Tidak ada yang salah dari menyebarkan pesan positif, baik lewat media sosial ataupun secara langsung saat seseorang curhat kepada Anda. Meski demikian, coba perhatikan waktu dan cara yang tepat untuk menyampaikannya.
Saat Anda bercerita kepada orang lain, tentu lega rasanya bila Anda dapat meluapkan segala jenis emosi. Jadi, biarkan orang lain melakukan hal yang sama ketika bercerita kepada Anda. Biarkan mereka meluapkan isi hatinya dengan leluasa.
Tidak ada emosi yang ‘baik’ ataupun ‘buruk’. Malah, emosi bisa membantu Anda dalam mengenali suatu masalah. Jika Anda sedih karena putus cinta misalnya, ini merupakan tanda bahwa hubungan Anda berharga dan Anda mampu bangkit untuk membangun hubungan baru yang sama berharganya.
Lantas, bagaimana bila teman dekat Anda yang menyebarkan toxic positivity? Mungkin tidak mudah untuk mengingatkannya tentang ini. Namun, jika hal ini mengganggu Anda, Anda dapat menjauhkan diri sejenak.
Anda berhak berkata, “Terima kasih sudah memberi saran, tapi saat ini saya masih sulit berpikir positif. Saya perlu waktu sendiri dulu sampai rasa sedih saya agak berkurang.”
Sikap optimis dan toxic positivity adalah dua hal yang berbeda. Sikap optimis bermanfaat agar Anda memandang pengalaman hidup dari sisi positif tanpa mengabaikan emosi negatif, sedangkan toxic positivity membuat Anda harus membuang semua perasaan buruk.
Bagaimanapun, emosi manusia selalu berubah-ubah dan ini sangatlah wajar. Dengan bersikap optimis tanpa menjadi toksik, Anda akan bisa memahami orang lain dengan lebih baik.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar