backup og meta

Gangguan Konversi

Gangguan Konversi

Pernahkah Anda mendengar soal gangguan konversi? Salah satu bentuk gangguan mental ini bisa memengaruhi fungsi saraf, tetapi tidak terkait dengan penyakit saraf atau lainnya. Kondisi ini bisa muncul dalam beberapa episode yang sifatnya sementara atau bertahan lama.

Apa itu gangguan konversi?

Gangguan konversi adalah kondisi kejiwaan ketika seseorang merasakan gejala fisik berupa kehilangan kendali terhadap fungsi sistem saraf.

Meski begitu, gejala yang dirasakan tidak terkait dengan penyakit saraf atau kondisi medis lain. 

Salah satu bentuk gangguan somatoform yang juga disebut gangguan neurologis fungsional ini mengacu pada fungsi sistem saraf pusat yang tidak normal.

Orang yang memiliki gangguan ini umumnya akan mengalami gejala fisik sebagai usaha untuk mengatasi konflik yang ia rasakan atau pikirkan. 

Sebagai contoh, seorang wanita yang trauma akan kekerasan dan berpikir bahwa dirinya tidak akan melakukan kekerasan, tiba-tiba mengalami mati rasa pada tangannya saat ia sangat marah dan ingin memukul orang lain. 

Alih-alih membiarkan dirinya memukul seseorang, ia akan merasakan gejala fisik, yaitu mati rasa pada tangannya.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Terbilang langka, gangguan konversi diperkirakan memengaruhi 4 hingga 12 dari 100.000 orang per tahun menurut buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Kondisi ini juga lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.

Tanda dan gejala gangguan konversi

tremor gejala gangguan konversi

Setiap pengidap gangguan konversi memiliki gejala yang bervariasi, mungkin bisa ringan atau parah. 

Gejala tersebut dapat terjadi sementara ataupun dalam waktu yang cukup lama. Sebagai akibatnya, kemampuan tubuh untuk berfungsi secara normal akan terganggu. 

Tingkat keparahan atau kecacatan yang disebabkan oleh gangguan konversi bisa juga serupa dengan pasien penyakit saraf atau kondisi medis lain.

Gejala-gejala gangguan konversi yang memengaruhi pergerakan dan fungsi tubuh meliputi:

  • lemas,
  • lumpuh sementara pada tangan dan kaki,
  • kehilangan keseimbangan,
  • kejang,
  • kesulitan menelan atau seperti ada yang mengganjal di tenggorokan,
  • kesulitan berjalan,
  • gerakan tubuh tidak terkontrol (tremor), dan
  • penurunan kesadaran hingga pingsan.

Sementara itu, berikut beberapa gejala lain yang dapat memengaruhi indra.

  • Kehilangan sensasi perabaan (mati rasa).
  • Gangguan penglihatan, meliputi penglihatan ganda atau kebutaan mendadak.
  • Gangguan berkomunikasi, meliputi kehilangan suara atau perubahan artikulasi.
  • Gangguan pendengaran, meliputi kesulitan mendengar atau tidak dapat mendengar sama sekali.

Jika Anda mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan di atas, segera kunjungi dokter untuk mengetahui penyebabnya dan mendapatkan pengobatan yang tepat.

Penyebab gangguan konversi

Dikutip dari Mayo Clinic, penyebab gangguan konversi tidak diketahui secara pasti. Namun, pada dasarnya bagian otak yang mengontrol fungsi otot dan indra mungkin terlibat.

Para ahli juga memercayai bahwa gangguan ini timbul sebagai respons fisik terhadap trauma secara fisik maupun psikologis. 

Pemicunya dapat berupa kejadian menegangkan atau perubahan fungsi otak, baik itu pada struktur, sel-sel, atau reaksi kimia pada tubuh orang yang mengalaminya.

Beberapa orang juga berisiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan konversi bila memiliki kondisi-kondisi berikut ini.

  • Riwayat penyakit neurologis, seperti epilepsi, migrain, atau kelainan gerakan.
  • Kelainan disosiatif, yakni gangguan pada memori, identitas, kesadaran, dan persepsi.
  • Gangguan kepribadian, yakni ketidakmampuan mengelola perasaan dan perilaku yang diharapkan dalam situasi sosial tertentu.
  • Kondisi kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan.
  • Riwayat pelecehan seksual atau kekerasan fisik pada masa kanak-kanak.

Diagnosis gangguan konversi

konsultasi psikiater

Tidak ada tes standar yang dilakukan untuk mendiagnosis gangguan konversi.

Orang-orang dengan gangguan ini akan didiagnosis menggunakan kriteria yang ditetapkan oleh Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ), meliputi:

  • kehilangan kendali terhadap pergerakan atau gejala sensorik,
  • gejala muncul setelah kejadian traumatis atau stres,
  • gejala yang muncul tidak dapat dijelaskan secara medis, dan
  • gejala sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.

Diagnosis ini dilakukan dengan melibatkan semua gejala yang muncul dan mengesampingkan kondisi medis neurologis atau penyakit lainnya yang dapat menyebabkan gejala. 

Pengujian tersebut akan melibatkan ahli saraf, psikiater, dan profesi kesehatan mental lainnya.

Pasien akan direkomendasikan untuk melakukan tes kesehatan lainnya, mulai dari tes refleks, tekanan darah, MRI, dan electroencephalogram (EEG) yang merekam aktivitas otak.

Beberapa tes tersebut akan membantu memastikan penyebab dari gangguan saraf yang Anda alami.

Pengobatan gangguan konversi

Pengobatan terhadap gangguan konversi akan disesuaikan dengan gejala dan kemungkinan penyebabnya. 

Pada umumnya, beberapa terapi berikut ini akan membantu pasien dalam mengelola stres dan menghadapi trauma.

1. Terapi okupasi

Terapi okupasi bertujuan mengatasi masalah sistem gerak, kelumpuhan, kelemahan otot, atau mobilitas. Olahraga dengan intensitas yang bertambah secara bertahap bisa meningkatkan kemampuan fisik pasien.

2. Terapi wicara

Pada pasien yang mengalami gangguan komunikasi, seperti kehilangan suara atau perubahan artikulasi, terapi wicara dapat membantu meningkatkan kemampuan berbicaranya.

3. Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT) membantu pasien menyadari perilaku positif dan negatif serta melatihnya untuk menghadapi kejadian yang memicu trauma.

4. Hipnoterapi

Hipnoterapi merupakan proses penanaman sugesti ke dalam pikiran bawah sadar seseorang dengan cara menghipnotis alias memusatkan pikiran secara penuh. 

Pasien gangguan konversi akan menerima saran-saran atau sugesti yang berkaitan dengan gejala dan cara mengatasi gangguan ini selama hipnoterapi.

Pada beberapa kasus, dokter atau psikiater juga bisa meresepkan obat-obatan medis untuk membantu menangani depresi, gangguan kecemasan, dan insomnia yang dialami pasien. 

Pasien juga wajib melakukan kunjungan rutin ke dokter untuk memantau pemulihan dan mengetahui kesesuaian pengobatan yang dilakukan.

Kesimpulan

  • Gangguan konversi memengaruhi fungsi saraf, tetapi tidak terkait dengan penyakit saraf atau kondisi medis lainnya.
  • Kondisi yang umumnya disebabkan oleh trauma ini bisa membuat seseorang mengalami masalah pada fungsi tubuh dan indranya.
  • Pengobatan gangguan konversi melibatkan terapi dan obat-obatan guna mengelola stres serta trauma yang pasien alami.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Conversion disorder. (2020). MedlinePlus. Retrieved January 13, 2023, from https://medlineplus.gov/ency/article/000954.htm

Conversion Disorder: What It Is, Causes, Symptoms & Treatment. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved January 13, 2023, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17975-conversion-disorder

Functional neurologic disorder/conversion disorder – Symptoms and causes. (2022). Mayo Clinic. Retrieved January 13, 2023, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/conversion-disorder/symptoms-causes/syc-20355197

Functional neurologic disorder/conversion disorder – Diagnosis and treatment. (2022). Mayo Clinic. Retrieved January 13, 2023, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/conversion-disorder/diagnosis-treatment/drc-20355202

Peeling JL, Muzio MR. (2022). Conversion Disorder. StatPearls. Retrieved January 13, 2023, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551567/

O’Neal, M. A., & Baslet, G. (2018). Treatment for Patients With a Functional Neurological Disorder (Conversion Disorder): An Integrated Approach. The American journal of psychiatry, 175(4), 307–314. https://doi.org/10.1176/appi.ajp.2017.17040450

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). Arlington, VA: American Psychiatric Publishing.

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan. (1993). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Versi Terbaru

31/01/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

Waspada, Ini 7 Hal yang Paling Sering Menjadi Pemicu Stres

9 Langkah Efektif untuk Memulihkan Diri dari Trauma Masa Kecil


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 31/01/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan