backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Baby Blues dan Depresi Postpartum, Apa Bedanya?

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 06/04/2022

    Baby Blues dan Depresi Postpartum, Apa Bedanya?

    Gejolak perasaan sering kali muncul pada ibu usai melahirkan. Kondisi ini umumnya dikategorikan sebagai baby blues. Namun faktanya, satu dari tujuh ibu baru mengalami depresi postpartum yang memiliki gejala serupa dengan baby blues. Lantas, apa sih perbedaan antara baby blues dan depresi postpartum? Mana yang lebih parah dan bagaimana mengenalinya?

    Apa itu baby blues dan depresi postpartum?

    Baby blues adalah perubahan suasana hati yang mungkin terjadi setelah melahirkan. Ini biasanya digambarkan dengan perasaan sedih, menangis, kecemasan, hingga sulit untuk tidur.

    Perubahan suasana hati ini umum terjadi pada ibu yang baru melahirkan. Sekitar 80% ibu yang baru melahirkan mengalami sindrom ini.

    Serupa dengan baby blues, depresi postpartum juga digambarkan sebagai perasaan sedih atau depresi pada ibu yang baru melahirkan.

    Ini merupakan gangguan kesehatan mental serius yang memengaruhi perilaku dan kesehatan fisik ibu setelah persalinan.

    Mayo Clinic menyebut, depresi postpartum terkadang merupakan komplikasi persalinan. Ibu yang mengalami kondisi ini memerlukan perawatan medis untuk mengontrol gejalanya.

    Apa perbedaan baby blues dan depresi postpartum?

    baby blues

    Seperti yang disebutkan sebelumnya, baby blues dan depresi postpartum memiliki gejala yang serupa.

    Ini membuat ibu sering kali salah mengira bahwa dirinya hanya mengalami baby blues.

    Padahal, baby blues dan depresi postpartum memerlukan penanganan yang berbeda. Kedua kondisi ini pun memengaruhi tubuh penderitanya secara berbeda.

    Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk mengenali perbedaan kedua kondisi tersebut. Lantas, apa saja perbedaannya?

    Berikut adalah perbedaan antara baby blues dan depresi postpartum yang perlu Anda ketahui.

    1. Perbedaan gejala

    Meski sekilas serupa, ada perbedaan gejala yang bisa ibu perhatikan dari kedua kondisi ini.

    Ibu yang mengalami baby blues umumnya mengalami beberapa gejala berikut.

  • Merasa sedih, murung, dan sering menangis tanpa penyebab yang pasti.
  • Mood swing atau merasa marah.
  • Merasa cemas dan gelisah.
  • Merasa kesepian atau jauh dari keluarga dan teman.
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Merasa kewalahan dan sulit melakukan pekerjaan dengan baik, termasuk merawat bayi.
  • Sulit tidur.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Sementara itu, pada depresi postpartum, penderitanya juga kerap mengalami kesedihan, menangis, mood swing, marah, dan cemas.

    Hanya saja, gejalanya cenderung lebih parah dan intens. Selain gejala tersebut, ada tanda depresi postpartum lainnya yang terjadi.

    Gejala-gejala ini tergolong parah hingga membutuhkan perawatan untuk mencegah hal yang tak diinginkan.

    Berikut adalah tanda-tanda lain dari depresi postpartum.

    • Menarik diri dari keluarga dan teman.
    • Kehilangan nafsu makan atau makan lebih banyak dari biasanya.
    • Sulit menjalin ikatan atau bonding dengan bayi.
    • Kesulitan tidur hingga insomnia atau terlalu sering tidur.
    • Kelelahan yang luar biasa.
    • Berkurang minat untuk melakukan aktivitas.
    • Merasa putus asa, tidak berharga, atau merasa bersalah dan tidak mampu.
    • Merasa kebingungan serta sulit berpikir jernih, berkonsentrasi, dan membuat keputusan.
    • Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri.

    2. Perbedaan durasi dan kemunculan gejala

    cara mengatasi depresi postpartum

    Bukan cuma bentuk gejalanya, durasi serta kemunculan gejala baby blues dan depresi postpartum pun berbeda.

    Pada baby blues, gejala bisa muncul pada satu atau tiga hari setelah melahirkan, berlangsung selama beberapa hari, dan bisa menghilang dengan sendirinya.

    Melansir laman Office on Women’s Health, gejala baby blues biasanya akan menghilang dalam 3-5 hari dari awal kemunculannya.

    Gejala baby blues paling lama bisa bertahan hingga satu atau dua minggu setelah Anda melahirkan.

    Berbeda dengan baby blues, gejala depresi postpartum biasanya muncul dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan.

    Pada awal kemunculannya, Anda mungkin hanya mengira bahwa gejala yang Anda rasakan hanyalah baby blues.

    Namun, gejala kemudian semakin intens dan bertahan lebih lama hingga lebih dari dua minggu setelah kemunculannya.

    Bahkan, munculnya gejala sering kali mengganggu aktivitas sehari-hari Anda, terutama kemampuan Anda dalam merawat bayi.

    3. Perbedaan tingkat keparahan dan dampak

    Dari penjelasan di atas bisa diketahui bila ada perbedaan tingkat keparahan antara baby blues dan depresi postpartum.

    Depresi postpartum bisa dikatakan merupakan bentuk gangguan mental yang lebih parah dari baby blues.

    Baby blues umumnya hanya terjadi sementara dan bisa menghilang dengan sendirinya tanpa perawatan apapun.

    Sementara depresi postpartum lebih parah sehingga membutuhkan perawatan medis segera. Bila dibiarkan, bentuk depresi ini bisa bertahan hingga berbulan-bulan atau lebih lama.

    Penderitanya pun lebih mungkin mengalami depresi kronis dan berisiko mengalami depresi yang berat pada masa depan.

    Bukan cuma pada ibu, anak yang ibu dilahirkan dan dibesarkan pun lebih mungkin memiliki masalah emosional dan perilaku.

    Ini termasuk menangis secara berlebihan, sulit tidur dan makan, stres pada anak, hingga mengalami keterlambatan perkembangan bahasa dan belajar.

    4. Perbedaan penyebab

    jenis psikosis

    Pada dasarnya, tidak ada perbedaan yang mendasar antara baby blues dan depresi postpartum.

    Keduanya sama-sama terjadi karena kombinasi antara faktor perubahan hormon dan perubahan fisik setelah melahirkan.

    Namun, menurut Help Guide, faktor stres pada ibu setelah melahirkan juga bisa berperan dalam menyebabkan depresi postpartum.

    Stres ini biasanya terjadi karena Anda baru pertama kali merawat bayi sehingga sering merasa cemas dan kewalahan hingga kurang tidur.

    Selain itu, beberapa faktor juga disebut dapat meningkatkan risiko seorang ibu mengalami depresi setelah melahirkan.

    Faktor tersebut misalnya, riwayat depresi saat hamil, mengalami masalah saat menyusui bayi, memiliki bayi dengan kondisi khusus, atau hamil anak kembar.

    Jadi, jika Anda merasa memiliki gejala baby blues maupun depresi postpartum, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter maupun psikolog, ya!

    Catatan

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 06/04/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan