Selain melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, antioksidan juga sering dikaitkan dengan kesuburan. Lantas, apa saja efek antioksidan untuk kesuburan pria dan wanita?
Apa benar antioksidan juga bisa bikin cepat hamil? Simak pembahasannya berikut ini.
Bagaimana cara kerja antioksidan?
Secara alami, sel tubuh manusia akan menghasilkan senyawa yang disebut reactive oxygen species (ROS) atau yang juga dikenal sebagai radikal bebas.
Jika kadar radikal bebas terlalu tinggi dan tubuh tidak mampu menghilangkannya, hal ini dapat menyebabkan suatu kondisi yang disebut stres oksidatif.
Stres oksidatif dapat merusak sel-sel, termasuk sel yang membangun telur (ovum) dan sperma. Dengan kata lain, stres oksidatif dapat mengganggu kesuburan dan menghambat kehamilan.
Dikutip dari American Pregnancy Association, stres oksidatif juga berkaitan dengan komplikasi kehamilan, seperti keguguran berulang, preeklamspia, dan bahkan kematian janin.
Dengan mengurangi kadar senyawa berbahaya ini, antioksidan dapat membantu menunda proses penuaan dan meningkatkan kesehatan, termasuk kesehatan sistem reproduksi.
Efek antioksidan untuk kesuburan pria
Sebuah studi dalam jurnal Cochrane (2022) menemukan bahwa pria tidak subur yang meminum suplemen antioksidan memiliki peluang sekitar 17–27% untuk memiliki bayi.
Sementara itu, pria tidak subur yang tidak minum suplemen antioksidan hanya memiliki peluang 16 persen.
Peran antioksidan untuk kesuburan pria berasal dari sifatnya yang dapat melindungi sel sperma dari kelebihan radikal bebas dalam tubuh.
Kelebihan radikal bebas bisa merusak struktur DNA, menurunkan jumlah sperma, menghambat pergerakan dan perkembangan sperma, serta merusak fungsi sperma.
Selain menghindari faktor pemicu radikal bebas, status antioksidan total dalam tubuh harus bisa terjaga agar mampu melindungi sel sperma pria dari kerusakan.
Kekurangan antioksidan dari vitamin A, E, C, B kompleks, serta koenzim Q10, karnitin, dan tembaga dapat menyebabkan penurunan status antioksidan total.
Kondisi inilah yang kemudian bisa menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas sperma sehingga menyebabkan gangguan kesuburan pada pria.