backup og meta
Kategori

1

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Hipogonadisme

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 29/12/2023

Hipogonadisme

Salah satu penyebab masalah kesuburan pada pria dan wanita ialah hipogonadisme. Kondisi ini dapat memengaruhi produksi hormon yang penting dalam proses reproduksi. Ketahui gejala, penyebab, dan cara menanganinya dalam uraian berikut ini.

Apa itu hipogonadisme?

Hipogonadisme adalah suatu kondisi saat kelenjar seks menghasilkan sedikit hormon seks atau tidak menghasilkannya sama sekali.

Kelenjar seks atau yang disebut gonad terdiri dari testis pada pria dan ovarium pada wanita.

Hormon seks yang diproduksi oleh gonad membantu mengendalikan perubahan fisik pada laki-laki dan perempuan, terutama saat memasuki masa pubertas.

Selain itu, hormon ini juga berperan dalam produksi sperma pria dan siklus menstruasi wanita.

Hipogonadisme bisa menyerang orang-orang dengan usia berapa pun. Namun, gejala dan konsekuensi yang dirasakan oleh masing-masing kelompok usia berbeda.

Contohnya, bila gangguan ini terjadi selama janin berada dalam kandungan, bayi akan terlahir dengan jenis kelamin yang bermasalah.

Apabila hipogonadisme terjadi setelah masa pubertas, pengidapnya akan mengalami masalah kesuburan, disfungsi seksual, dan kemandulan.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Hipogonadisme lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, yakni sekitar satu dari 500–1000 pria dibandingkan dengan satu dari 2500–10.000 wanita.

Tanda dan gejala hipogonadisme

Kondisi ini bisa dimulai selama masa perkembangan janin, pubertas, atau usia dewasa. Tanda dan gejalanya tergantung kapan kondisinya berkembang.

Gejala utama hipogonadisme pada pria adalah testosteron rendah. Kondisi ini bisa didiagnosis bila Anda sering merasa kelelahan dan kekurangan dorongan seksual.

Kondisi ini juga ditandai dengan infertilitas pada pria. Hal ini bisa menjadi hambatan saat melakukan program hamil karena kadar sperma Anda menjadi lebih rendah dari seharusnya.

Selain kondisi tersebut, gejala hipogonadisme lain pada pria meliputi:

  • berkurangnya massa otot,
  • terhambatnya pertumbuhan rambut dan bulu,
  • kelainan fungsi dan bentuk organ reproduksi,
  • pembesaran payudara pria (ginekomastia),
  • disfungsi ereksi,
  • kemandulan, dan
  • hilangnya massa tulang (osteoporosis).
  • Sementara itu, gejala hipogonadisme pada wanita meliputi:

    • terhentinya menstruasi,
    • berkurangnya gairah seksual,
    • pertumbuhan payudara yang terlambat,
    • keluarnya cairan mirip susu dari payudara,
    • tubuh terasa panas (hot flushes), dan
    • perubahan energi dan suasana hati.

    Mungkin masih ada tanda dan gejala yang tidak tercantum di atas. Jika Anda merasa khawatir terhadap gejala tertentu, konsultasikan dengan dokter.

    Penyebab hipogonadisme

    pasangan tidak subur

    Dikutip dari Mayo Clinic, hipogonadisme terbagi dua, yaitu hipogonadisme primer dan sekunder.

    1. Hipogonadisme primer

    Hipogonadisme primer terjadi akibat adanya masalah pada kelenjar seks atau organ reproduksi. 

    Otak masih memberikan sinyal ke gonad untuk memproduksi hormon, tetapi testis atau ovarium tidak bisa melakukannya. Kondisi ini juga disebut hypergonadotropic hypogonadism.

    Beberapa penyebab umum hipogonadisme primer meliputi:

    • kelainan autoimun, seperti penyakit Addison dan hipoparatiroidisme,
    • kelainan genetik, seperti sindrom Klinefelter pada pria dan sindrom Turner pada wanita,
    • infeksi,
    • penyakit hati dan ginjal,
    • radiasi,
    • operasi, dan
    • kelebihan zat besi (hemokromatosis).

    2. Hipogonadisme sekunder

    Dalam hipogonadisme sekunder atau hypogonadotropic hypogonadism, otak gagal memberikan sinyal ke kelenjar seks untuk memproduksi hormon.

    Hipotalamus dan kelenjar pituitari dalam otak tidak bekerja sebagaimana mestinya. Masalah ini menyebabkan penurunan produksi hormon karena sinyal dari otak ke gonad terganggu.

    Penyebab umum dari hipogonadisme sekunder meliputi:

    • anoreksia nervosa,
    • pendarahan pada area pituitari,
    • efek samping obat, seperti glukokortikoid dan opioid,
    • berhenti memakai obat steroid anabolik,
    • gangguan genetik, termasuk sindrom Kallmann,
    • infeksi,
    • kekurangan gizi,
    • radiasi,
    • kehilangan berat badan yang drastis,
    • operasi,
    • tumor, dan.
    • HIV/AIDS.

    Diagnosis hipogonadisme

    Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk mengetahui apakah perkembangan kelenjar seksual Anda sesuai dengan usia Anda.

    Dokter kemungkinan akan memeriksa massa otot, rambut halus pada beberapa bagian tubuh, dan organ reproduksi Anda.

    Apabila diperlukan, dokter juga akan merekomendasikan Anda untuk melakukan beberapa tes medis tambahan seperti berikut.

    • Tes hormon: tes darah untuk mengetahui kadar follicle-stimulating hormone dan luteinizing hormone (FSH dan LH), serta testosteron pada pria dan estrogen pada wanita.
    • Analisis semen: pemeriksaan untuk mengetahui jumlah sel sperma pada air mani pria.
    • Tes zat besi, prolaktin, dan tiroid: tes darah untuk mengecek kadar zat besi, prolaktin, dan tiroid yang dapat dipengaruhi oleh hipogonadisme.
    • Tes pencitraan: ultrasound (USG) untuk mengecek kondisi testis dan ovarium serta MRI atau CT-scan untuk memeriksa tumor di dekat kelenjar pituitari bila diperlukan.

    Pengobatan hipogonadisme

    pengobatan hipogonadisme

    Perawatan untuk hipogonadisme bervariasi, tergantung pada faktor yang mendasarinya. Berikut ini adalah beberapa jenis pengobatan yang umum dilakukan.

    1. Terapi penggantian hormon testosteron

    Prosedur ini bertujuan untuk mengembalikan kadar hormon testosteron supaya kembali normal. Pria membutuhkan testosteron untuk menghasilkan sperma dan mendapatkan gairah seksual.

    Dokter dapat memberikan hormon testosteron pengganti untuk pria melalui berbagai jalur berikut.

    • Gel yang dioleskan pada lengan, bahu, atau paha.
    • Suntikan pada otot atau bawah kulit.
    • Patch (koyo) yang ditempelkan pada bagian paha.
    • Permen karet yang ditempel pada gusi sehingga hormon diserap melalui darah.
    • Semprotan hidung yang digunakan tiga kali sehari.
    • Implan yang ditanamkan lewat pembedahan.

    Perlu diingat, prosedur ini dapat menimbulkan efek samping, seperti penurunan jumlah sperma, gangguan tidur, jerawat, hingga peningkatan produksi sel darah merah.

    2. Merangsang pubertas

    Ada pula pengobatan hipogonadisme yang dapat dilakukan bagi anak laki-laki yang pubertasnya tertunda (delayed puberty).

    Kondisi ini sering kali disebabkan oleh faktor bawaan lahir yang bisa muncul sejak masa janin, seperti sindrom Klinefelter dan kriptorkidisme.

    Anak laki-laki yang mengalami gangguan hormon ini akan menerima suplemen testosteron, biasanya dalam bentuk suntikan, selama tiga hingga enam bulan.

    3. Terapi hormon untuk wanita

    Pengobatan hipogonadisme untuk wanita dilakukan dengan meningkatkan jumlah hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh.

    Kedua hormon ini diberikan dalam bentuk tablet atau patchTerkadang, wanita yang gairah seksualnya menurun bisa diresepkan testosteron dosis rendah.

    Kombinasi hormon estrogen dan progesteron juga menurunkan kemungkinan kanker endometrium.

    Namun, perlu diperhatikan, bila hipogonadisme disebabkan oleh tumor di sekitar kelenjar pituitari pada otak, Anda butuh terapi radiasi hingga pembedahan.

    Pencegahan hipogonadisme

    Hingga saat ini, belum ada metode pasti untuk mencegah hipogonadisme. Namun, Anda dapat melakukan beberapa perubahan gaya hidup berikut ini.

    • Pertahankan berat badan ideal dengan menjaga pola makan dan berolahraga secara rutin.
    • Konsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang yang baik untuk tubuh.
    • Hindari minum akohol atau konsumsi obat-obatan secara berlebihan untuk membantu menjaga kadar testosteron tetap normal.

    Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik dari masalah Anda.

    Kesimpulan

    • Hipogonadisme adalah salah satu penyebab masalah kesuburan pada pria dan wanita.
    • Kondisi ini terjadi saat kelenjar seksual, yakni testis pada pria atau ovarium pada wanita, tidak menghasilkan hormon dalam jumlah yang cukup.
    • Pengobatan untuk kondisi ini melibatkan terapi untuk mengembalikan kadar hormon ke tingkat normal sehingga gejala bisa berkurang.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 29/12/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan