Kecerdasan emosional sama pentingnya dengan kecerdasan intelektual (IQ). Bahkan, orang sukses dan bahagia umumnya mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi. Jika demikian, mengapa kecerdasan emosional yang terlalu tinggi malah dinilai merugikan?
Dampak kecerdasan emosional yang terlalu tinggi
Kecerdasan emosional atau emotional quotient (EQ) merupakan kemampuan untuk mengelola emosi diri sendiri dan memahami emosi orang lain.
Jenis kecerdasan ini punya pengaruh terhadap produktivitas di tempat kerja, hubungan asmara, interaksi dengan orang lain, serta kesehatan secara fisik dan psikis.
Orang-orang yang cerdas secara emosional memiliki kemampuan berempati kepada orang lain dan menghadapi konflik. Namun, EQ yang terlalu tinggi bisa menimbulkan dampak buruk.
Jika EQ terlalu tinggi dan tidak dikelola dengan baik, berikut dampak yang mungkin Anda alami.
1. Menurunkan kreativitas dan kemampuan berinovasi
Uniknya, orang-orang yang mempunyai kecerdasan emosional rendah cenderung lebih kreatif, artistik, dan berbeda dari yang lain.
Sikap menggebu-gebu dan mood yang naik-turun terkadang membantu proses berpikir kreatif.
Sebaliknya, banyak orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi justru memiliki sifat-sifat yang menandakan kreativitas rendah.
Mereka memang pandai untuk bekerja sama dengan orang lain. Sayangnya, mereka memiliki kesulitan untuk menonjolkan keunikan dirinya.
Namun, ini tidak selalu mutlak. Orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi tetap bisa menjadi orang yang kreatif selama mereka tekun berlatih, begitu pun sebaliknya.
2. Sulit memberi dan menerima kritik negatif
Agar bisa berkembang menjadi lebih baik, Anda tidak hanya membutuhkan masukan positif, tetapi terkadang juga membutuhkan kritik negatif yang membangun.
Namun, kecerdasan emosional yang terlalu tinggi terkadang bisa menjadi penghalang bagi seseorang dalam memberikan kritik yang seperti ini.
Seseorang ber-EQ yang tinggi memiliki empati besar dan umumnya lebih perasa. Inilah yang membuat mereka cenderung sulit memberikan komentar negatif kepada orang lain.
Di samping itu, orang dengan EQ tinggi sering merasa kesulitan mengenali komentar negatif saat harus menghadapi kritik.
Mereka kadang terlalu tenang dan positif tanpa menyadari bahwa orang lain mengharapkan perubahan dari dirinya.
3. Menghindari risiko
Mereka yang mempunya EQ terlalu tinggi biasanya lebih suka bermain aman. Artinya, mereka cenderung melakukan sesuatu tanpa terlalu banyak mengambil risiko.
Hal ini disebabkan karena mereka memiliki kontrol diri yang besar. Mereka memastikan bahwa segalanya diatur sedemikian rupa dan tidak ingin terburu-buru.
Makin tinggi kecerdasan emosional Anda, makin besar juga keinginan Anda untuk memiliki kontrol diri.
Sikap seperti ini dapat menguntungkan di dalam beberapa situasi. Akan tetapi, tentu akan ada kondisi yang mengharuskan Anda untuk keluar dari zona nyaman.
Kontrol diri berlebihan bisa membuat Anda takut mengambil risiko. Padahal, perilaku ini dapat membuat Anda sulit berkembang dalam pekerjaan maupun hubungan sosial.
4. Sulit mengambil keputusan penting
Salah satu tanda cerdas secara emosional adalah Anda pandai berinteraksi dengan orang lain.
Itu artinya, Anda mampu memahami kebutuhan orang lain, mengerti apa yang mereka rasakan, serta dapat menanggapi emosi orang tersebut dengan baik.
Sayangnya, ini mungkin hanya berlaku saat Anda berhadapan dengan sedikit orang. Lain halnya bila Anda menjadi seorang pemimpin dan berhadapan dengan banyak orang sekaligus.
Keinginan masing-masing individu dalam kelompok bisa membuat Anda kewalahan. Akibatnya, Anda malah kesulitan untuk mengambil keputusan yang tepat.
Keputusan yang menurut Anda baik untuk kelompok belum tentu diterima oleh beberapa orang.
Kondisi ini bisa memicu konflik pada orang dengan EQ yang terlalu tinggi. Mereka merasa tidak enak kepada orang lain, tetapi mereka juga yang menanggung bebannya.
5. Mampu memanipulasi orang lain
Kemampuan berempati yang dimiliki orang ber-EQ terlalu tinggi terkadang berkembang menjadi taktik manipulasi untuk memengaruhi perilaku orang lain.
Manipulasi tidak selalu berarti buruk. Beberapa tindakan manipulatif bahkan dapat bersifat positif, misalnya dengan melakukan kontak mata atau tersenyum untuk membangun kedekatan dengan orang lain.
Meski begitu, tidak menutup kemungkinan di luar sana ada pula beberapa orang yang memakai kemampuan manipulasinya demi kepentingannya sendiri.
Anda dapat menghindari sikap manipulatif dengan meminta pendapat atau masukan dari orang lain. Setiap kali Anda menyampaikan usulan, tanyakan pula opini mereka.
Dengan begitu, Anda tahu bahwa Anda tidak sedang memengaruhi tindakan orang lain.
Contoh manipulasi dalam ranah psikologi
- Perilaku pasif-agresif: menyampaikan kekesalan atau kekecewaan secara tersirat.
- Love bombing: memberikan kasih sayang dan bahkan menggunakan hubungan seksual untuk mencapai tujuan tertentu.
- Gaslighting: memutarbalikkan fakta untuk membuat seseorang merasa lemah, bersalah, dan meragukan diri sendiri.
Kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi tidak selalu buruk. Justru membangun EQ dapat membantu Anda dalam meraih kesuksesan dan menjalin koneksi.
Untuk menghindari dampak negatif dari EQ yang terlalu tinggi ini, Anda perlu menyeimbangkan kecerdasan emosional tersebut supaya tidak terlalu dominan.
Caranya, coba dengarkan orang-orang di sekitar Anda. Jangan ragu untuk menunjukkan rasa peduli, termasuk dengan memberikan kritik membangun dengan cara yang baik.
Dengan begitu, orang lain akan melihat Anda sebagai seseorang yang penuh empati dan rasa tanggung jawab.
Kesimpulan
- Kecerdasan emosional (EQ) memiliki pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk produktivitas kerja, hubungan sosial, hingga kesehatan fisik dan mental.
- Namun, EQ yang terlalu tinggi bisa menimbulkan dampak negatif, seperti menurunkan kreativitas, membuat Anda menghindari risiko, dan berpotensi menjadi taktik manipulasi terhadap orang lain.
- Guna menghindari dampak negatif tersebut, penting untuk menyeimbangkan EQ agar tidak terlalu dominan daripada kecerdasan lainnya.