Perilaku makan yang menyimpang bisa membuat tubuh Anda jadi terlalu kurus atau justru terlalu gemuk. Lantas, apa penyebab gangguan makan sebenarnya? Yuk, cari tahu selengkapnya pada pembahasan berikut ini.
Penyebab gangguan makan yang paling umum
Gangguan makan atau eating disorder merupakan kondisi serius terkait perilaku makan yang dapat berdampak negatif pada kesehatan, emosi, dan kehidupan sehari-hari.
Berbagai gangguan yang umum terjadi yakni binge eating, anoreksia nervosa, dan bulimia. Gangguan mental ini harus ditangani hingga tuntas agar tidak menimbulkan komplikasi yang parah.
Penyebab dari gangguan makan sebenarnya tidak diketahui secara pasti. Pasalnya, kondisi ini tergolong rumit akibat banyak faktor yang memengaruhinya.
Secara umum, para ahli menyakini bahwa faktor genetik, biologis, psikologis, dan lingkungan bisa menyebabkan Anda mengalami gangguan makan.
1. Faktor genetik
Gangguan makan mungkin bisa diwariskan dalam keluarga. Dikutip dari Mayo Clinic, seseorang lebih berisiko mengalami gangguan mental ini bila memiliki orang tua atau saudara kandung dengan kondisi yang sama.
Hubungan genetik dan perilaku makan menyimpang masih terus diteliti. Para ahli mempercayai bahwa pengidap gangguan makan memiliki kondisi genetik yang sedikit berbeda.
Sebuah studi dalam American Journal of Psychiatry (2017) menemukan kelainan genetik khusus pada kromosom 12 pada orang dengan anoreksia nervosa.
Hal inilah yang lalu berperan menjadi penyebab dan faktor risiko gangguan makan.
2. Faktor biologis
Kondisi dari dalam tubuh, seperti gangguan hormon dan neurotransmitter (zat kimia otak), kurangnya energi, dan asupan zat gizi yang tidak memadai juga bisa menjadi penyebab gangguan makan.
Studi dalam jurnal Neuropharmacology (2012) menemukan adanya perbedaan kadar serotonin pada orang yang mengalami anoreksia dengan yang tidak.
Perbedaan inilah yang diduga membuat pengidap anoreksia mampu menekan nafsu makannya secara ekstrem.
Sementara itu, ketidakseimbangan hormon di dalam tubuh juga bisa menyebabkan gangguan hormon estrogen dan ovarium pada perempuan.
Gangguan pada kedua hormon tersebut diketahui meningkatkan risiko binge eating serta rasa emosional untuk makan. Oleh sebab itu, kadar hormon ini harus terjaga keseimbangannya.
Pada beberapa kasus, kekurangan gizi juga berdampak pada kondisi keseimbangan hormon di dalam tubuh. Hal ini juga bisa menyebabkan terjadinya gangguan makan.
3. Faktor psikologis
Selain berkatian dengan kondisi fisik, penyebab gangguan makan juga berasal dari kondisi psikologis yang sedang dialami seseorang.
Hal ini tentu akan sangat menentukan kepuasan Anda terhadap tubuh sendiri.
Orang yang memiliki sifat terlalu perfeksionis dan selalu berorientasi pada diri sendiri memiliki risiko lebih besar untuk mengalami gangguan makan.
Apabila Anda mengalami hal ini, Anda mungkin memiliki harapan yang sangat tinggi untuk diri sendiri, termasuk soal keadaan dan bentuk tubuh.
-
Tidak puas dengan citra tubuh
Citra tubuh alias body image mencakup bagaimana perasaan seseorang terhadap bentuk tubuh sendiri. Orang dengan citra tubuh negatif cenderung tidak puas dengan penampilan mereka.
Adapun, gangguan makan lebih umum terjadi pada orang dengan tingkat ketidakpuasan pada citra tubuh yang sangat tinggi dibandingkan dengan orang biasanya.
-
Mengalami gangguan kecemasan
Sebagian besar orang dengan gangguan makan memiliki riwayat pernah mengalami gangguan kecemasan.
Tanda-tanda gangguan kecemasan yang biasa menyertai orang dengan eating disorder yakni kecemasan sosial, kecemasan umum, dan gangguan obsesif kompulsif (OCD).
4. Faktor lingkungan sosial
Jangan pernah menyepelekan kondisi lingkungan sosial di sekitar Anda. Faktor yang dianggap paling sederhana ini sebenarnya merupakan penyebab gangguan makan yang sering muncul sebagai pemicu awal.
-
Stigma tentang berat badan
Pesan bahwa memiliki badan langsing, tinggi, atau kurus lebih sehat sering ditekankan di media massa dan lingkungan di sekitar Anda.
Lama-kelamaan, paparan pesan ini meningkatkan ketidakpuasan terhadap citra tubuh sehingga mungkin saja menyebabkan gangguan makan.
Stigma berat badan ini sudah terjadi dari dahulu sampai sekarang. Bahkan, ini sudah masuk ke dalam pola pikir masyarakat bahwa badan kurus atau langsing itu yang paling bagus.
Padahal, bentuk tubuh wanita dan pria memiliki ciri khasnya sendiri. Orang bertubuh kurus dan tinggi belum tentu lebih sehat dari yang lain.
Ejekan dari orang sekitar tentang berat badan ternyata juga bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan makan atau eating disorder.
Menurut National Eating Disorder Association, 60% orang dengan eating disorder mengatakan bahwa mereka pernah mengalami perundungan (bullying) tentang berat badan.
Bahkan, ejekan ini bisa menjadi pemicu awal seseorang mengalami gangguan makan dan dapat memengaruhi perkembangan ke depannya.
Kurangnya interaksi sosial dengan orang lain juga dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan makan, seperti anoreksia nervosa.
Seseorang yang merasakan kesepian biasanya kurang mendapatkan dukungan sosial di hidupnya. Lama-kelamaan, dia merasa terisolasi dan timbul kecemasan.
-
Tuntutan profesi atau karier
Profesi yang menuntut seseorang untuk memiliki berat badan tertentu juga akan membuat orang-orang berusaha sekeras mungkin melakukan diet ketat.
Beberapa pekerjaan itu antara lain model, balerina, maupun olahraga yang membutuhkan tubuh ramping, seperti rowing, menyelam, dan pelari jarak jauh.
Dengan mengenali sejumlah penyebab gangguan makan di atas, tentu Anda bisa mendapatkan pengobatan lebih awal dan mencegah risiko komplikasi dari masalah kesehatan ini.
Eating disorder yang tidak segera ditangani bisa menimbulkan depresi, kecemasan, kecanduan, gangguan pencernaan, penyakit jantung, bahkan pikiran atau perilaku bunuh diri.
Dikutip dari National Institute of Mental Health, perawatan pengidap gangguan makan meliputi terapi psikologis, rawat inap, konseling gizi, hingga konsumsi obat medis.
Perawatan yang dilakukan umumnya tergantung kondisi dan tingkat keparahannya. Konsultasi dengan dokter Anda untuk memperoleh informasi lebih lanjut.