Kekerasan bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk diri Anda sendiri. Untuk menghindari perilaku ini, beberapa tindakan pengendalian emosi bisa dilakukan agar keinginan melakukan kekerasan hilang.
Namun, sebelum itu, mari cari tahu dahulu apa yang membuat orang paling sabar sekalipun kadang ingin melakukan kekerasan.
Mengapa Anda kadang ingin melakukan kekerasan?
Anda mungkin memiliki pikiran akan tindak kekerasan, tetapi tidak tahu apa penyebabnya. Berikut merupakan beberapa alasan mengapa Anda memiliki pikiran tersebut.
1. Kepanikan atau kecemasan
Dalam beberapa kasus, pikiran untuk melakukan kekerasan muncul akibat kepanikan atau kecemasan yang kuat. Pikiran ini muncul sebagai mekanisme diri untuk lepas dari kedua kondisi tersebut.
2. Hasil imajinasi
Imajinasi yang dibalut pikiran buruk dapat membuat Anda ingin melakukan kekerasan. Hampir semua orang sekilas memiliki pikiran ini, tetapi biasanya cepat juga dilupakan saat muncul.
3. Adanya masalah dalam otak
Masalah produksi hormon serotonin di dalam otak bisa memicu pikiran untuk bertindak kekerasan. Hormon yang juga berperan sebagai neurotransmiter ini mengatur rasa cemas, daya ingat, hingga siklus tidur.
Jika serotonin tak berfungsi dengan baik dalam mengatur tingkat kecemasan, kemampuan membatasi pikiran buruk akan menurun. Hasilnya, pikiran untuk melakukan hal-hal buruk pun muncul.
4. Stres yang tidak tertangani
Stres tidak menyebabkan keinginan untuk melakukan kekerasan. Namun, stres yang tidak tertangani dengan benar dapat memperburuk pikiran Anda.
Terlepas dari alasannya, kekerasan bukanlah sesuatu yang dibenarkan. Tindakan ini dapat menimbulkan luka fisik dan mental pada korbannya.
Faktor yang juga meningkatkan risiko seseorang melakukan kekerasan
- Pernah menjadi korban kekerasan dalam keluarga atau hubungan.
- Pengalaman mengalami kekerasan saat masa kanak-kanak, baik fisik maupun seksual.
- Mekanisme koping yang buruk.
- Rendahnya kepercayaan diri.
- Tidak memiliki teman atau terisolasi secara sosial.
- Gangguan mental yang tidak diobati.
- Penyalahgunaan alkohol atau obat terlarang.
- Tekanan ekonomi.
- Kemampuan menyelesaikan masalah yang buruk.
- Adanya rasa insecure dalam diri.
Cara mengendalikan emosi agar tidak melakukan kekerasan
Tindakan kekerasan dapat berdampak buruk bagi fisik dan mental korban. Melihat dampak yang bisa ditimbulkan, penting bagi Anda untuk bisa mengendalikan emosi dengan baik.
Dilansir dari Mayo Clinic, berikut sejumlah cara mengendalikan emosi agar tidak melakukan kekerasan.
1. Tunggu hingga perasaan lebih tenang
Perasaan yang tenang dapat membuat Anda berpikir lebih jernih saat stres. Dengan begitu, Anda bisa mengekspresikan kemarahan tanpa harus melakukan kekerasan.
2. Berpikir sebelum bertindak
Sebelum melakukan tindak kekerasan, pikirkan potensi dampak yang bisa ditimbulkan. Tak hanya akan menyakiti korban, Anda juga akan menghadapi konsekuensinya, misalnya dijebloskan ke penjara.
3. Mengalihkan ke aktivitas yang positif
Agar tidak terbawa oleh amarah, cobalah untuk mengalihkan emosi ke aktivitas positif yang bisa melepas stres. Sebagai contoh, Anda bisa berjalan kaki sambil menikmati alam bebas atau mencoba olahraga pengusir stres.
4. Cari solusi dari masalah
Kekerasan tidak menyelesaikan masalah, tetapi malah menambahnya. Daripada meluapkan amarah dengan melakukan kekerasan, lebih baik berpikir untuk mencari solusi dari masalah tersebut.
5. Terapkan teknik relaksasi
Saat hati dilanda amarah, menerapkan teknik relaksasi bisa membuat perasaan dan pikiran jadi lebih tenang. Beberapa teknik relaksasi yang bisa dicoba, seperti:
Setiap orang mempunyai cara masing-masing untuk mengendalikan emosi. Apabila Anda sering kesulitan dalam mengendalikan amarah, ada baiknya Anda mencari bantuan profesional.
Tanda orang yang berpotensi menjadi pelaku kekerasan
Beberapa sifat dan perilaku dapat meningkatkan potensi seseorang untuk melakukan kekerasan. Agar tidak terlibat dalam tindakan kekerasan, cobalah untuk menghindari sikap dan perilaku berikut.
- Cemburu dan posesif yang berlebihan: misalnya menuduh pasangan selingkuh sepanjang waktu atau meminta semua password media sosial pasangan.
- Controlling behavior: selalu ingin memegang kontrol dan mengambil keputusan dalam hubungan.
- Ekspektasi yang tidak realistis: seperti terlalu mengharapkan pasangan untuk menjadi orang yang sempurna.
- Selalu menyalahkan orang lain saat ada masalah: tidak mau bertanggungjawab atas masalah yang sebenarnya dibuat sendiri.
- Hipersensitivitas: terlalu sensitif dan melihat segala sesuatu sebagai serangan kepada dirinya.
- Senang merendahkan orang lain: sering mengabaikan perasaan dan tidak mau menghormati orang lain.
- Sering berperilaku kasar: termasuk pada anak-anak dan hewan.
- Kebiasaan merusak barang: contohnya membanting ponsel atau memecahkan gelas.
Jika Anda memiliki sikap dan perilaku di atas, cobalah untuk menguranginya sedikit demi sedikit. Apabila Anda mengalami kesulitan, tak ada salahnya berkonsultasi ke psikolog atau psikiater untuk mendapatkan bantuan.
Ragam alasan kenapa muncul keinginan untuk melakukan kekerasan
- Respons atas kepanikan dan kecemasan.
- Hasil imajinasi yang dibalut dengan pikiran-pikiran buruk.
- Adanya masalah pada otak, khususnya pada produks serotonin.
- Stres yang tidak tertangani dengan baik.