backup og meta

Melahirkan Bayi Besar: Lebih Baik Normal atau Caesar?

Melahirkan Bayi Besar: Lebih Baik Normal atau Caesar?

Selain menyulitkan, melahirkan bayi besar dari ukuran normal berisiko membawa ibu dan bayi pada situasi yang berbahaya. Lalu, apa saja risiko yang mungkin terjadi dan bagaimana cara mencegahnya? Yuk, cari tahu jawaban selengkapnya di bawah ini.

Melahirkan bayi besar lebih baik dengan cara normal atau caesar?

Bayi dikatakan mempunyai ukuran yang besar saat berat badannya telah melebihi 4.000 gram. Kondisi ini disebut juga dengan istilah makrosomia. 

Makrosomia akan menyulitkan ibu saat melahirkan normal. Meski demikian, persalinan normal merupakan cara yang paling sering dilakukan untuk melahirkan bayi besar.

Hal ini karena risiko kematian ibu lebih rendah dibandingkan dengan persalinan melalui operasi caesar, seperti dikutip dari penelitian dalam Journal of Obstetrics and Gynaecology (2002).

Studi yang dilakukan pada 330 kasus bayi makrosomia di Kuala Lumpur ini menemukan bahwa 56% kasus bayi makrosomia lahir secara normal, baik dengan induksi persalinan atau tidak.

Namun, pada persalinan normal, terdapat kejadian cedera distosia bahu sebanyak 4,9 persen. 

Sementara itu, kasus perdarahan pascapersalinan pada kelahiran dengan operasi caesar lebih besar, yakni sebanyak 32% daripada persalinan normal sebanyak 4 persen.

Berdasarkan penelitian ini, bisa disimpulkan bahwa tiap metode persalinan, baik itu melahirkan normal maupun operasi caesar, memiliki risikonya masing-masing. 

Maka dari itu, Anda harus mempertimbangkan segala sesuatunya dengan benar-benar matang saat mengetahui hamil bayi besar.

Masalah yang bisa terjadi saat melahirkan bayi besar

afirmasi positif ibu hamil dan melahirkan

Dilansir dari Mayo Clinic, terdapat sejumlah masalah yang berisiko terjadi pada persalinan bayi besar atau makrosomia seperti berikut ini.

1. Distosia bahu

Distosia bahu adalah kondisi gawat darurat selama proses melahirkan normal yang terjadi saat bahu bayi gagal dilahirkan secara spontan setelah kepala bayi berhasil keluar. 

Ini terjadi karena bayi tersangkut di belakang tulang kemaluan ibu sehingga susah dikeluarkan. 

Dokter mungkin akan melakukan episiotomi atau ekstraksi vakum untuk mengeluarkan bayi. Di dalam beberapa kasus, dokter akan melakukan operasi caesar darurat.

Kondisi ini biasanya disebabkan oleh ukuran bayi yang terlalu besar, panggul ibu terlalu sempit, posisi bayi yang abnormal, serta masalah pada jalan lahir.

Distosia bahu dapat menyebabkan tulang selangka dan tulang lengan atas bayi patah. Bahkan, komplikasi persalinan ini dapat menimbulkan kerusakan saraf hingga kematian.

Meski berisiko fatal, kasus distosia bahu terbilang sangat jarang terjadi. Penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Lampung menyebutkan bahwa kejadian distosia bahu hanya sebanyak 0,6–1,4% dari seluruh persalinan normal.

2. Risiko masalah kesehatan pada bayi makrosomia

Setelah dilahirkan, bayi makrosomia juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami berbagai kondisi dan penyakit, seperti:

Sindrom metabolik adalah sekumpulan kondisi yang dapat meningkatkan risiko penyakit kronis. Adapun, beberapa sindrom metabolik yang berisiko terjadi, seperti:

  • kenaikan tekanan darah,
  • kenaikan kadar gula darah,
  • lemak berlebih pada perut dan pinggang, serta
  • kadar kolesterol yang tidak normal.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan apakah masalah bayi makrosomia ini bisa meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung pada masa dewasa.

3. Komplikasi pada ibu saat melahirkan bayi besar

Melahirkan bayi makrosomia juga membawa risiko komplikasi terhadap kesehatan ibu, seperti:

  • robeknya perineum sehingga mengakibatkan lubang vagina robek hingga ke anus,
  • perdarahan karena kontraksi yang tidak benar, 
  • postpartum hemorrhage (PPH) atau perdarahan hebat setelah melahirkan, serta 
  • kerusakan pada tulang ekor ibu.

Umumnya, risiko di atas dapat terjadi bila persalinan bayi makrosomia dilakukan secara normal.

Akan tetapi, melahirkan bayi besar dengan operasi caesar juga berisiko menimbulkan masalah, seperti perdarahan hebat akibat pecahnya rahim.

Hal ini terjadi bila sayatan yang dibuat saat operasi tidak cukup lebar untuk mengeluarkan bayi. Namun, perlu diketahui bahwa kejadian ini terbilang cukup langka.

Cara mencegah bayi lahir terlalu besar

persalinan

Melahirkan bayi besar atau makrosomia mungkin tidak bisa dicegah. Adapun, hal yang mampu Anda lakukan adalah menjaga kehamilan yang sehat dengan cara-cara seperti berikut.

1. Periksa kandungan secara rutin

Sangat penting memantau perkembangan berat janin sejak masih di dalam kandungan. Jangan sampai berat janin Anda melebihi normal pada saat ingin dilahirkan.

Mintalah saran dari dokter bila bayi menunjukkan berat yang terlalu besar. Dokter mungkin akan menyarankan untuk mengatur pola makan saat hamil.

Hal ini bertujuan untuk mencegah berat bayi supaya tidak melebihi batas normal saat dilahirkan.

2. Jaga kadar gula darah selama hamil

Beberapa wanita mungkin mengalami diabetes gestasional, yaitu peningkatan gula darah yang drastis saat hamil.

Kondisi ini bahkan bisa terjadi pada wanita yang tidak memiliki riwayat diabetes sebelum hamil. Umumnya, ibu hamil yang mengidap diabetes berisiko melahirkan bayi besar.

Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk menerapkan pola makan yang sehat dan rendah gula sepanjang masa kehamilan. 

3. Rutin beraktivitas fisik

Setelah memasuki trimester ketiga, kandungan akan makin berat sehingga ibu hamil kesulitan saat bergerak. Namun, hal ini bukanlah alasan untuk tidak melakukan aktivitas fisik.

Ibu hamil yang mengandung bayi besar justru disarankan untuk lebih banyak bergerak supaya kondisi tubuhnya tetap prima menjelang persalinan.

Lakukan aktivitas fisik, seperti berjalan kaki, naik turun tangga, atau senam hamil, secara rutin.

Selain itu, pelajarilah cara berkontraksi yang benar dan lakukan pijat perineum guna mencegah robeknya area antara vagina dan anus (perineum) saat melahirkan.

4. Jaga berat badan ideal sebelum hamil

Saat merencanakan kehamilan, sebaiknya Anda berada dalam kondisi berat badan yang ideal. 

Hal ini karena berat badan dapat meningkat drastis setelah hamil sehingga Anda lebih berisiko mengalami berbagai kondisi, termasuk hamil bayi besar atau makrosomia.

Jika Anda mengalami obesitas, cobalah mengatasinya terlebih dahulu sebelum memulai hamil. Tujuannya agar kehamilan tetap sehat dan mencegah risiko bayi lahir terlalu besar.

Kesimpulan

  • Melahirkan bayi besar atau makrosomia membawa risiko bagi ibu dan bayi, baik lewat persalinan normal maupun operasi caesar.
  • Maka dari itu, penting untuk mempertimbangkan metode persalinan yang tepat dengan dokter agar persiapan persalinan sudah benar-benar matang.
  • Guna menjaga kesehatan saat hamil bayi besar, penting untuk melakukan pemeriksaan kehamilan rutin, menjaga kadar gula darah, dan olahraga secara teratur.

[embed-health-tool-due-date]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Fetal macrosomia: What is it, causes & complications. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved January 7, 2025, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17795-fetal-macrosomia

Fetal macrosomia. (2022). Mayo Clinic. Retrieved January 7, 2025, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/fetal-macrosomia/symptoms-causes/syc-20372579

Akbar, H., Prabowo, A. Y., & Rodiani. (2017). Kehamilan Aterm dengan Distosia Bahu. Medula, 7(4), 1-7. https://repository.lppm.unila.ac.id/7251/1/kehamilan%20aterm%20dgn%20distosia%20bahu.pdf

Evensen, A., Anderson, J. M., & Fontaine, P. (2017). Postpartum Hemorrhage: Prevention and Treatment. American family physician, 95(7), 442–449. https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2017/0401/p442.html

Said, A. S., & Manji, K. P. (2016). Risk factors and outcomes of fetal macrosomia in a tertiary centre in Tanzania: A case-control study. BMC Pregnancy and Childbirth, 16(1). https://doi.org/10.1186/s12884-016-1044-3

Lim, J. H., Tan, B. C., Jammal, A. E., & Symonds, E. M. (2002). Delivery of macrosomic babies: management and outcomes of 330 cases. Journal of obstetrics and gynaecology : the journal of the Institute of Obstetrics and Gynaecology, 22(4), 370–374. https://doi.org/10.1080/01443610220141281

Versi Terbaru

07/01/2025

Ditulis oleh Indah Fitrah Yani

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Satria Aji Purwoko


Artikel Terkait

Berapa Lama Waktu Proses Induksi sampai Melahirkan Tiba?

3 Cara Mengatasi Rasa Takut dan Trauma Setelah Melahirkan


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Indah Fitrah Yani · Tanggal diperbarui 6 hari lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan