backup og meta

Hipomania

Hipomania

Saat orang yang mengidap gangguan bipolar mulai merasa bahagia dan bersemangat, mungkin ia sedang berada di dalam fase hipomania. Nah, apakah Anda sudah tahu apa yang dimaksud dengan hipomania? Untuk mengenalnya lebih jauh, simak pembahasan di bawah ini.

Apa itu hipomania?

Hipomania atau hypomania adalah perubahan suasana hati, tingkat energi, dan aktivitas yang terjadi secara signifikan dan tidak normal.

Meski mania dan hipomania bisa menunjukkan gejala serupa, kedua kondisi ini bisa dibedakan dari intensitas dan durasi gejalanya.

Dibandingkan dengan mania, gejala hipomania biasanya tidak terlalu ekstrem alias lebih ringan. Episode hipomanik pun akan berlangsung dalam waktu lebih singkat.

Hipomania merupakan gejala umum dari gangguan bipolar, khususnya gangguan bipolar tipe II.

Meskipun begitu, kondisi ini juga bisa dipengaruhi oleh kondisi atau gangguan mental lain yang membuat seseorang merasa lebih energik dan percaya diri.

Tanda dan gejala hipomania

Bahagia karena binge watching

Gejala bipolar ini termasuk sulit diprediksi. Pasalnya, hipomania bisa mirip dengan rasa bahagia biasa yang dialami orang-orang pada umumnya.

Bila ditelisik lebih lanjut, rasa bahagia akibat hipomania mirip episode manik, tetapi tidak tidak terlalu meledak-ledak atau berlebihan.

Hipomania akan berlangsung setidaknya selama empat hari berturut-turut. Rasa bahagia, semangat, dan percaya diri ini bisa muncul hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari. 

Secara umum, seseorang dapat dikatakan mengalami episode hipomanik bila mengalami tanda dan gejala seperti berikut.

  • Memiliki tingkat aktivitas dan energi yang luar biasa tinggi.
  • Perubahan mood atau suasana hati yang lebih baik daripada biasanya.
  • Tidak terlalu butuh tidur atau istirahat, misalnya merasa sudah cukup istirahat padahal hanya tidur selama tiga jam.
  • Kepercayaan diri yang meningkat dan merasa tidak terkalahkan.
  • Berbicara begitu banyak dan cepat sehingga orang lain tidak bisa menyela.
  • Gelisah dan gampang marah, atau disebut dengan agitasi psikomotorik.
  • Mudah hilang fokus karena hal-hal yang tidak penting.
  • Terobsesi dan sepenuhnya asyik dengan suatu aktivitas tertentu.
  • Melakukan perilaku impulsif yang cenderung negatif, misalnya belanja barang-barang yang tidak perlu, menghabiskan uang untuk berjudi, atau terlibat seks bebas.

Perbedaan rasa bahagia dan hipomania

Hipomania bisa berlangsung berhari-hari, sedangkan rasa bahagia biasa yang akan hilang saat euforianya berkurang. Kepribadian orang dengan hipomania juga bisa berubah dari yang malas bersosialisasi dan tidak produktif, lalu menjadi penuh semangat dan percaya diri.

Penyebab hipomania

Para ahli sebenarnya masih belum tahu penyebab pasti dari hipomania. Namun, beberapa hal di bawah ini bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami episode hipomanik.

  • Perubahan musim. Peningkatan paparan sinar matahari saat beralih dari musim hujan ke musim panas bisa menyebabkan perubahan signifikan pada suasana hati.
  • Perubahan pada pola tidur. Insomnia atau kebiasaan kurang tidur terus-menerus bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami episode hipomanik.
  • Perubahan hidup. Berbagai perubahan besar di dalam hidup, misalnya perceraian atau kehilangan orang tercinta, bisa menyebabkan gejala ini.
  • Stres berat. Tingkat stres yang lebih tinggi dan tidak dikelola dengan baik berkontribusi terhadap perkembangan hipomania.
  • Depresi. Hipomania berisiko terjadi pada 0,3% hingga 22,4% orang yang menggunakan obat antidepresan untuk mengatasi gejala depresi.
  • Genetik. Apabila salah satu anggota keluarga mengalami hipomania, risiko Anda untuk mengalami kondisi yang sama akan makin besar di kemudian hari.
  • Konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang. Hipomania berisiko terjadi pada orang yang menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan terlarang, seperti amfetamin.

Dampak hipomania

perilaku impulsif

Hipomania akan berdampak buruk bila pengidapnya tidak bisa mengendalikannya dengan baik. 

Adapun, beberapa konsekuensi serius yang dapat terjadi adalah sebagai berikut.

  • Hiperseksualitas (hypersex) yang membuat pengidapnya terlibat dalam seks bebas dan meningkatkan risiko terkena infeksi menular seksual.
  • Menghabiskan uang secara impulsif untuk hal-hal yang tidak dibutuhkan yang membuat pengidapnya jatuh miskin.
  • Terlibat dalam perilaku yang tidak pantas, seperti berbicara kasar dan melanggar norma sosial, yang memicu konflik dan rusaknya hubungan dengan orang lain.

Perlu dipahami bahwa tidak semua aspek hipomania bersifat negatif. Terkadang kemunculan gejala ini bisa menghasilkan suatu tujuan yang tepat asal dikelola dengan baik.

Misalnya, penelitian dalam jurnal Frontiers in Psychiatry (2018) menemukan bahwa hipomania dapat meningkatkan kapasitas aerobik dan fungsi kardiopulmoner.

Yang terpenting orang-orang yang berada di dalam episode hipomanik bisa memikirkan tujuannya secara rasional sehingga rencananya dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

Diagnosis hipomania

Pengidap episode hipomanik mungkin tidak menyadari kondisinya. Akan tetapi, perubahan ini akan sangat mudah dikenali oleh orang-orang di sekitarnya, seperti teman atau keluarga.

Apabila Anda mengalami gejala dari gangguan bipolar ini, sebaiknya periksakan diri Anda ke psikiater.

Awalnya, dokter akan melakukan pemeriksaan medis dan tes laboratorium untuk mengesampingkan kondisi medis lain yang bisa menunjukkan gejala serupa.

Psikiater juga akan melakukan tes psikologi untuk menilai perasaan, pikiran, dan perilaku Anda.

Pada kasus yang dicurigai sebagai gangguan bipolar, Anda mungkin juga diminta membuat catatan harian mengenai perubahan suasana hati dan perilaku untuk membantu dokter menegakkan diagnosis.

Penanganan hipomania

memperbaiki masalah tidur pada orang dengan gangguan cemas

Hipomania biasanya ditangani lewat kombinasi obat-obatan, terapi psikologi (psikoterapi), dan perubahan gaya hidup. Berikut ini adalah penjelasannya.

1. Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan penstabil suasana hati (mood stabilizer) merupakan cara yang efektif untuk mengobati hipomania. 

Beberapa jenis obat yang umum diresepkan yakni:

Selain itu, psikiater juga dapat meresepkan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala hipomania sampai obat penstabil suasana hati memberikan efek penuh.

2. Psikoterapi

Beberapa jenis psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi interpersonal, dapat dilakukan untuk mengurangi efek dari episode hipomanik.

Terapi ini bisa membantu Anda mengenali pemicu, mengelola stres, dan mengembangkan cara yang tepat untuk menghindari pola pikir serta perilaku yang berisiko.

3. Perubahan gaya hidup

Dalam kasus hipomania ringan, psikiater mungkin hanya akan menyarankan Anda untuk melakukan perubahan gaya hidup seperti berikut.

  • Tidur yang cukup, yakni sekitar 7–8 jam setiap malam.
  • Usahakan untuk tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari.
  • Hindari faktor pemicu, seperti kafein, gula, dan lingkungan yang bising atau ramai.
  • Terapkan pola makan sehat dan bergizi seimbang.
  • Berolahraga secara rutin selama 30 menit sebanyak tiga sampai lima dalam seminggu.
  • Lakukan aktivitas untuk menenangkan diri, seperti yoga, meditasi, atau mendengarkan musik.
  • Hindari konsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang.
  • Gunakan obat sesuai aturan pakai pada label kemasan atau resep dokter.

Jika Anda atau orang terdekat Anda menunjukkan gejala hipomania, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau psikiater untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Kesimpulan

  • Hipomania adalah perubahan suasana hati, tingkat energi, dan aktivitas yang terjadi secara signifikan dan tidak normal. Kondisi ini sering dikaitkan dengan gejala gangguan bipolar.
  • Meski belum diketahui pasti penyebabnya, faktor-faktor seperti perubahan musim, pola tidur, stres, dan genetik bisa meningkatkan risikonya.
  • Penanganan untuk kondisi ini melibatkan kombinasi obat-obatan, psikoterapi, dan perubahan gaya hidup untuk mengelola gejala serta mencegah dampak negatif.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Hypomania. (n.d.). Psychology Today. Retrieved September 10, 2024, from https://www.psychologytoday.com/us/basics/hypomania

Hypomania: What is it, comparison vs mania, symptoms & treatment. (2021). Cleveland Clinic. Retrieved September 10, 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21774-hypomania

Hypomania and mania. (2023). Mind UK. Retrieved September 10, 2024, from https://www.mind.org.uk/information-support/types-of-mental-health-problems/hypomania-and-mania/about-hypomania-and-mania/

Bipolar disorder. (n.d.). National Institute of Mental Health. Retrieved September 10, 2024, from https://www.nimh.nih.gov/health/topics/bipolar-disorder

Seasonal affective disorder. (2021). Mayo Clinic. Retrieved September 10, 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/seasonal-affective-disorder/symptoms-causes/syc-20364651

Gill, N., Bayes, A., & Parker, G. (2020). A Review of Antidepressant-Associated Hypomania in Those Diagnosed with Unipolar Depression-Risk Factors, Conceptual Models, and Management. Current psychiatry reports, 22(4), 20. https://doi.org/10.1007/s11920-020-01143-6

Camacho, M., Almeida, S., Moura, A. R., Fernandes, A. B., Ribeiro, G., da Silva, J. A., Barahona-Corrêa, J. B., & Oliveira-Maia, A. J. (2018). Hypomania Symptoms Across Psychiatric Disorders: Screening Use of the Hypomania Check-List 32 at Admission to an Outpatient Psychiatry Clinic. Frontiers in psychiatry, 9, 527. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2018.00527

Shoval, A., Armstrong, H. F., Vakhrusheva, J., Ballon, J. S., Bartels, M. N., & Kimhy, D. (2018). The Impact of Hypomania on Aerobic Capacity and Cardiopulmonary Functioning-A Case Report. Frontiers in psychiatry, 9, 729. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2018.00729

Barton, J., Kyle, S. D., Varese, F., Jones, S. H., & Haddock, G. (2018). Are sleep disturbances causally linked to the presence and severity of psychotic-like, dissociative and hypomanic experiences in non-clinical populations? A systematic review. Neuroscience and biobehavioral reviews, 89, 119–131. https://doi.org/10.1016/j.neubiorev.2018.02.008

American Psychiatric Association. DSM-5 Task Force. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-5.

Versi Terbaru

20/09/2024

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Edria


Artikel Terkait

Memahami Euthymia pada Penderita Bipolar

Mitomania, Penyakit yang Membuat Pengidapnya Suka Berbohong


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 6 jam lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan