Antibiotik termasuk salah satu obat yang sering diresepkan selama kehamilan. Beberapa antibiotik aman diminum saat masa kehamilan, tetapi ada juga yang tidak boleh digunakan untuk ibu hamil karena berbahaya bagi janin, terutama pada trimester pertama.
Jenis obat antibiotik apa saja yang tidak boleh dan harus dihindari untuk ibu hamil? Berikut informasi lengkapnya.
Daftar antibiotik yang tidak boleh untuk ibu hamil
Keamanan minum antibiotik saat hamil tergantung pada berbagai faktor. Misalnya jenis antibiotik, trimester berapa digunakan, serta seberapa banyak dan berapa lama penggunaannya.
Penelitian dalam Canadian Medical Association Journal dan British Journal of Clinical Pharmacology menemukan hubungan antara konsumsi antibiotik tertentu selama masa kehamilan.
Hasilnya, efek samping yang mungkin muncul akibat penggunaan obat antibiotik tertentu oleh ibu hamil adalah bayi lahir cacat dan risiko keguguran.
Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk mengetahui jenis-jenis obat antibiotik yang boleh dan tidak boleh digunakan selama masa kehamilan. Berikut ini adalah daftarnya.
1. Golongan tetrasiklin
Antibiotik yang termasuk dalam golongan tetrasiklin yaitu tetrasiklin, doksisiklin, minosiklin. Obat antibiotik ini biasanya digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri, termasuk jerawat.
Jika digunakan selama kehamilan, tetrasiklin diketahui akan menghambat produksi jenis protein tertentu.
Obat ini juga akan mengganggu produksi enzim yang penting dalam penataan ulang jaringan dan perubahan bentuk endometrium (otot bagian dalam rahim).
Oleh karena itu, beri tahu dokter Anda kalau Anda sedang hamil sebelum minum obat resep ini.
2. Golongan kuinolon
Ada banyak anggota antibiotik dalam golongan kuinolon, contohnya adalah ciprofloxacin, norfloxacin, dan moxifloxacin.
Antibiotik golongan kuinolon tidak boleh diberikan untuk ibu hamil karena bisa menghambat proses pertumbuhan dan pembelahan sel. Adapun hal ini bisa berpengaruh pada risiko keguguran.
Pada penelitian yang disebut di atas juga ditemukan fakta bahwa paparan moxifloxacin dikaitkan dengan peningkatan kecacatan sistem pernapasan pada janin.
Antibiotik golongan kuinolon paling sering diresepkan untuk mengobati penyakit infeksi saluran kencing (ISK).
3. Golongan makrolida
Antibiotik yang diteliti dalam penelitian yang disebutkan di atas termasuk dalam golongan makrolida.
Beberapa obat makrolida yang diteliti, yaitu azithromycin, clarithromycin, dan eritromisin.
Pada penelitian tersebut, peneliti mencoba membatasi analisis terhadap kehamilan dengan infeksi saluran pernapasan.
Hasilnya, mereka menemukan fakta bahwa penggunaan makrolida (kecuali eritromisin) meningkatkan terjadinya keguguran jika dibandingkan dengan obat antibiotik penisilin.
4. Golongan sulfonamida
Antibiotik golongan sulfonamida memiliki jenis-jenis obat yang cukup terkenal, yaitu trimetoprim atau sulfametoksazol.
Obat tersebut kerap diresepkan dokter untuk mengatasi infeksi saluran kemih saat hamil dan terkadang digunakan untuk membasmi jerawat.
Sama seperti jenis-jenis di atas, antibiotik golongan sulfonamida juga termasuk yang tidak boleh diberikan untuk ibu hamil.
Namun untungnya, ada antibiotik lain yang bisa digunakan sebagai alternatif untuk tujuan pengobatan di atas dan tidak menyebabkan risiko keguguran, yaitu nitrofurantoin.
5. Metronidazol
Metronidazol tidak boleh diberikan pada kehamilan trimester pertama.
Ini karena metronidazol diduga bisa meningkatkan risiko keguguran janin bila digunakan saat masa kehamilan tersebut.
Adapun metronidazol umum digunakan untuk mengatasi berbagai jenis penyakit, di antaranya trikomoniasis, infeksi bakteri vagina, hingga pneumonia.
6. Klindamisin
Klindamisin adalah anggota dari antibiotik golongan linkosamid atau linkomisin.
Obat ini umumnya digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri tertentu pada paru-paru, kulit, darah, organ kewanitaan, hingga organ dalam.
Namun, ibu hamil sebaiknya menghindari konsumsi obat antibiotik ini karena termasuk yang tidak boleh digunakan selama kehamilan.
Pasalnya, paparan klindamisin dan juga ofloxacin (golongan kuinolon) dikaitkan dengan peningkatan kejadian bayi lahir cacat
7. Fenoksimetilpenisilin (penisilin V)
Paparan penisilin V tidak berkaitan dengan peningkatan risiko bayi lahir cacat dan penyakit jantung bawaan.
Namun, paparan penisilin V melalui uterus (rahim) dikaitkan dengan risiko peningkatan cacat sistem saraf pada janin.
Oleh karena itu, Anda sebaiknya menghindari penggunaan obat ini selama masa kehamilan.
Adapun penisilin V merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri, seperti pneumonia dan infeksi saluran pernapasan lainnya.
8. Golongan streptomycin
Streptomycin, seperti aminoglycoside, diduga berkaitan dengan kehilangan pendengaran pada bayi baru lahir.
Maka dari itu, obat golongan streptomycin tidak direkomendasikan selama masa kehamilan.
Meski demikian, penggunaan obat ini dalam jangka pendek dan di bawah pengawasan dokter masih dapat dilakukan jika manfaat obat lebih besar dibanding risiko yang mungkin terjadi.
Streptomycin merupakan obat antibiotik yang biasanya diberikan untuk menangani tuberculosis (TBC).
Perlu diketahui!
Perhatikan baik-baik bila Anda mengalami infeksi bakteri dan diresepkan antibiotik saat hamil. Selalu beri tahu dokter Anda kalau Anda sedang mengandung, sehingga ia tidak akan meresepkan antibiotik yang tidak boleh untuk ibu hamil. Jangan ragu bertanya langsung pada dokter soal efek samping pengobatan yang diberikan terhadap kesehatan bayi dan kandungan.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]