Penting untuk memahami segala kemungkinan masalah yang bisa berdampak pada kesehatan janin. Salah satu komplikasi persalinan yang dikhawatirkan oleh banyak calon orangtua adalah aspirasi mekonium, atau meconium aspiration syndrome (MAS). Untuk mengetahui informasi jelasnya, simak pembahasan berikut ini.
Apa itu aspirasi mekonium?
Aspirasi mekonium adalah kondisi ketika janin atau bayi yang baru lahir menghirup air ketuban yang mengandung feses.
Sebenarnya, keluarnya mekonium atau feses pertama merupakan hal yang normal. Setiap bayi yang baru lahir memilikinya.
Hanya saja, mekonium bisa menimbulkan masalah pada janin bila keluar di dalam kandungan dan bercampur dengan air ketuban.
Mekonium biasanya keluar di dalam kandungan akibat tekanan atau stres yang dialami bayi sebelum atau selama proses persalinan.
Sebagai dampaknya, bayi dapat menghirup air ketuban yang terkontaminasi mekonium sebelum, selama, atau setelah kelahiran.
Sindrom aspirasi mekonium biasanya dialami oleh bayi yang lahir pada usia kehamilan cukup umur dan lebih dari 42 minggu.
Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada bayi dan bahkan komplikasi yang fatal.
[embed-health-tool-due-date]
Tanda dan gejala aspirasi mekonium pada bayi

Gejala umum dari aspirasi mekonium atau keracunan feses dalam air ketuban ialah bayi akan tampak mengembuskan napas dengan sangat cepat dan kuat.
Bayi yang baru lahir juga akan kesusahan bernapas karena saluran pernapasannya tersumbat oleh mekonium.
Selain itu, beberapa tanda dan gejala dari sindrom aspirasi mekonium adalah sebagai berikut.
- Napas berubah menjadi lebih cepat.
- Pernapasan terganggu dan bermasalah karena bayi susah bernapas dengan normal.
- Muncul suara mendengus saat bayi mengembuskan napas.
- Bayi mengalami retraksi, yakni otot-otot dada dan lehernya tampak turun saat bernapas.
- Warna kulit bayi berubah menjadi kebiruan (sianosis).
- Tekanan darah rendah pada bayi.
- Air ketuban yang berubah warna menjadi agak gelap dan kehijauan.
- Tubuh bayi tampak lemas.
- Terlihat adanya mekonium di dalam air ketuban saat bayi lahir.
Mekonium yang ada di dalam air ketuban lama-kelamaan juga bisa mengubah warna kulit dan kuku bayi menjadi kuning.
Penyebab aspirasi mekonium pada bayi
Penyebab bayi minum air ketuban yang bercampur mekonium adalah stres dan tekanan yang dialami bayi.
Bayi akan mengalami stres ketika tidak mendapatkan pasokan darah dan oksigen yang cukup selama berada di dalam kandungan.
Selain itu, berikut ini adalah beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko aspirasi mekonium pada bayi.
- Persediaan oksigen yang berkurang sebelum atau selama proses kelahiran.
- Usia kehamilan sudah lebih dari 40 minggu.
- Proses melahirkan memakan waktu lama, panjang, atau sulit.
- Ibu hamil mengalami masalah kesehatan tertentu, seperti hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan diabetes gestasional.
- Pertumbuhan janin di dalam kandungan terhambat.
Mekonium biasanya baru akan diproduksi oleh tubuh bayi menjelang waktu persalinan, baik dalam persalinan normal maupun caesar.
Semakin lama usia kehamilan, volume air ketuban juga akan makin sedikit. Itu sebabnya, kebanyakan kasus MAS dialami oleh bayi yang lahir cukup umur atau lewat dari usia kehamilan normal.
Komplikasi sindrom aspirasi mekonium
Aspirasi mekonium jarang menyebabkan komplikasi jangka panjang. Kondisi ini umumnya bisa diatasi dengan baik dalam beberapa hari.
Meski begitu, bayi yang mengalami sindrom aspirasi mekonium berisiko lebih besar untuk mengalami:
- peradangan dan infeksi paru-paru,
- asma,
- paru-paru kolaps (pneumotoraks),
- hipertensi paru pada bayi baru lahir, dan
- kadar oksigen yang rendah di dalam tubuh (hipoksia).
Diagnosis aspirasi mekonium pada bayi
Metode utama untuk mendiagnosis aspirasi mekonium adalah dengan melihat apakah terdapat mekonium di dalam air ketuban bayi saat dilahirkan.
Jika bayi Anda dicurigai mengalami keracunan mekonium, dokter akan melakukan laringoskopi untuk memeriksa kondisi pita suara, tenggorokan, dan laringnya.
Dokter juga dapat mendeteksi suara pernapasan yang tidak normal dengan memakai stetoskop yang ditempelkan pada dada bayi.
Pemeriksaan ini akan membantu dokter menemukan suara yang tidak normal atau serak ketika bayi Anda bernapas.
Jika bayi mengalami aspirasi mekonium, ia akan menunjukkan berbagai gejala khasnya segera setelah dilahirkan.
Sekalipun bayi yang mengalami MAS tampak kuat serta sehat setelah dilahirkan, beberapa jam setelahnya mereka bisa saja mengalami gangguan pernapasan yang berat.
Untuk memperkuat diagnosis, dokter mungkin juga akan melakukan pemeriksaan rontgen dada dan tes darah.
Penanganan aspirasi mekonium pada bayi

Perawatan tergantung dari seberapa lama bayi telah mengalami keracunan, banyaknya mekonium yang terhirup, serta tingkat keparahan gangguan pernapasan yang dialami oleh bayi.
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing metode pengobatan aspirasi mekonium.
1. Penanganan saat bayi lahir
Jika ada mekonium yang tampak keluar bersama cairan ketuban selama persalinan, dokter akan memantau denyut jantung janin untuk melihat tanda-tanda gawat janin.
Pada beberapa kasus, dokter mungkin menyarankan penggunaan amnioinfusion, yakni metode pengenceran cairan ketuban dengan larutan saline.
Dokter akan memasukkan tabung kecil ke dalam rahim ibu melalui vagina, kemudian mengalirkan larutan saline ke dalam kantong ketuban ibu.
Larutan saline tersebut akan bercampur dengan air ketuban sehingga menurunkan kontaminasi mekonium. Dengan begitu, bayi tidak akan menghirup terlalu banyak mekonium.
2. Penanganan setelah bayi lahir
Jika bayi yang baru lahir mengalami aspirasi mekonium tetapi masih terlihat sehat, dokter akan mengamati dan memantau gejala yang tampak pada bayi.
Hal ini berlaku saat kondisi fisik bayi tampak baik dan detak jantungnya cukup kuat, yakni lebih dari 100 detak per menit (BPM).
Namun, apabila denyut jantung bayi baru lahir di bawah 100 BPM dan tubuhnya lemas, dokter dan tim medis akan langsung memberikan perawatan.
Dokter dapat menggunakan tabung pengisap untuk mengeluarkan mekonium dari dalam tubuh bayi melalui hidung, mulut, maupun tenggorokannya.
Jika bayi baru lahir susah bernapas, tabung pengisap akan dimasukkan ke dalam tenggorokan untuk menyedot air ketuban yang mengandung mekonium tersebut.
Tindakan ini akan terus dilakukan sampai tidak terlihat lagi adanya mekonium di dalam saluran pernapasan.
Perawatan lanjutan untuk aspirasi mekonium
Setelah penanganan utama selesai diberikan, bayi akan ditempatkan di unit perawatan khusus agar bisa ditangani secara intensif.
Berikut ini adalah penanganan tambahan yang akan dokter berikan pada bayi untuk mencegah komplikasi sindrom aspirasi mekonium.
- Terapi oksigen untuk memastikan bayi mendapatkan pasokan oksigen yang cukup.
- Penggunaan alat penghangat untuk menjaga suhu tubuh bayi.
- Penggunaan ventilator atau alat bantu pernapasan untuk memudahkan bayi bernapas.
- Pemberian terapi extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) pada bayi.
ECMO umumnya baru diberikan pada kasus komplikasi yang parah. Ini juga dilakukan bila bayi tidak merespons perawatan lain atau mengalami tekanan darah tinggi pada paru-paru.
Prosedur ini melibatkan pemakaian alat medis yang menggantikan kerja paru-paru dan jantung. Dengan begitu, paru-paru dan jantung bayi akan memiliki kesempatan untuk memulihkan diri.
Aspirasi mekonium bisa berdampak pada kesehatan bayi. Meski begitu, kondisi ini sebenarnya bisa ditangani dengan baik asalkan dideteksi dengan cepat.
Kesimpulan
- Aspirasi mekonium terjadi ketika bayi menghirup air ketuban yang telah terkontaminasi feses pertamanya.
- Gejala aspirasi mekonium antara lain napas cepat, keluarnya suara dengusan, dan kulit kebiruan yang dapat muncul segera setelah bayi lahir.
- Penanganan komplikasi ini mencakup pemantauan ketat ketika persalinan, penyedotan mekonium dari saluran napas, dan perawatan intensif pascapersalinan.