Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan ketakutan akan berat badan berlebih sehingga pengidapnya memiliki berat badan jauh di bawah normal. Berbagai gejala anoreksia nervosa akan tampak saat seseorang mengidap gangguan makan yang satu ini.
Apa saja tanda dan gejala anoreksia nervosa?
Biasanya untuk mencegah kenaikan berat badan dan menurunkannya, orang yang mengidap anoreksia nervosa akan membatasi apa yang dimakannya sehari-hari.
Mereka juga mungkin berbagai cara lain, misalnya mengendalikan asupan kalori dengan berpuasa, menyalahgunakan obat pencahar, menggunakan alat bantu diet, dan berolahraga berlebihan.
Tidak peduli seberapa banyak berat badan yang turun, orang-orang dengan anoreksia tetap merasa khawatir akan berat badannya.
Berikut merupakan berbagai tanda dan gejala anoreksia nervosa, baik dari segi fisik maupun perubahan dalam perilaku.
1. Sering merasa pusing
Gejala selanjutnya dari penyakit anoreksia nervosa yaitu pusing, terutama saat mengubah posisi dari duduk ke berdiri atau sebaliknya. Kondisi ini dikenal dengan sebutan hipotensi ortostatik (HO).
Hipotensi ortostatik merupakan sebuah kondisi ketika tekanan darah turun dengan cepat setiap seseorang melakukan perpindahan posisi.
Ketika kondisi ini terjadi, artinya ada bagian tubuh tertentu yang tidak mendapatkan aliran darah, misalnya otak. Alhasil timbul perasaan seolah kepala terasa ringan dan goyah.
Hipotensi ortostatik biasanya disebabkan oleh dehidrasi. Pengidap gangguan anoreksia dan bulimia lebih rentan mengalami kondisi ini, sebab mereka sering muntah dan terkena diare akibat penyalahgunaan obat pencahar. Hal ini membuat tubuh kekurangan banyak cairan.
2. Memiliki berat badan rendah
Tanda utama yang dapat terlihat pada pengidap anoreksia yaitu berat badan yang rendah. Berat badan rendah diartikan sebagai berat badan yang kurang dari angka ideal.
Berat badan dapat memperkirakan seberapa serius tingkat keparahan anoreksia. Hal ini bisa dilihat dari perbandingan berat badan pengidapnya sebelum dan sesudah menjalani diet ekstrem.
Penurunan berat badan pada pengidap anoreksia juga biasanya terjadi secara drastis. Meski demikian, kebanyakan dari mereka akan menyangkal bila dihadapkan dengan komentar atau kekhawatiran orang lain soal penurunan berat badannya.
3. Obsesi berlebihan dengan diet dan perhitungan kalori makanan
Berangkat dari ketakutan akan naik berat badan, pengidap anoreksia selalu memastikan bahwa apa pun yang mereka konsumsi tidak melewati batas kalori harian.
Demi mencapai target, mereka tak segan memangkas asupan kalori dan mempraktikkan diet ekstrem.
Pengidap anoreksia sering kali mencatat setiap makanan yang dikonsumsi, termasuk berapa jumlah kalori dari masing-masing makanan. Terkadang, mereka bahkan menghafal kandungan kalori makanan.
Selain itu, mereka biasanya juga menghilangkan kelompok makanan tertentu dari menu sehari-hari, misalnya sama sekali tidak mengonsumsi karbohidrat.
4. Melakukan purging
Salah satu gejala yang juga umum ditemukan pada pengidap anoreksia yaitu kebiasaan purging.
Purging merupakan tindakan memuntahkan makanan yang telah dimakan, bisa dengan dipancing sendiri atau menggunakan obat.
Tindakan ini mungkin dilakukan dengan anggapan bahwa “membersihkan” tubuh sesegera mungkin dari makanan dapat menghindari penyerapan kalori.
Sebuah studi dalam International Journal of Eating Disorders (2016) melaporkan sebanyak 86% dari pasien gangguan makan menggunakan tangannya sendiri untuk memicu muntah.
Sementara itu, sekitar 56% di antaranya menggunakan bantuan obat pencahar.
5. Perubahan suasana hati yang drastis
Sering kali, anoreksia juga muncul bersamaan dengan gejala gangguan mental lainnya, seperti depresi, kecemasan, perfeksionisme, dan dorongan melakukan hal secara impulsif.
Kurangnya asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh memberikan pengaruh pada keseimbangan berbagai hormon tubuh, termasuk serotonin, dopamin, oksitosin, dan kortisol.
Hormon-hormon tersebut sangat berperan dalam mengatur suasana hati, perilaku, dan nafsu makan. Bila hormon tidak seimbang, muncullah berbagai masalah emosional.
Orang yang mengalaminya menjadi lebih sensitif terhadap kritik dan kegagalan serta lebih mudah sedih dan putus asa.
6. Melakukan olahraga berlebihan
Gejala lainnya dari anoreksia nervosa yaitu kecenderungan untuk berolahraga secara berlebihan. Bukan sekadar giat berolahraga, rutinitas ini bisa menjadi ekstrem hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Agar berat badan tetap terjaga, mereka senang memilih olahraga dengan intensitas tinggi, terutama bila ada iming-iming bisa membakar banyak kalori.
Olahraga dilakukan sampai beberapa kali dalam sehari. Bahkan ketika sedang tidak berolahraga, mereka akan tetap melatih gerakan tubuh seperti mondar-mandir atau berlari kecil untuk mengambil sesuatu.
Terkadang, mereka tak segan membatalkan janji bertemu yang sudah direncanakan dari jauh hari hanya untuk berolahraga.
7. Rambut rontok
Tak hanya pada berat badan, kebiasaan pola makan juga dapat memengaruhi kesehatan rambut Anda.
Perlu diketahui, pada tubuh orang yang sehat, sebanyak 80–90% folikel kulit kepala berada pada fase pertumbuhan rambut, sedangkan 10–20% sisanya berada pada fase rontok.
Normalnya, rata-rata kerontokan rambut setiap hari adalah 60–150 helai rambut. Pada orang dengan gangguan anoreksia, helai rambut yang rontok akibat diet bisa melebihi 150 helai.
Pengidap anoreksia sering berada pada kondisi kelaparan karena membatasi asupan makanan secara esktrem. Kelaparan mengubah perbandingan antara fase pertumbuhan dan fase rambut rontok.
Sejatinya, anoreksia merupakan kondisi serius yang harus segera ditangani. Bila Anda atau orang di sekitar Anda memiliki tanda-tanda yang telah disebutkan di atas, jangan ragu untuk mencari pertolongan kepada psikolog.