backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Psikosis

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 21/12/2022

    Psikosis

    Psikosis merupakan sebuah suatu kondisi atau gejala serupa halusinasi, bukan penyakit. Masalah mental atau fisik, pemakaian obat-obatan tertentu, atau stres berat merupakan penyebab timbulnya kondisi ini.

    Tanda-tanda dan gejala yang timbul pun umumnya tidak terjadi secara tiba-tiba. Gejala akan muncul secara bertahap. Berikut ini adalah penjelasan detail mengenai psikosis.

    Apa itu psikosis?

    psikosis pdf

    Psikosis adalah istilah medis yang merujuk pada keadaan mental yang terganggu oleh delusi atau halusinasi. Psikosis meliputi keadaan ketika kita susah membedakan mana kenyataan dan mana imajinasi kita. Kondisi ini tergolong dalam masalah mental yang serius.

    Penelitian Psychological Medicine Universitas Cambridge menjelaskan, ketika penderita psikosis mengalami delusi, ia memiliki keyakinan atau kepercayaan akan suatu hal yang kuat. Padahal keyakinan tersebut tidak sesuai dengan fakta atau kenyataan. 

    Selain delusi dan halusinasi, gejala lain yang timbul meliputi cara berbicara yang tidak masuk akal, serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi.

    Tanda-tanda & gejala psikosis

    jenis psikosis

    Psikosis disertai dengan kondisi yang secara tidak langsung menimbulkan tanda-tanda dan gejala. Umumnya, kondisi ini semakin parah seiring dengan berjalannya waktu, terlebih jika tidak segera mendapatkan penanganan khusus.

    National Institute of Mental Health menjelaskan sejumlah tanda-tanda dan gejala yang perlu diwaspadai dari psikosis sebagai berikut.

    • Penurunan performa kerja di kantor atau nilai di sekolah.
    • Kesulitan dalam berkonsentrasi atau berpikir jernih.
    • Merasa curiga dan tidak tenang di sekitar orang lain.
    • Kurang menjaga kebersihan diri.
    • Menghabiskan waktu sendirian lebih lama dari biasanya.
    • Merasakan emosi yang terlalu intens.
    • Terkadang tidak merasakan emosi apapun.

    Gejala episodik psikosis

    halusinasi adalah

    Penelitian dalam jurnal Psychological, Social and Integrative Approaches menjelaskan ketika kondisi yang dialami sudah semakin parah dan terus berulang secara berkala. Penderita akan merasakan beberapa gejala utama episodik psikosis seperti berikut ini.

    Halusinasi

    Umumnya, penderita akan merasakan halusinasi auditori yaitu mendengar suara-suara yang seharusnya tidak ada.

    Ada pula halusinasi sentuhan atau taktil, yaitu merasakan sensasi atau sentuhan aneh yang sulit dijelaskan. Jenis halusinasi lain adalah visual yaitu penderita melihat sesuatu atau seseorang yang tidak ada.

    Delusi

    Delusi adalah memiliki keyakinan atau kepercayaan kuat yang tidak masuk akal dan tidak dapat dibuktikan secara faktual.

    Beberapa contohnya adalah penderita meyakini adanya dorongan eksternal yang memengaruhi tindakan dan perasaan atau percaya bahwa semua orang akan melukainya. Delusi jenis ini disebut dengan delusi paranoid.

    Ada pula yang percaya bahwa ia mempunyai kekuatan supernatural. Bahkan, beberapa di antaranya percaya bahwa ia adalah Tuhan. Kondisi tersebut termasuk dalam delusi grandeur.

    Perbedaan psikosis dan skizofrenia

    jenis trauma psikologis

    Mengutip dalam St Patrick’s Mental Health Service, Skizofrenia didiagnosis ketika Anda memiliki gejala psikosis selama lebih dari enam bulan.

    Hal ini disertai dengan penurunan serius dalam kemampuan fungsional. Ini adalah masalah kesehatan mental yang dapat memengaruhi cara berpikir, merasa, dan berperilaku. 

    Orang dengan skizofrenia mungkin mengalami gejala yang berhubungan dengan psikosis, yang dapat menyebabkan mereka kesulitan membedakan apa yang nyata dan apa yang tidak. 

    Namun, tidak seluruh orang dengan kondisi psikosis memiliki skizofrenia. Maka diperlukan diagnosis yang akurat. Hal tersebut akan dapat cukup membingungkan lantaran beragam gejala tampak tumpang tindih.

    Apa penyebab psikosis?

    okskarbazepin

    Psikosis merupakan kondisi yang memengaruhi kemampuan otak dalam memproses informasi. Kondisi ini dapat mengubah persepsi sensoris, kemampuan mengelola, serta mengekspresikan informasi yang didapat dan dimiliki.

    Meskipun penyebab pasti dari psikosis belum diketahui, terdapat banyak masalah kesehatan dan kebiasaan-kebiasaan yang berkaitan erat dengan munculnya kondisi ini. 

    Beberapa di antaranya merupakan kombinasi dari lingkungan sosial, faktor genetik, psikologis, obat-obatan, dan fisik.

    1. Obat-obatan

    Obat-obatan, misalnya obat untuk penyakit Parkinson dan kejang-kejang, steroid, dan kemoterapi, serta obat-obatan terlarang (LSD, kokain, alkohol, amfetamin, ganja, PCD) juga bisa menyebabkan gangguan mental, sehingga psikosis dapat muncul.

    2. Trauma

    Kejadian traumatik seperti kehilangan orang yang dicintai, pelecehan seksual, atau menjadi korban peperangan dapat memicu munculnya psikosis. Jenis trauma dan umur saat sedang mengalami trauma tersebut juga berpengaruh.

    3. Cedera dan penyakit tertentu

    Psikosis dapat muncul apabila penderitanya pernah mengalami cedera otak, misalnya kecelakaan. Ada pula kemungkinan psikosis adalah salah satu gejala dari penyakit tertentu.

    Penyakit tersebut seperti human immunodeficiency virus (HIV), penyakit Parkinson, Alzheimer, penyakit Huntington, malaria, stroke, tumor otak, dan penyakit kejang.

    4. Menderita penyakit kejiwaan

    Kondisi ini juga dapat muncul sebagai salah satu gejala gangguan kejiwaan pada seseorang yang meliputi:

  • Skizofrenia
  • Kelainan skizoafektif
  • Brief psychotic disorder
  • Kelainan delusional
  • Psikosis bipolar
  • Psikosis postpartum (postnatal)
  • Faktor-faktor risiko

    gangguan perkembangan pada dewasa

    Meski psikosis dapat terjadi pada siapa saja, berbagai golongan usia, dan kelompok ras. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini.

    Memiliki salah satu atau seluruh faktor risiko bukan berarti Anda dipastikan akan mengalami psikosis. Ada pula kemungkinan kecil Anda dapat menderita kondisi ini meski tidak memiliki satu pun faktor risiko. Faktor-faktor risiko yang dapat memicu munculnya psikosis adalah sebagai berikut.

    1. Keturunan keluarga atau faktor genetik

    Beberapa penelitian, seperti dalam buku The First Episode of Psychosis: A Guide for Patients and Their Families memperlihatkan faktor genetik memiliki peran penting dalam kondisi ini. Jika salah satu anak kembar identik menderita psikosis, ada kemungkinan 50% kembar lainnya pun akan mengalami hal yang sama.

    Individu yang hidup berdampingan dengan anggota keluarga (orang tua atau saudara kandung) yang mengidap kondisi ini juga lebih berisiko mengalami gangguan kejiwaan. 

    Anak-anak yang lahir dengan mutasi genetik dikenal sebagai 22q11 deletion syndrome berisiko mengalami gangguan psikosis, terutama skizofrenia.

    2. Pernah mengalami kecelakaan

    Cedera pada kepala atau otak dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini. Maka dari itu, orang yang pernah terlibat atau menjadi korban kecelakaan, serta menderita cedera di bagian kepalanya, lebih rentan mengalami psikosis.

    3. Pernah mengalami trauma berat

    Trauma yang diakibatkan dari kejadian-kejadian tertentu, seperti kehilangan anggota keluarga atau menjadi korban pemerkosaan dapat meninggalkan bekas yang mendalam pada otak. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan risiko kemunculan psikosis.

    4. Mengonsumsi obat-obatan tertentu

    Psikosis adalah kondisi yang tidak dapat dipisahkan dari penggunaan obat-obatan terlarang, seperti amfetamin dan kokain. Apabila seseorang mengonsumsi obat-obatan tersebut secara berlebihan, peluangnya untuk mengalami kondisi ini jauh lebih besar.

    5. Pernah atau sedang menderita penyakit kejiwaan

    Psikosis umumnya merupakan kondisi yang muncul ketika seseorang telah menderita penyakit kejiwaan lainnya. Kondisi ini muncul sebagai salah satu gejala dari masalah atau gangguan kejiwaan yang sedang diderita.

    Beberapa contoh penyakit mental yang sering dikaitkan dengan kondisi ini seperti skizofrenia dan bipolar.

    Kapan harus ke dokter?

    andrologi

    Temui dokter jika Anda atau anggota keluarga mulai merasa jauh dengan realita dan orang-orang sekitar. Termasuk ketika Anda atau anggota keluarga akan merugikan diri sendiri atau orang lain. 

    Tubuh masing-masing penderita menunjukkan tanda-tanda dan gejala yang bervariasi. National Health Services juga menyarankan untuk mendapatkan penanganan yang paling tepat dan sesuai, segera kunjungi dokter atau psikiater terdekat.

    Diagnosis & pengobatan

    perbedaan psikosis dan psikotik

    Jika Anda mencurigai seseorang mengidap psikosis, dokter akan membuat diagnosis berdasarkan sejarah medis, pemeriksaan fisik dan evaluasi psikiater. Dalam prosedur ini, dokter akan melihat perilaku orang tersebut dan bertanya mengenai dirinya sendiri.

    Dokter juga akan melakukan tes untuk memastikan tidak ada penyakit medis lainnya, antara lain tes darah, CT, dan MRI pada otak. Tulang belakang juga akan diperiksa untuk mendeteksi adanya infeksi, kanker, atau penyebab lainnya.

    Apa saja pilihan pengobatan untuk psikosis?

    Terapi Psikodinamika,

    Bagi penderita psikosis, pengobatan dilakukan dengan cara pemberian obat-obatan dan terapi. Tujuannya adalah agar individu tersebut tidak menyakiti diri sendiri atau orang lain. 

    Obat-obatan ini termasuk haloperidol dan benzodiazepin yang merupakan obat untuk mengatasi rasa gelisah (seperti lorazepam, alprazolam). Pengobatan lanjutan atau terapi tergantung pada penyebabnya:

    • Penyakit semacam depresi mental atau skizofrenia, Anda memerlukan psikiater dalam pengobatan bersamaan dengan obat antidepresan atau antipsikotik.
    • Orang dengan penyakit Parkinson dan kejang-kejang harus mengonsumsi obat-obatan untuk mengatasi masalah tersebut.
    • Pecandu narkoba (misalnya, alkohol, dan obat terlarang lainnya) memerlukan bimbingan dan arahan.
    • Terapi kognitif melatih penderita bagaimana sebuah pola pikir akan memicu gejala. Kemudian untuk terapi perilaku dapat mengatasi rasa khawatir terhadap gejala dan reaksi penderita.

    Pengobatan di rumah

    gangguan psikotik

    National Alliance on Mental Illness menyarankan agar Anda menghubungi psikolog atau psikiater untuk memantau kondisi medis jangka panjang. 

    Hubungi dokter jika Anda merasa cemas atau tertekan, mendengar suara-suara, dan melihat hal-hal yang sesungguhnya tidak ada.

    Jangan memakai narkoba. Penelitian Psychological Medicine memperlihatkan hasil bahwa penggunaan narkoba (ganja) secara berat dan kronis menimbulkan kondisi yang relevan dengan psikosis dan pengurangan kemampuan kognitif. 

    Alkohol, amfetamin, kokain, obat tidur, dan anti antidepresan yang dapat menyebabkan psikosis. Apabila Anda mengalami halusinasi auditorik, fokuskan pikiran terhadap hal lain misalnya dengan membaca, mendengarkan musik, berdoa, atau berbicara dengan teman.

    Jika Anda memiliki pertanyaan, silakan konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik bagi Anda.

    Catatan

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 21/12/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan