Beberapa ibu mungkin merasa panik dan kebingungan ketika mengalami perdarahan saat menyusui. Lantas, apakah perdarahan ini mungkin terjadi atau merupakan tanda ada yang salah pada tubuh?
Ditinjau secara medis oleh dr. Amanda Rumondang Sp.OG · Kebidanan dan Kandungan · Brawijaya Hospital Duren Tiga
Beberapa ibu mungkin merasa panik dan kebingungan ketika mengalami perdarahan saat menyusui. Lantas, apakah perdarahan ini mungkin terjadi atau merupakan tanda ada yang salah pada tubuh?
Lalu, apakah perdarahan saat menyusui akan memengaruhi produksi ASI? Daripada menerka-nerka, lebih baik simak penjelasan berikut ini untuk mengetahui jawabannya.
Sebagian besar kasus perdarahan saat menyusui merupakan hal yang normal. Namun, ada pula kasus perdarahan yang tak biasa dan perlu diwaspadai.
Untuk mengetahui apakah kondisi Anda normal atau tidak, ketahui dulu berbagai jenis atau macam perdarahan yang bisa terjadi setelah melahirkan berikut ini.
Umumnya, butuh jarak enam bulan bagi seorang wanita untuk kembali menstruasi setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena menyusui dapat menahan siklus menstruasi untuk beberapa waktu.
Meski begitu, dampaknya bisa berbeda-beda pada setiap ibu. Beberapa ibu mungkin mendapatkan menstruasi pertama mereka beberapa minggu pascapersalinan.
Namun, beberapa ibu lainnya mungkin butuh waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan untuk kembali ke siklus menstruasi normal.
Tidak dapat dirata-ratakan berapa lama waktu yang dibutuhkan seorang ibu untuk mendapatkan haid pertamanya setelah persalinan.
Suatu penelitian juga mengungkapkan bahwa ibu dengan kadar hormon progesteron lebih rendah akan mendapatkan haid pertamanya setelah persalinan lebih cepat daripada ibu dengan kadar yang lebih tinggi.
Dengan kata lain, normal bila seorang ibu mengalami menstruasi padahal ia masih menyusui.
Melansir situs Baby Center, di bawah ini merupakan tanda yang dapat mengindikasikan Anda akan mendapatkan menstruasi pertama pascapersalinan.
Meski Anda sudah mengalami perdarahan saat menyusui sekalipun, jangan heran bila menstruasi Anda tidak lancar setelah melahirkan.
Bisa jadi juga perdarahan saat menyusui yang Anda alami tersebut bukan karena dimulainya menstruasi, melainkan merupakan pendarahan pascapersalinan.
Beberapa orang mengenalnya dengan sebutan perdarahan lokia atau masa nifas.
Perdarahan ini terjadi karena plasenta Anda berusaha berpisah dari uterus. Hal ini menyebabkan terbukanya pembuluh darah pada area tersebut, sehingga menimbulkan perdarahan.
Setelah plasenta berhasil memisahkan diri, uterus akan kembali berkontraksi dan perdarahan pun akan mulai berkurang.
Siklus lokia ini mungkin terjadi dua minggu hingga enam minggu setelah persalinan.
Dalam beberapa kasus, perdarahan setelah melahirkan membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya. Kondisi ini biasa dikenal dengan perdarahan postpartum.
Perdarahan pospartum biasanya terjadi bila tidak semua plasenta terpisah dari uterus atau bila uterus belum juga berkontraksi meskipun plasenta telah terpisah dengan uterus.
Perdarahan ini mungkin terjadi meskipun sudah masuk dua belas minggu setelah persalinan.
Oleh karena itu, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter bila Anda mengalami:
Perdarahan saat menyusui memang dapat memengaruhi suplai ASI. Hal ini disebabkan oleh penurunan konsentrasi prolaktin.
Perdarahan saat menyusui mungkin juga membuat Anda tidak nyaman dan bayi Anda akan menyusu lebih sering karena berkurangnya produksi ASI.
Kendati begitu, perdarahan ini tidak memengaruhi kondisi tersebut secara permanen.
Beberapa efek tersebut hanyalah dampak sementara dari perubahan hormonal yang sedang terjadi dalam tubuh Anda. Baik rasa, jumlah, maupun nutrisi yang terkandung di dalam ASI akan tetap sama.
Konsultasikan dengan dokter Anda tentang cara meningkatkan suplai ASI. Selain itu, minumlah banyak cairan supaya tubuh tetap terhidrasi.
Perdarahan saat menyusui yang tak normal memerlukan tindakan medis dari dokter. Meski begitu, tindakan medis yang diberikan bisa berbeda pada setiap orang.
Jika Anda mengalami perdarahan bersamaan dengan infeksi, biasanya dokter akan memberikan antibiotik.
Sementara itu, untuk kondisi yang lebih serius, dokter akan melakukan tindakan medis berupa operasi minor untuk memindahkan plasenta yang tersisa.
Selebihnya, dokter akan menyarankan Anda untuk beristirahat selama beberapa waktu dalam fase penyembuhan.
Konsultasikan kepada dokter untuk informasi lebih lanjut mengenai penanganan kondisi ini.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Amanda Rumondang Sp.OG
Kebidanan dan Kandungan · Brawijaya Hospital Duren Tiga
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar