Rematik adalah salah satu jenis peradangan pada sendi yang bisa terjadi pada siapa saja dari berbagai kalangan usia. Meski demikian, orang yang memasuki usia senja atau lanjut usia (lansia) semakin rentan mengalami kondisi ini. Apa alasan rematik pada lansia lebih mungkin terjadi? Kemudian, bagaimana mengetahui gejala serta cara mengatasinya? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Benarkah lansia lebih berisiko mengalami rematik?
Rematik atau rheumatoid arthritis adalah salah satu jenis peradangan kronis yang menyerang sendi.
Rematik biasanya menyerang lapisan sendi, sehingga menyebabkan bengkak di bagian tertentu pada tubuh. Ini bisa berdampak pada pengeroposan tulang dan pengapuran sendi.
Namun, pada kasus tertentu, rematik juga bisa menyerang bagian tubuh lainnya, seperti kulit, mata, paru-paru, jantung, hingga pembuluh darah.
Meski bisa terjadi pada siapa saja dari berbagai kelompok usia, banyak anggapan yang menyebutkan bahwa rematik lebih rentan terjadi pada lansia.
Faktanya, penyebab rematik pada lansia meliputi berbagai faktor yang berkaitan dengan penuaan dan gaya hidup. Oleh sebab itu, rematik menjadi lebih rentan terjadi pada lansia.
Seiring bertambahnya usia, jaringan tulang rawan yang melindungi sendi cenderung menipis, sehingga menyebabkan gesekan antar tulang dan memicu rasa sakit serta peradangan.
Selain itu, faktor genetik, cedera sendi di masa lalu, serta penyakit autoimun dapat meningkatkan risiko.
Tanda dan gejala rematik pada lansia
Sebenarnya, gejala rematik yang terjadi pada anak muda maupun lansia tidak memiliki perbedaan signifikan. Umumnya, gejala yang muncul memang sama.
Akan tetapi, waktu kemunculan gejala rematik pada lansia ternyata tidak sama dengan yang terjadi pada anak muda.
Pasalnya, gejala rematik yang muncul pada anak muda biasanya terjadi secara bertahap. Ini artinya, kemunculan gejala terjadi dari waktu ke waktu.
Sementara, kemunculan gejala rematik pada orang usia lanjut cenderung lebih cepat. Hal ini membuat rematik pada lansia disebut sebagai rematik akut.
Berikut adalah beberapa tanda dan gejala yang mungkin muncul pada penderita rematik.
- Sendi membengkak dan terasa hangat.
- Sendi kaku yang biasanya akan semakin terasa parah pada pagi hari atau saat tak digerakkan.
- Kelelahan, demam, dan lansia kehilangan nafsu makan.
Pada lansia, kondisi ini terjadi secara merata. Artinya, kesempatan atau risiko pria dan wanita mengalami rematik sama-sama besar.
Tak hanya itu, rematik yang terjadi lebih sering menyerang sendi-sendi besar, seperti sendi pada bahu.
Pengobatan rematik pada lansia
Meski lansia lebih rentan mengalami rematik, bukan berarti Anda semakin kesulitan mengatasi kondisi ini. Ada beberapa jenis pengobatan yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi kondisi ini.
1. Obat-obatan
Salah satu metode pengobatan yang bisa Anda coba untuk mengatasi rematik pada lansia adalah penggunaan obat rematik, seperti berikut ini.
- NSAIDs, untuk meredakan rasa sakit dan peradangan.
- Steroid, untuk meredakan peradangan dan memperlambat kerusakan pada sendi.
- Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs), untuk memperlambat progres dari penyakit rematik dan menyelamatkan sendi dari kerusakan permanen.
Namun, tidak semua lansia yang mengalami rematik bisa menjalani pengobatan menggunakan obat-obatan tersebut.
Pasalnya, beberapa dari obat-obatan ini dapat berinteraksi dengan obat lain yang mungkin Anda gunakan untuk mengatasi penyakit lain.
Selain itu, penggunaan obat-obatan ini dapat memberikan efek samping tertentu yang mungkin memperparah masalah kesehatan lansia lain yang dialami. Oleh sebab itu, penggunaan obat ini harus sesuai dengan saran dokter.
Pastikan juga bahwa Anda memberi tahu kondisi kesehatan secara menyeluruh kepada dokter sebelum menerima saran pengobatan.
2. Terapi fisik
Metode lain yang bisa Anda jalani untuk mengatasi rematik pada lansia adalah terapi fisik.
Sesuai saran dokter, bersama ahli terapi fisik, lansia bisa menjalani penanganan untuk rematik dengan menjalani terapi ini. Biasanya, terapi untuk rematik bertujuan membantu pasien untuk mempertahankan kelenturan sendi.
Selain itu, ahli terapi bisa membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari dengan cara yang lain jika memang kondisi sudah tidak memungkinkan untuk mempertahankan kelenturan pada persendian.
Terapi seperti ini tentu lebih aman untuk lansia dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan dengan risiko interaksi dan efek sampingnya.
3. Operasi
Pada kondisi yang tergolong parah, penanganan yang tepat untuk mengatasi rematik adalah dengan menjalani operasi.
Terlebih jika penggunaan obat-obatan atau terapi fisik tetap tidak mampu memperlambat proses kerusakan sendi.
Biasanya, pada saat itu, dokter akan menyarankan Anda menjalani operasi untuk memperbaiki sendi yang rusak.
Operasi untuk rematik dapat membantu mengembalikan fungsi sendi yang telah rusak. Selain itu, operasi juga dapat membantu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan fungsinya.
Namun, Anda perlu mempertimbangkan risiko operasi yang mungkin terjadi, misalnya pendarahan, infeksi, dan munculnya rasa sakit.
Oleh karena itu, penting untuk berdiskusi terlebih dahulu dengan dokter mengenai kelebihan dan kekurangan dari metode operasi yang akan Anda jalani.
Meningkatkan kualitas hidup lansia penderita rematik
Menurut Center of Disease Control and Prevention (CDC), ada beberapa cara yang bisa lansia lakukan untuk membantu meningkatkan kualitas hidup meski mengalami rematik, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Rutin berolahraga
Kebiasaan rutin berolahraga memang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan lansia, termasuk meningkatkan kualitas hidup.
Setidaknya, lansia perlu berolahraga sebanyak 150 menit dalam satu minggu. Jenis olahraga untuk lansia sangat beragam dan tergantung pada kemampuannya.
Selain membantu meningkatkan kualitas hidup pada lansia yang mengalami rematik, rutin berolahraga dapat mengurangi risiko mengalami berbagai penyakit kronis lain, seperti penyakit jantung, depresi, dan kencing manis.
2. Menjaga berat badan ideal
Memiliki berat badan berlebih memang bukan hal yang menguntungkan. Hal ini juga berlaku pada lansia, sehingga penting untuk bisa mempertahankan berat badan tetap ideal.
Apalagi, obesitas dapat memperparah kondisi rematik pada lansia.
Anda bisa melakukannya dengan menjaga pola makan sehat lansia, mengatur porsi makan lansia, dan melakukan gaya hidup sehat lain untuk lansia.
Dengan begitu, selain menjaga kesehatan, Anda juga bisa menjaga berat badan tetap ideal.
3. Berhenti merokok
Jangan berpikir bahwa tidak ada lansia yang merokok, karena masih banyak orang dengan usia senja yang masih bersikukuh mempertahankan kebiasaan tak sehatnya ini.
Padahal, kebiasaan merokok dapat menjadi penyebab bertambah buruknya kondisi kesehatan Anda secara menyeluruh.
Apalagi jika Anda memiliki masalah kesehatan tertentu. Tak hanya itu, kebiasaan merokok juga dapat mempersulit Anda untuk tetap aktif secara fisik, misalnya berolahraga.
Masalahnya, rutin berolahraga memiliki peranan penting dalam penanganan rematik pada lansia. Untuk itu, segeralah berhenti merokok sebelum terlambat.