Kenapa kita perlu punya kemampuan mengatasi masalah (coping skill)?
Kondisi kesehatan mental seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu genetik, adanya pemicu stress dari lingkungan serta coping skill itu sendiri terhadap kondisi stress. Kedua faktor pertama, yaitu genetik dan stress dari luar, termasuk hal yang cenderung tidak bisa kendalikan. Akan tetapi, coping skill merupakan sesuatu karakter yang dapat dipelajari dan diterapkan untuk menjaga kesehatan mental.
Coping skill dilakukan dengan mengenali apa masalah yang sebenarnya sedang kita hadapi dengan mengurangi stres terlebih dahulu, misalnya mengalihkan perhatian sejenak dengan bersantai atau melakukan pekerjaan lain. Dengan berkurangnya tingkat stress, kita jadi dapat berpikir lebih jernih dan mampu mengatasi masalah dengan lebih efektif.
Banyak masalah mental yang dipicu stress juga pada akhirnya berdampak pada kesehatan fisik dan sosial. Dengan demikian, memiliki kemampuan mengatasi masalah (coping skill) juga sangat bermanfaat untuk mencegah komplikasi kesehatan yang mungkin nanti ditimbulkan.
Bagaimana cara menerapkan coping skill di kehidupan sehari-hari?
Strategi coping skill setiap orang dapat berbeda-beda, tergantung kepribadian seseorang serta jenis dan sumber stress yang dialami. Namun pada umumnya ahli psikologi membedakan strategi coping skill ke dalam kedua kategori utama, yaitu Emotion-focused Coping dan Problem-focused Coping.
Emotion-focused coping
Ini merupakan strategi koping yang berfokus pada kondisi emosional seseorang dengan cara mengurangi respon emosi negatif dari suatu kondisi stress — misalnya merasa malu, berduka kehilangan seseorang, kecemasan, ketakutan, dan frustasi. Strategi ini merupakan satu-satunya cara penerapan coping skills ketika sumber stress tersebut berada di luar kendali seseorang yang mengalaminya. Emotion-focused coping dilakukan dengan cara mengalihkan fokus dan perhatian dari sumber masalah, misalnya dengan curhat atau menuliskan tentang masalah yang dihadapinya, meditasi, ataupun dengan berdoa.
Namun terkadang, strategi emotion-focused coping justru membuat seseorang cenderung menunda-nunda mengatasi sumber masalahnya. Inilah yang membuat strategi ini cara yang tidak efektif dalam menyelesaikan masalah jangka panjang. Strategi ini juga justru berbahaya ketika masalah yang dihadapi sesungguhnya memerlukan penanganan segera, seperti pengobatan dini penyakit kronis dan masalah finansial.