-tips/emotional-health/5-things-you-never-knew-about-fear.

What’s happening in your brain when you experience fear? (n.d.). Retrieved 01 November 2023 from https://www.houstonmethodist.org/blog/articles/2020/oct/whats-happening-in-your-brain-when-you-experience-fear/.

How to manage anxiety and fear. (n.d.). Mental Health Foundation. Retrieved 01 November 2023 from https://www.mentalhealth.org.uk/explore-mental-health/publications/how-overcome-anxiety-and-fear.

10 ways to fight your fears. (11, 1). NHS inform. Retrieved 01 November 2023 from https://www.nhsinform.scot/healthy-living/mental-wellbeing/fears-and-phobias/10-ways-to-fight-your-fears/.

What we can learn from sensation seekers. (n.d.). Greater Good. Retrieved 01 November 2023 from https://greatergood.berkeley.edu/article/item/what_we_can_learn_from_sensation_seekers.

UWA. (2023, February 28). Why we physically feel fear. UWA Online. Retrieved 01 November 2023 from https://online.uwa.edu/news/what-causes-fear/.

Born to be wild? thrill-seeking behavior may be based in the brain. (n.d.). Association for Psychological Science – APS. Retrieved 01 November 2023 from https://www.psychologicalscience.org/news/releases/born-to-be-wild-thrill-seeking-behavior-may-be-based-in-the-brain.html.

Versi Terbaru

02/11/2023

Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Bukan Cuma Takut, Ini 7 Dampak Phobia bagi Kesehatan

Kenapa Ada Orang yang Sangat Takut Jadi Jomblo?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 02/11/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan