Penggumpalan darah (darah beku) sebenarnya tidak selalu buruk. Sebab, saat tubuh terluka dan berdarah, maka gumpalan darah dapat menghentikan pendarahan dan memulai proses penyembuhan. Namun, gumpalan darah yang terbentuk tidak pada seharusnya, bisa menimbulkan masalah. Siapa sajakah yang berisiko dengan darah beku?
Jenis-jenis orang yang berisiko dengan penggumpalan darah
Penggumpalan darah yang berbahaya dapat menghalangi darah ke otak dan menyebabkan stroke. Bila darah beku menghentikan aliran darah ke jantung akan menyebabkan serangan jantung.
Selain itu, ada penyakit trombosis vena dalam (DVT) akibat terbentuknya gumpalan darah pada kaki, bila tidak diobati dapat menyerang paru-paru. Kondisi ini disebut dengan emboli paru.
Ada beberapa orang yang sangat rentan dengan pembekuan darah, yaitu di bawah ini.
1. Orang yang obesitas
Orang yang obesitas berisiko mengalami penggumpalan darah. Hal ini disebabkan karena orang obesitas biasanya kurang aktif untuk bergerak.
Kurang gerak dalam jangka lama memungkinkan darah menjadi menumpuk. Untuk meningkatkan aktivitas gerak tubuh, maka perlu dilakukan olahraga. Selain bergerak, olahraga juga dapat menurunkan berat badan.
2. Perokok
Merokok tidak hanya memengaruhi paru-paru tapi juga memengaruhi pembuluh darah. Ini karena rokok merusak lapisan pembuluh darah dan membuat darah menjadi cenderung menempel dan akhirnya menebal dan menggumpal.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut adalah dengan berhenti merokok dan menjauhi asap rokok.
3. Wanita hamil
Wanita hamil rentan memiliki gumpalan darah. Hal ini terjadi karena janin yang berada di dalam perut menekan pembuluh darah di perut dan panggul.
Akhirnya kondisi tersebut dapat menghalangi aliran darah secara langsung dan menyebabkan penggumpalan darah.
4. Wanita yang mengonsumsi pil KB
Penggunaan pil KB yang memiliki kandungan estrogen yang tinggi dapat menyebabkan DVT. Estrogen mengubah komposisi darah dan membuatnya lebih cenderung menggumpal.
Namun, sekarang ini banyak pil KB yang sudah dikurangi dosis estrogennya bahkan sama sekali tidak mengandung estrogen sama sekali. Bila Anda mengonsumsi obat semacam ini, perlu melakukan pemeriksaan terhadap penggumpalan darah.
5. Orang yang memiliki penyakit tertentu
Beberapa jenis penyakit dapat menyebabkan penggumpalan pada darah, seperti:
- Kanker (meliputi kanker otak, kanker ovarium, kanker pankreas, kanker usus besar, kanker paru, dan kanker ginjal)
- Diabetes
- HIV/ AIDS
- Penyakit Crohn
Profesor Mark Whitely, pendiri Whitely Clinic dan salah satu dosen di Oxford University, mengatakan bahwa gumpalan darah bisa terjadi terutama saat operasi di bagian perut.
Hal tersebut disebabkan oleh dehidrasi dan masih dalam pengaruh obat bius. Dehidrasi dapat meningkatkan kekentalan darah. Selain itu, operasi juga memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah.
6. Orang yang jarang bergerak
Banyak hal yang membuat kita tidak bergerak dalam waktu lama, seperti berada dalam pesawat, sedang sakit keras, dan memiliki gaya hidup sedentari (malas gerak). Kadar oksigen dalam darah saat itu menjadi rendah dan mulai mengental dan menggumpal.
Untuk menghindari terjadinya penggumpalan, sebaiknya hindari minuman berkafein dan perbanyak minum air putih. Anda bisa mengubah posisi atau menggerak-gerakkan kaki Anda.
7. Faktor keturunan
Bila salah satu keluarga Anda memiliki masalah dengan masalah darah, yaitu darah mudah menggumpal maka kemungkinan besar Anda juga berisiko mengalami hal serupa.
Ini juga bisa diakibatkan karena protein yang seharusnya menghancurkan gumpalan darah tidak berfungsi secara normal. Anda mungkin harus melakukan tes terlebih dahulu untuk mengetahui Anda mewarisi kelainan bawaan ini atau tidak.
8. Orang yang pernah mengalami penggumpalan darah sebelumnya
Bila Anda memiliki riwayat penggumpalan darah sebelumnya, kemungkinan besar hal tersebut akan terjadi lagi. Untuk mencegahnya, hindari pemicu darah Anda menggumpal, seperti berhenti merokok, menjaga pola makan, dan menjaga kadar gula darah.
Mendiagnosis terjadinya penggumpalan darah tidak mudah dilakukan. Bila kaki bengkak, sesak napas, atau nyeri dada, segera periksakan diri Anda ke dokter.
Biasanya Anda akan direkomendasi melakukan ultrasound non-invasif, tes ini akan menunjukkan gambaran pembuluh darah dan membantu dokter melakukan diagnosis dan menentukan apa penyebabnya supaya Anda mendapat pengobatan yang tepat.