Teori 3: Pengalaman dan pendidikan formal dapat mengubah IQ
Menurut Stephen Ceci, dosen perkembangan psikologi di Cornell University, setelah melakukan penelitian dengan mengamati partisipan dari kecil hingga dewasa selama bertahun-tahun sebagai objek penelitiannya, terbukti bahwa adanya perubahan area verbal di otak, sehingga remaja mengalami peningkatan IQ verbal. Menurutnya, banyak penelitian yang menunjukkan IQ dapat berubah. Ada beberapa faktor yang berkorelasi dengan perubahan IQ, salah satunya adalah perubahan cara ia diajarkan di sekolah. Anak-anak yang diajarkan dengan cara sistematis bukan tematik, biasanya mengalami peningkatan IQ. Sebab, pola sistematis lebih berpengaruh dalam beberapa tes IQ.
Ditemukan pula beberapa penelitian yang menunjukkan perubahan otak. Seorang pengemudi taksi di London mengalami perubahan otak ketika otaknya di-scan setelah dan sebelum aktivitas mengemudi, ketika ia harus belajar menavigasi jalan berlabirin di London. Hal tersebut dipicu oleh kemampuan navigasi yang digunakan. Menurut Ceci, pengalaman hidup dan pengalaman terkait masa sekolah seseorang dapat mengubah otak dan IQ seseorang.
Teori 4: IQ itu tidak ada, dan hasil tes IQ bersifat relatif
Berbeda dengan pendapat pakar-pakar sebelumnya, menurut Alan S. Kaufman, dosen psikologi klinis di Yale University School of Medicine, tidak ada yang namanya IQ. Konsep IQ sendiri bersifat relatif. IQ hanyalah representasi seberapa baik Anda melakukan sesuatu, sedangkan tes IQ hanya berupa pembanding dengan orang-orang yang seumuran dengan Anda. Kita tidak bisa menelan bulat-bulat hasil tes IQ, misalnya skor 126, karena tes IQ terpercaya pun memberikan Anda interval kepercayaan sebanyak 95%. Maka, Anda dapat mengatakan bahwa dengan interval 95% tersebut, seseorang yang skor IQ-nya 126 bisa jadi memiliki IQ antara 120 dan 132.
Teori 5: Kita bisa melatih diri sendiri untuk meningkatkan kecerdasan
Kevin McGrew, pemimpin Institute for Applied Psychometrics, menyebutkan bahwa perubahan IQ tergantung dari beberapa hal. Menurutnya, penting bagi kita untuk membedakan dua jenis kecerdasan yang berbeda. Ada yang disebut kecerdasan biologi, dalam hal ini didefinisikan sebagai efisiensi saraf. Selain itu, ada kecerdasan psikometri – skor IQ yang terukur, hal ini merupakan metode yang secara tidak langsung dan tidak sempurna digunakan untuk memperkirakan kecerdasan biologi Anda.
Pertanyaannya sekarang adalah, dapatkah kita meningkatkan kecerdasan biologi? Berbagai riset telah dilakukan selama beberapa dekade belakangan dengan menggunakan neurotechnologies (program yang mengetahui cara memahami otak berdasarkan berbagai aspek), sangat mungkin menyempurnakan efisiensi saraf Anda. Fungsi kognitif Anda dapat dilatih untuk bekerja lebih efisien.
Pertanyaan lainnya sekarang adalah, dapatkah IQ seseorang berubah? Jawabannya, ya bisa. Perubahan skor tersebut mungkin tidak didasari adanya perubahan nyata kecerdasan secara menyeluruh, tetapi lebih disebabkan oleh perbedaan tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan yang berbeda. Ada beberapa kemampuan yang lebih stabil (contohnya kemampuan verbal), ada juga yang kurang stabil (contohnya kecepatan kognitif dalam memproses, ingatan jangka pendek).
Yang penting adalah Anda tahu cara menggunakan kecerdasan Anda, bukan hanya memiliki level tertentu kecerdasan secara umum saja. Pertanyaan yang bisa ditanyakan pada diri Anda adalah, seberapa baik Anda melakukan perencanaan? Seberapa baik Anda merespon jika situasi tidak berjalan baik? Sifat-sifat non-kognitif ini dapat mengubah kemampuan kognitif Anda.
BACA JUGA:
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar