Mencoba program bayi tabung saat menopause mungkin dipertanyakan keberhasilannya. Pasalnya, di masa menopause, kemampuan reproduksi tubuh wanita sudah menurun. Pertanyaannya, apakah masih ada kemungkinan wanita bisa hamil di usia tersebut? Apakah program bayi tabung pada wanita saat usia menopause bisa berhasil? Yuk, simak penjelasan berikut!
Apakah wanita masih bisa hamil di usia yang sudah tua?
Memiliki anak tentu menjadi impian setiap pasangan. Namun, apa jadinya jika anak yang dinanti-nanti belum kunjung datang?
Apalagi ketika usia sang istri sudah memasuki masa perimenopause, harapan untuk memiliki anak mungkin hampir sirna.
Penting untuk Anda ketahui bahwa meskipun sudah sering mengalami hot flashes dan siklus haid yang tidak teratur, bukan berarti Anda sudah tidak bisa hamil lagi.
Anda masih bisa memproduksi sel telur di masa tersebut. Hanya saja, ketahanan sel telur yang dihasilkan tidak sekuat dulu lagi sehingga kemungkinan hamil jadi sangat kecil.
Tak pantang menyerah, beberapa pasangan tetap mengupayakan berbagai cara agar bisa hamil di usia menopause atau perimenopause, seperti mengikuti program bayi tabung yang disertai dengan terapi hormon.
Namun, peluang kesuksesan bayi tabung saat sudah menopause sangat dipengaruhi oleh usia.
Dengan kata lain, melakukan program bayi tabung saat Anda sudah menopause mungkin saja dilakukan.
Akan tetapi, seiring bertambahnya usia, keberhasilan program bayi tabung mengalami penurunan.
Begitu pula saat Anda sudah menopause, peluang keberhasilan program IVF atau bayi tabung di usia menopause mungkin sangat kecil, tetapi bukan tidak mungkin Anda bisa hamil.
Di sejumlah negara barat, wanita dapat menggunakan sel telurnya yang sudah dibekukan saat masih muda. Sel telur ini kemudian digunakan dalam proses bayi tabung beberapa tahun kemudian.
Mereka juga bisa menggunakan sel telur donor untuk mengupayakan kehamilan.
Namun, cara-cara tersebut tidak diterapkan di Indonesia karena dianggap tidak sesuai dengan norma budaya.
Bagaimana tahapan program bayi tabung saat menopause?
Pada dasarnya, tahapan program bayi tabung pada wanita menopause cenderung sama dengan pada wanita berusia lebih muda.
Tahapan tersebut meliputi 6 langkah utama yaitu:
- mengontrol siklus haid,
- meningkatkan produksi sel telur,
- memantau proses pematangan sel telur dalam ovarium,
- mengeluarkan sel telur dari tubuh,
- mencampurkan sel telur dengan sperma untuk dibuahi hingga terbentuk embrio, lalu
- memasukkan embrio ke dalam rahim.
Umumnya, embrio yang sudah terbentuk di luar tubuh bisa langsung ditanam ke dalam rahim. Namun, pada wanita menopause, kondisi rahimnya mungkin tidak sesehat wanita muda.
Oleh karena itu, mungkin diperlukan tindakan khusus untuk mempersiapkan rahim.
Jika terdapat kista atau masalah-masalah lainnya pada rahim, Anda perlu menjalani proses pengobatan terlebih dahulu sebelum memasukkan embrio.
Tingkat keberhasilan program bayi tabung pada wanita menopause
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kesuksesan program bayi tabung sangat dipengaruhi oleh usia saat menjalani program tersebut.
Melansir United Kingdom National Service, menurut data dari tahun 2014 hingga tahun 2016, persentase keberhasilan program bayi tabung berdasarkan usia adalah sebagai berikut.
- Wanita usia di bawah 35 tahun persentasenya sebesar 29%.
- Wanita usia 35 sampai 37 tahun persentasenya sebesar 23%.
- Wanita usia 38 sampai 39 tahun persentasenya sebesar 15%.
- Wanita usia 40 sampai 42 tahun persentasenya sebesar 9%.
- Wanita usia 43 sampai 44 tahun persentasenya sebesar 3%.
- Wanita usia di atas 44 tahun persentasenya sebesar 2%.
Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat bahwa persentase keberhasilan program ini akan semakin menurun seiring bertambahnya usia wanita.
Meski begitu, tidak menutup kemungkinan pasangan suami istri di usia tua masih bisa memperoleh anak dengan cara tersebut.
BBC Indonesia melaporkan pasangan suami istri yang sudah berusia lanjut asal Sumenep, Madura, berhasil memperoleh bayi yang sehat setelah mengikuti program bayi tabung pada Desember 2020.
Su’diyah yang saat itu berusia 43 mengikuti program bayi tabung saat sudah menopause.
Melalui sejumlah pemeriksaan dan tahapan medis yang cukup panjang, ia akhirnya berhasil hamil dan melahirkan bayinya dengan selamat.
Meski berhasil, perlu Anda ketahui bahwa cara ini tidak berarti bebas risiko.
Sebelum memutuskan untuk hamil di usia tua, baik dengan cara alami maupun dengan bayi tabung, sebaiknya pertimbangkan berbagai risiko kesehatan yang mungkin terjadi.
Apakah ada risiko program IVF saat menopause?
Pada dasarnya, program in vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung selalu memiliki risiko.
Namun, kemungkinan terjadinya komplikasi akan lebih besar jika yang menjalani program bayi tabung adalah wanita menopause daripada wanita yang usianya lebih muda.
Berikut ini beberapa risiko menjalani progam bayi tabung yang perlu Anda pertimbangkan saat sudah menopause.
- Efek samping terapi obat-obatan.
- Kehamilan kembar, dua atau tiga bayi.
- Kehamilan ektopik yaitu hamil di luar kandungan.
- Tekanan darah tinggi.
- Diabetes gestasional.
- Plasenta previa.
- Keguguran dan bayi lahir mati.
- Bayi prematur atau berat badan lahir rendah (BBLR).
- Persalinan caesar.
Semakin tua Anda menjalani program bayi tabung, risiko terjadinya komplikasi pada kehamilan dan kesulitan pada proses persalinan akan semakin tinggi.
Melansir Journal of Assisted Reproduction and Genetics, risiko komplikasi pada wanita postmenopause dan pada wanita perimenopause cenderung sama.
Oleh karena itu, jika memasuki usia 35 tahun sebaiknya Anda ekstra hati-hati dan mempertimbangkan berbagai kondisi tersebut.
Meremajakan organ reproduksi pada program bayi tabung saat menopause
Beberapa tahun terakhir, para ahli mengembangkan sejumlah cara untuk meremajakan tubuh.
Journal of Clinical Medicine menyatakan adanya kemungkinan tubuh mampu memperbaiki dirinya sendiri dengan metode Platelet-Rich Plasma (PRP).
PRP dilakukan dengan cara menyuntikkan plasma darah yang sudah diperkaya trombosit ke dalam tubuh. Cara ini dinilai efektif untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.
PRP sudah mulai digunakan untuk terapi kecantikan dan mengobati cedera tulang dan otot.
Selanjutnya, PRP kini mulai dikembangkan untuk memperbaiki organ reproduksi pada wanita yang mengalami menopause dini.
Penelitian pada hewan membuktikan bahwa cara ini berhasil meremajakan organ reproduksinya. Namun, untuk diterapkan kepada manusia, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Jika terapi ini berhasil, persentase keberhasilan program bayi tabung pada wanita menopause akan semakin tinggi.
[embed-health-tool-ovulation]