Perilaku impulsif membuat seseorang melakukan suatu hal tanpa mempertimbangkan konsekuensinya terlebih dahulu. Saat mengambil suatu tindakan, Anda mungkin tidak memikirkan apa pun sehingga dengan yakin melakukannya.
Sebenarnya, setiap orang mungkin pernah berlaku seperti ini, baik sadar maupun tidak. Namun, jika dilakukan secara terus-menerus, hal ini bisa saja menjadi gejala dari penyakit mental tertentu.
Apa itu perilaku impulsif?
Perilaku impulsif adalah kondisi ketika Anda melakukan suatu tindakan tanpa berpikir panjang atau memikirkan konsekuensinya.
Sebagai contoh, Anda berjalan-jalan ke mal tanpa tujuan berbelanja, tapi berakhir mengeluarkan cukup banyak uang untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan.
Tak hanya itu, melakukan tindakan berbahaya juga bisa dianggap impulsif jika tidak dipikirkan dengan baik sebelumnya.
Meski begitu, tindakan ini tidak bisa dianggap sebagai salah satu gangguan mental karena sering kali tidak terjadi secara konsisten.
Artinya, semua orang memiliki potensi untuk melakukan tindakan impulsif, tapi jarang yang melakukannya terus-menerus.
Lagipula, tindakan impulsif sebenarnya memiliki arti penting dalam insting manusia. Tindakan ini dibutuhkan pada saat-saat tertentu, misalnya saat menghadapi stres atau krisis yang mengharuskan Anda merespons dengan cepat tanggap.
Tindakan ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Seiring berjalannya waktu, kedewasaan dapat mendorong masing-masing orang untuk memikirkan konsekuensi dari setiap perbuatan.
Akan tetapi, jika perilaku impulsif terjadi berulang-ulang, menjadi bagian dari kepribadian seseorang, atau membahayakan diri sendiri serta orang lain, bisa jadi ini adalah gejala dari gangguan mental lain.
Tanda-tanda perilaku impulsif
Ketika Anda melakukan suatu tindakan secara spontan atau tanpa berpikir panjang, hal tersebut dapat menjadi tanda-tanda impulsif.
Selain itu, Anda juga tidak memikirkan dampak dari tindakan tersebut, yang mungkin saja bisa berbahaya bagi diri sendiri maupun orang lain.
Beberapa kondisi yang menjadi tanda Anda mempunyai kepribadian impulsif, antara lain:
- Senang menghamburkan uang untuk membeli barang yang tidak penting.
- Mudah tersinggung atau marah, bahkan tanpa sebab.
- Emosi meledak-ledak saat marah sampai menghancurkan barang.
- Melakukan aktivitas seks berisiko.
- Menyakiti diri sendiri saat merasa sedih, kecewa, dan marah.
Kapan harus ke dokter?
Meskipun perilaku impulsif bukan merupakan kondisi yang memerlukan penanganan medis, Anda perlu waspada jika tindakan ini terjadi secara terus menerus.
Segera konsultasikan diri ke dokter apabila Anda mengalami kondisi-kondisi sebagai berikut:
- Konsumsi obat-obatan dengan tidak wajar.
- Tindakan menyakiti diri sendiri secara terus-menerus.
- Perilaku impulsif yang muncul disertai dengan gejala depresi.
Penyebab perilaku impulsif
Penyebab utama dari perilaku impulsif yang terjadi secara berulang adalah kontrol diri yang tidak baik. Namun, tindakan ini juga bisa menjadi pertanda dari gangguan kesehatan mental dalam diri Anda.
Berikut beberapa gangguan mental yang ditandai dengan perilaku impulsif.
Jika Anda memiliki salah satu dari kondisi yang disebutkan di atas, Anda mungkin mengalami perilaku impulsif sebagai salah satu tandanya.
Meski begitu, patut dipahami bahwa orang yang melakukan tindakan ini belum tentu mengalami gangguan kepribadian, kecanduan, maupun gangguan mental lainnya.
Kondisi ini juga dapat dipicu oleh penyakit seperti lesi otak dan stroke. Selain itu, gejala mental yang disebut disosiasi juga dapat berkaitan dengan kondisi di atas.
Tindakan impulsif baru boleh dianggap sebagai gejala yang perlu dipantau jika sudah terjadi berulang kali hingga merugikan banyak pihak, baik diri sendiri maupun orang lain.
Bagaimana cara mengatasi kepribadian impulsif?
Perilaku impulsif bukanlah suatu kondisi mental yang harus ditangani secara medis. Meski begitu, jika sudah tergolong parah, khususnya sudah mengarah pada suatu kondisi mental tertentu, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengatasinya.
Berikut merupakan beberapa contohnya
1. Penggunaan obat-obatan
Ada beberapa pilihan obat yang bisa Anda gunakan, contohnya berikut ini.
Meski begitu, penggunaan obat-obatan ini tentu harus berada di bawah pengawasan dokter. Hindari pula penggunaan obat-obatan secara berlebihan.
Selain itu, obat-obatan ini tidak semata untuk mengatasi tindakan tersebut, melainkan untuk mengurangi gejala impulsif jika Anda mengalami gangguan mental lainnya.
2. Terapi psikologi
Anda juga bisa menjalani terapi psikologi atau psikoterapi untuk mengatasi masalah mental yang ditandai dengan tindakan impulsif.
Menurut sebuah artikel pada Good Therapy, salah satu pilihan psikoterapi yang bisa Anda lakukan adalah cognitive behavioral therapy (CBT).
Dalam terapi, Anda akan dibantu untuk menentukan pemicu dari tindakan impulsif yang sering dilakukan. Selain itu, Anda juga akan dibantu untuk mengatur strategi dalam mengatur respons terhadap pemicu tersebut di masa depan.
Selain CBT, Anda juga bisa melakukan berbagai jenis terapi lainnya, seperti terapi kelompok yang biasanya cukup efektif untuk mengatasi kebiasaan tertentu.
Pasalnya, pada pelaksanaan terapi ini, Anda dan beberapa orang lainnya akan diajak berdiskusi mengenai kondisi satu sama lain.
Hal ini membuat Anda merasa tidak sendirian dalam menghadapi kebiasaan tersebut. Tak hanya itu, dalam terapi ini, Anda akan didampingi oleh ahli profesional yang membantu jalannya diskusi agar terapi berjalan lancar.
Terapi lain yang juga bisa dijalani ialah terapi keluarga. Biasanya, terapi ini lebih efektif untuk para remaja.
Biasanya, saat seorang remaja memiliki masalah terhadap kontrol diri sehingga sering melakukan tindakan impulsif, hal tersebut berdampak pada keluarga.
Dengan menjalani terapi bersama keluarga, masing-masing anggota keluarga memiliki ruang untuk menyampaikan kondisi atau masalah yang berkaitan dengan tindakan ini.
Ahli terapi pun bisa mendengarkan untuk mengevaluasi apa akar masalah dan bagaimana menyelesaikannya.
3. Mekanisme koping
Mekanisme koping dapat dilakukan untuk mengatasi perilaku impulsif. Anda bisa menerapkan teknik pernapasan dalam ketika perilaku ini mulai muncul.
Selain membantu mengurangi risiko melakukan tindakan impulsif, menarik napas dalam juga bisa meredakan stres yang mungkin menjadi pemicunya.
Anda juga bisa mengalihkan perilaku ini ke arah yang lebih sehat. Contohnya, daripada membelanjakan uang untuk membeli barang yang tidak perlu saat stres, Anda bisa mengalihkannya ke olahraga, journaling, atau berbagi cerita dengan orang yang tepercaya.