backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan

Kenapa Wanita Lebih Mudah Depresi Dibandingkan Pria?

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 28/01/2023

    Kenapa Wanita Lebih Mudah Depresi Dibandingkan Pria?

    Perubahan suasana hati memang hal yang wajar. Namun, jika Anda terus mengalaminya, ini mungkin saja berkaitan dengan gejala depresi. Kendati depresi dapat menimpa siapa saja, ternyata wanita memiliki risiko yang lebih tinggi daripada pria. Mengapa demikian?

    Penyebab wanita lebih mudah depresi

    Depresi adalah salah satu gangguan mental yang ditandai dengan memburuknya suasana hati, kehilangan minat, hingga terganggunya pola makan dan tidur selama enam bulan atau lebih.

    Meski bisa terjadi pada siapa saja, faktanya wanita memang lebih berisiko tinggi untuk mengalaminya. Kondisi ini biasanya disebabkan karena adanya perubahan hormon pada wanita.

    Berikut merupakan beberapa faktor yang menjadi penyebab wanita rentan mengalami depresi dibandingkan pria.

    1. Perubahan tubuh pada masa pubertas

    penyebab depresi pada wanita

    Pubertas merupakan masa ketika seorang anak mulai mengalami perubahan, baik secara fisik maupun emosional.

    Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Psychology, perubahan psikis saat masa puber juga membuat anak-anak lebih berisiko mengalami depresi.

    Meski depresi selama pubertas juga bisa dialami oleh laki-laki, anak perempuan berisiko 2–3 kali lebih tinggi untuk mengalaminya.

    Selain itu, anak perempuan yang mengalami masa pubertas lebih awal juga diduga memiliki risiko depresi yang lebih besar.

    2. Menstruasi

    Sebagian besar wanita mengalami sindrom pramenstruasi (PMS) yang salah satu tandanya ialah perubahan mood secara drastis (mood swing).

    Perubahan mood selama PMS sangatlah wajar. Kondisi ini disebabkan oleh perubahan hormon estrogen dan progesteron menjelang menstruasi. 

    Namun, ada juga jenis PMS yang lebih parah yang dikenal sebagai premenstrual dysphoric disorder (PMDD).

    Wanita yang dilanda PMDD memiliki risiko lebih besar mengalami depresi, bahkan melakukan percobaan bunuh diri.

    Pergolakan emosi karena PMDD masih bisa berlangsung meski masa menstruasi sudah usai. Oleh karena itu, PMDD perlu mendapat penanganan dari dokter.

    Sampai saat ini, masih diperlukan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana wanita bisa mengalami PMDD. Namun, sebagian besar dari mereka yang mengalaminya diketahui memiliki kadar serotonin yang rendah.

    Serotonin merupakan hormon yang berfungsi untuk mengendalikan emosi dan mood. Dengan adanya serotonin, suasana hati Anda akan tetap terjaga dengan baik.

    3. Kehamilan

    Kehamilan memang bukanlah masa yang mudah. Perubahan hormon di dalam tubuh dapat menyebabkan mood swing pada ibu hamil dan bahkan memicu depresi.

    Selain itu, wanita hamil juga lebih rentan terhadap stres dan depresi karena mengalami perubahan drastis saat kehamilan, seperti perubahan bentuk badan dan kebiasaan.

    Bahkan setelah melahirkan, sang ibu juga rentan mengalami baby blues dan depresi postpartum. Kondisi ini akan membuatnya kesulitan merawat bayi yang baru lahir.

    Meski begitu, baby blues dan depresi postpartum terbilang masih wajar jika terjadi selama 7–14 hari saja.

    Jika Anda mengalaminya lebih dari kurun waktu tersebut atau stres Anda tidak juga berkurang setelah melahirkan, sebaiknya segera hubungi dokter.

    4. Perimenopause

    Risiko depresi pada wanita juga meningkat pada masa perimenopause. Ini merupakan waktu selama 12 bulan setelah menstruasi terakhir Anda. Setelah itu, Anda akan mengalami menopause.

    Selama masa perimenopause, Anda akan mengalami pergolakan hormon yang cukup drastis. Hal inilah yang kemudian meningkatkan risiko stres dan bisa mengarahkan pada depresi.

    Selain karena perubahan hormon, depresi saat perimenopause juga kerap dipicu oleh faktor-faktor lainnya, seperti masalah kesehatan pada usia tua hingga kesedihan ditinggalkan anak-anak yang sudah dewasa.

    Perbedaan menopause dan perimenopause

    Wanita dikatakan mengalami menopause jika siklus menstruasinya berhenti selama 12 bulan berturut-turut.
    Sementara itu, perimenopause merupakan masa transisi ke menopause.
    Wanita yang berada dalam masa perimenopause masih mungkin mengalami menstruasi. Namun, menstruasinya cenderung tidak teratur dan biasanya disertai dengan rasa hangat pada tubuh bagian atas (hot flashes).

    5. Faktor lingkungan

    birthday blues adalah, ulang tahun sendirian sedih, birthday blues

    Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi lingkungan yang tidak suportif juga dapat menjadi penyebab depresi pada wanita.

    Dilansir dari laman Mayo Clinic, tuntutan wanita untuk menjalani peran ganda tanpa disadari bisa menimbulkan stres dan memicu depresi.

    Contohnya adalah ketika wanita sudah bekerja seharian di luar rumah, tetapi tetap dituntut mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan benar. Peran ganda tanpa dukungan tentu akan memicu rasa lelah secara fisik maupun mental.

    Selain itu, wanita juga lebih rentan mengalami pelecehan seksual. Kondisi ini tidak jarang membuat wanita ketakutan, sedih, dan bahkan mengalami trauma

    6. Faktor genetik

    Riwayat depresi pada keluarga akan meningkatkan peluang terjadinya depresi, baik pada pria maupun wanita.

    Namun, dengan adanya berbagai faktor seperti di atas, wanita akan menjadi lebih rentan untuk mengalami stres hingga berujung pada depresi.

    Meski dibutuhkan penelitian lebih lanjut, beberapa mutasi genetik yang terkait dengan perkembangan depresi berat juga lebih banyak ditemukan pada wanita.

    Bagaimana cara mengatasi depresi pada wanita?

    Jika Anda mengalami gejala depresi yang diakibatkan oleh perubahan hormon seperti saat menjelang menstruasi atau pada awal kehamilan, sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

    Kondisi tersebut akan segera membaik dengan sendirinya seiring kembalinya kadar hormon-hormon dalam tubuh Anda.

    Namun, jika mood swing atau gejala depresi lainnya yang Anda alami tidak juga membaik atau sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, tidak ada salahnya untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau psikiater.

    Dengan berkonsultasi, psikolog dan psikiater dapat membantu Anda mengetahui penyebab utama depresi dan memberikan penanganan yang tepat.

    Beberapa metode yang kerap digunakan untuk mengatasi depresi ialah pemberian obat antidepresan dan terapi perilaku kognitif.

    Pada umumnya, dokter juga akan meminta Anda untuk menerapkan pola hidup sehat, seperti olahraga dengan rutin, makan makanan bergizi, dan tidur yang cukup.

    Penerapan hidup sehat akan mendukung proses pengobatan dan membantu menjaga kesehatan mental Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 28/01/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan