Pengidap sleep apnea kerap mengalami henti napas saat tidur. Salah satu bentuk apnea yang paling umum adalah obstructive sleep apnea. Simak tanda dan gejala, penyebab, serta cara menangani masalah tidur ini pada pembahasan berikut.
Apa itu obstructive sleep apnea?
Obstructive sleep apnea (OSA) adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan berhenti sementara selama seseorang tidur.
Kondisi ini terjadi akibat sesuatu yang menghalangi saluran napas. Pengidap gangguan tidur ini umumnya dapat mengalami gejala sampai 30 kali dalam satu jam selama tidur.
Mereka mungkin tidak mengingat atau menyadari gejala ini. Akan tetapi, masalah pernapasan ini dapat mengganggu kualitas tidur dan membuat tubuh mereka tidak berenergi pada hari berikutnya.
Penyakit OSA ialah salah satu dari dua jenis sleep apnea. Gangguan lain yang disebut central sleep apnea (CSA) disebabkan oleh tidak stabilnya pusat kendali pernapasan pada otak.
Obstructive sleep apnea sangat umum terjadi. Studi dalam jurnal The Lancet (2019) menyebut sekitar 936 juta orang dewasa berusia 30–69 tahun di seluruh dunia mengidap OSA.
Kasus OSA lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita. Orang berusia lanjut umumnya lebih berisiko terhadap gangguan tidur ini karena faktor penuaan.
Tanda dan gejala obstructive sleep apnea
Ketika napas berhenti, kadar oksigen (O2) di dalam tubuh menurun dan karbon dioksida (CO2) akan meningkat. Kondisi ini biasanya memicu otak untuk “bangun” sehingga Anda dapat bernapas.
Seringnya, gejala henti napas saat tidur ini terjadi sangat cepat. Anda kemungkinan tidak sadar baru mengalami gejala apnea sehingga bisa kembali tidur setelahnya.
Pola ini terjadi berulang-ulang dan membuat Anda tidak mendapatkan kualitas tidur yang baik.
Secara umum, gejala sleep apnea yang bisa meliputi:
- mendengkur keras dalam waktu lama dan hampir setiap hari,
- tersedak, mendengus, atau terengah-engah saat tidur,
- berhenti bernapas secara mendadak,
- tubuh kelelahan dan mengantuk sepanjang hari,
- mulut kering dan sakit tenggorokan pada pagi berikutnya, serta
- tekanan darah tinggi (hipertensi).
Sementara itu, sleep apnea pada anak-anak dapat menimbulkan gejala yang meliputi:
- kesulitan bangun pada pagi hari,
- lelah atau kerap tertidur pada siang hari, dan
- kesulitan memusatkan perhatian atau menjadi hiperaktif.
Jika sudah begini, obstructive sleep apnea dapat mengganggu kegiatan sekolah anak-anak.
Orang lain mungkin akan berpikiran bahwa anak Anda memiliki masalah belajar atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Kapan harus periksa ke dokter?
- mendengkur atau mengorok sangat kencang,
- terbangun dari tidur karena tersedak,
- napas berhenti sejenak saat tidur, dan
- mengantuk pada siang hari karena kurang tidur. Akibatnya, Anda jadi rentan tertidur saat bekerja, menonton televisi, atau bahkan mengendarai kendaraan.
Penyebab obstructive sleep apnea
Obstructive sleep apnea terjadi saat otot pada bagian belakang tenggorokan terlalu rileks. Hal ini dapat menghalangi proses pernapasan yang normal.
Otot-otot tenggorokan menopang struktur mulut, termasuk bagian belakang atap mulut, potongan jaringan segitiga yang menggantung dari atap mulut (uvula), amandel, dan lidah.
Ketika saluran udara tersumbat sebagian atau seluruhnya, kadar oksigen dalam darah dapat menurun karena berhentinya pernapasan selama 10–20 detik.
Kurangnya oksigen dan menumpuknya karbon dioksida menyebabkan otak Anda jadi “panik”, lalu merespons dengan cara membangunkan tubuh untuk bernapas kembali.
Anda bisa bangun dengan napas pendek yang melegakan saluran pernapasan. Anda dapat juga menghasilkan suara dengusan, tersedak, maupun terengah-engah.
Faktor risiko obstructive sleep apnea
Dikutip dari Mayo Clinic, beberapa faktor di bawah ini dapat membuat Anda lebih berisiko untuk mengalami obstructive sleep apnea atau OSA.
1. Kelebihan berat badan
Seseorang yang mengalami kegemukan atau obesitas lebih berisiko mengalami gangguan tidur. Kelebihan lemak pada saluran napas bagian atas dapat menghalangi pernapasan.
Kondisi kesehatan lain yang menyebabkan kelebihan berat badan, termasuk hipotiroidisme dan sindrom ovarium polikistik (PCOS), juga menjadi penyebab sleep apnea jenis ini.
2. Jalan napas menyempit
Amandel atau kelenjar gondok yang membesar bisa menyebabkan penyempitan jalan napas. Kondisi ini menghalangi jalan napas dan menyebabkan Anda mengidap obstructive sleep apnea.
3. Masalah kesehatan tertentu
Menyempitnya saluran udara akibat hidung tersumbat dapat memicu gejala OSA. Gangguan ini juga relatif umum pada pengidap hipertensi, asma, dan diabetes.
4. Kebiasaan merokok
Merokok membuat saluran napas meradang dan menyempit. Seseorang dengan kebiasaan ini umumnya lebih berisiko mengalami gangguan tidur, termasuk obstructive sleep apnea.
5. Berjenis kelamin pria
Secara umum, pria dua hingga tiga kali lebih berisiko untuk mengalami obstructive sleep apnea daripada wanita. Namun, risiko OSA bisa meningkat pada wanita setelah menopause.
6. Usia lebih tua
Risiko Anda untuk mengalami masalah tidur ini cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Meski begitu, risiko tersebut cenderung menurun setelah usia 60–70 tahunan.
7. Memiliki riwayat keluarga dengan OSA
Apabila memiliki keluarga dengan obstructive sleep apnea atau gangguan tidur lainnya, Anda berisiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa.
Diagnosis obstructive sleep apnea
Dokter akan bertanya mengenai gejala dan riwayat kesehatan Anda. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan untuk melihat apakah terdapat masalah pada mulut, leher, atau tenggorokan Anda.
Untuk menegakkan diagnosis OSA, dokter dapat melakukan beberapa tes medis di bawah ini.
- Polisomnografi: pemantauan aktivitas jantung, paru-paru dan otak, pola pernapasan, gerakan lengan dan kaki, serta kadar oksigen darah selama tidur malam.
- Tes OSA di rumah: penggunaan alat polisomnografi rumahan untuk mengukur aliran udara, pola pernapasan, kadar oksigen darah, serta mendengkur.
Pengobatan obstructive sleep apnea
Obstructive sleep apnea dapat mengganggu kemampuan Anda untuk mencapai fase tidur nyenyak. Akibatnya, Anda jadi lebih mudah mengantuk pada siang hari.
Penyakit OSA yang tidak diobati juga dapat meningkatkan risiko gangguan kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi, aritmia, gagal jantung, dan stroke.
Pengobatan masalah tidur ini bertujuan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka selama tidur. Beberapa jenis perawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Terapi CPAP
CPAP atau continuous positive airway pressure merupakan pengobatan lini pertama untuk mengatasi obstructive sleep apnea dengan gejala sedang hingga berat.
Perangkat terapi CPAP akan mengalirkan udara tekanan ringan secara terus-menerus melalui masker hidung dan mulut selama Anda tidur.
Tekanan udara ini menjaga saluran napas tetap terbuka sehingga gejala berkurang. Terapi ini juga membantu meningkatkan kadar oksigen dalam darah.
2. Perangkat MAD
MAD atau mandibular advancement device adalah alat yang dikenakan di dalam mulut selama tidur untuk membantu mengatasi gejala OSA yang ringan hingga sedang.
Perangkat ini menjaga posisi rahang dan lidah tetap ke arah depan. Ini membantu menjaga saluran napas tetap terbuka sehingga Anda tidak mengalami henti napas.
3. Pembedahan
Pembedahan untuk OSA melibatkan pengangkatan jaringan pada belakang tenggorokan yang mengganggu saluran napas, misalnya amandel atau kelenjar gondok.
Prosedur ini juga dapat melibatkan pemasangan perangkat mirip alat pacu jantung. Perangkat ini akan merangsang otot tenggorokan agar tetap terbuka selama tidur.
Tidak semua pengidap OSA memerlukan pembedahan. Prosedur ini hanya ditujukan pada kasus berat yang tidak bisa diatasi dengan terapi lain.