backup og meta

Pilihan Obat Skizofrenia dan Efek Sampingnya bagi Pasien

Pilihan Obat Skizofrenia dan Efek Sampingnya bagi Pasien

Skizofrenia merupakan gangguan mental kronis yang memerlukan pengobatan yang cukup lama agar bisa sembuh. Pengobatan skizofrenia melibatkan konsumsi obat medis secara rutin serta kombinasi terapi psikologis dan sosial (psikososial).

Antipsikotik, obat skizofrenia yang sering diresepkan dokter

Dokter paling sering meresepkan obat antipsikotik untuk mencegah gejala skizofenia kambuh.

Antipsikotik adalah obat primer yang digunakan untuk mengurangi dan mengendalikan gejala psikosis. Psikosis membuat pengidapnya tidak bisa membedakan mana khayalan dan kenyataan. 

Kondisi ini akan memengaruhi pikiran pengidap skizofrenia sehingga timbul halusinasi, delusi, pikiran yang tidak jelas, serta tingkah laku atau cara bicara yang tidak wajar.

Obat ini bekerja dengan memengaruhi senyawa pembawa pesan (neurotransmiter) yang disebut dopamin dan serotonin di dalam otak. 

Cara kerja ini membuat obat antipsikotik dapat meringankan gejala beberapa gangguan mental, mulai dari depresi, gangguan bipolar, gangguan kecemasan, hingga skizofrenia.

Perlu dipahami bahwa antipsikotik tidak dapat menyembuhkan skizofrenia, tetapi obat ini bisa meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien. 

Sebagai obat keras, obat-obatan ini juga harus pasien konsumsi berdasarkan resep dokter.

Jenis obat antipsikotik

terapi skizofrenia

Berdasarkan cara pemberiannya, obat antipsikotik terbagi ke dalam dua jenis, yakni antipsikotik oral dan antipsikotik suntik kerja panjang.

1. Obat antipsikotik oral (obat minum)

Jenis obat ini biasanya diberikan pada pasien yang memiliki gejala skizofrenia ringan dan masih memungkinkan untuk minum obat secara teratur. 

Obat tersedia dalam bentuk tablet, cairan, dan tablet cepat larut. Obat harus diminum setiap hari setidaknya 2–3 kali dalam sehari.

Mengingat pasien harus minum obat ini setiap hari, tentu ada risiko lupa minum obat. Kondisi ini yang pada akhirnya membuat risiko kekambuhan gejala jadi lebih besar.

2. Obat suntik kerja panjang (long-acting injection)

Jenis obat ini biasanya hanya diberikan pada pasien yang kesulitan untuk minum obat setiap hari dan tidak ada orang yang bisa mengawasi mereka. 

Obat ini tidak harus diminum setiap hari. Lama pemberian obat biasanya sekitar 2–4 minggu dan bahkan ada pula yang dapat diberikan untuk 12 minggu.

Keuntungan utama obat jenis ini adalah pasien tidak perlu selalu diingatkan untuk minum obat. Risiko terjadinya kekambuhan karena lupa minum obat pun lebih rendah.

Sayangnya, obat skizofrenia ini hanya bisa diberikan oleh tenaga medis. Meski begitu, hal ini bisa membantu pasien agar lebih teratur untuk bertemu dengan dokter.

Efek samping antipsikotik sebagai obat skizofrenia

tips penyembuhan skizofrenia

Efek samping obat skizofrenia dibedakan berdasarkan golongan obatnya, yaitu antipsikotik atipikal dan antipsikotik tipikal.

1. Efek samping antipsikotik atipikal (generasi kedua)

Jenis obat antipsikotik generasi terbaru ini dinilai memiliki risiko efek samping yang lebih ringan sehingga paling sering direkomendasikan oleh dokter untuk terapi skizofrenia. 

Beberapa jenis obat antipsikotik generasi kedua antara lain:

2. Efek samping antipsikotik tipikal (generasi pertama)

Sementara itu, obat antipsikotik generasi pertama cenderung bisa menyebabkan efek samping pada otot dan saraf, misalnya kejang otot, kedutan, dan gemetar.

Beberapa jenis obat antipsikotik generasi pertama ini antara lain:

Meski antipsikotik atipikal lebih minim efek samping, beberapa dokter mungkin memilih antipsikotik tipikal karena harganya lebih murah. Ini bisa menjadi bahan pertimbangan saat pengobatan jangka panjang diperlukan.

Namun, perlu diketahui bahwa tiap obat pasti memiliki efek samping, termasuk antipsikotik yang digunakan sebagai obat untuk mencegah kambuhnya skizofrenia

Pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui manfaat dan efek samping dari obat yang diresepkan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang serius.

Kombinasi obat dan terapi psikososial untuk skizofrenia

Setelah gejala psikosis mereda, pasien skizofrenia juga membutuhkan pengobatan psikologis dan sosial yang juga dikenal sebagai terapi psikososial.

Menurut American Psychological Association, menambahkan terapi psikososial ke dalam rencana pengobatan membantu pasien skizofrenia untuk kembali menjalankan aktivitas sehari-hari.

Salah satu bentuk terapi yang sering dilakukan yakni terapi perilaku kognitif (CBT). Terapi ini membantu mengubah pikiran atau perilaku negatif yang membuat kehidupan pasien menjadi sulit.

Di samping itu, terapi perilaku kognitif juga bertujuan untuk:

  • mengatasi gejala psikosis seperti delusi dan halusinasi,
  • meredakan stres sehingga gejala tidak bertambah parah,
  • mengelola efek samping dari obat skizofrenia, dan
  • mengatasi masalah lain yang mungkin dialami oleh pasien skizofrenia, seperti gangguan kecemasan sosial dan depresi.

Penelitian juga menunjukkan bahwa terapi psikososial bahkan bisa membantu orang-orang yang tubuhnya tidak merespons obat-obatan dengan baik.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Archives of General Psychiatry (2010) meneliti 1.268 pasien skizofrenia yang memperoleh obat antipsikotik saja atau kombinasi obat dan terapi psikososial.

Hasilnya, diketahui tingkat penghentian atau perubahan pengobatan skizofrenia adalah sebesar 32,8% pada kelompok kombinasi dan 46,8% pada kelompok obat saja.

Kelompok kombinasi juga memiliki risiko kekambuhan lebih rendah. Ini dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup dan fungsi sosial secara signifikan.

Jika merasa ragu, cobalah berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater Anda. Mereka dapat memberikan penanganan dan membantu Anda mencari solusi terbaik atas kondisi yang Anda alami.

Kesimpulan

  • Skizofrenia butuh pengobatan seumur hidup, bahkan saat gejalanya telah mereda.
  • Perawatan skizofrenia melibatkan konsumsi obat antipsikotik dan terapi psikososial agar pasien bisa menjalani aktivitas sehari-hari kembali.
  • Psikiater akan membantu pasien beserta keluarganya dalam mengetahui perkembangan kondisi pasien dan efek samping dari obat skizofrenia yang digunakan.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Schizophrenia. (2020). Mayo Clinic. Retrieved January 6, 2023, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/schizophrenia/symptoms-causes/syc-20354443

Schizophrenia. (2020). Mind UK. Retrieved January 6, 2023, from https://www.mind.org.uk/information-support/types-of-mental-health-problems/schizophrenia/treatment/

How do I choose between medication and therapy? (2017). American Psychological Association. Retrieved January 6, 2023, from https://www.apa.org/ptsd-guideline/patients-and-families/medication-or-therapy

Morrison, A. P., Law, H., Carter, L., Sellers, R., Emsley, R., Pyle, M., French, P., Shiers, D., Yung, A. R., Murphy, E. K., Holden, N., Steele, A., Bowe, S. E., Palmier-Claus, J., Brooks, V., Byrne, R., Davies, L., & Haddad, P. M. (2018). Antipsychotic drugs versus cognitive behavioural therapy versus a combination of both in people with psychosis: a randomised controlled pilot and feasibility study. The lancet. Psychiatry, 5(5), 411–423. https://doi.org/10.1016/S2215-0366(18)30096-8

Guo, X., Zhai, J., Liu, Z., Fang, M., Wang, B., Wang, C., Hu, B., Sun, X., Lv, L., Lu, Z., Ma, C., He, X., Guo, T., Xie, S., Wu, R., Xue, Z., Chen, J., Twamley, E. W., Jin, H., & Zhao, J. (2010). Effect of antipsychotic medication alone vs combined with psychosocial intervention on outcomes of early-stage schizophrenia: A randomized, 1-year study. Archives of general psychiatry, 67(9), 895–904. https://doi.org/10.1001/archgenpsychiatry.2010.105

Versi Terbaru

25/01/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

Mengenal Fight-or-Flight, Respons Menghadapi Ancaman

Waham, Ketika Seseorang Percaya Pemikiran yang Salah


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 25/01/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan