Siklus menstruasi yang terlewat, mual, dan nyeri payudara merupakan gejala yang hampir selalu dirasakan ibu hamil. Namun tahukah Anda bahwa beberapa calon ibu bisa hamil tanpa gejala?
Meski tergolong dalam kondisi langka, ternyata memang ada beberapa ibu yang baru sadar bahwa dirinya hamil pada trimester ketiga atau bahkan sesaat sebelum melahirkan. Bagaimana kondisi tersebut bisa terjadi? Berikut jawabannya.
Penyebab ibu hamil tanpa gejala
Kehamilan tanpa gejala yang dimaksud di sini bukan berarti ibu hamil tidak merasakan apa-apa sama sekali.
Beberapa orang mungkin merasakan tanda kehamilan yang samar, tetapi tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.
Selain itu, tidak sedikit pula yang salah mengartikan bahwa keluhan saat hamil yang mereka rasakan adalah kondisi medis biasa.
Contohnya pada seseorang yang memang memiliki siklus menstruasi tidak teratur. Ketika akhirnya melihat perdarahan, mereka mungkin menganggapnya sebagai siklus menstruasi yang akhirnya datang.
Nah, berikut adalah beberapa contoh alasan lain mengapa seseorang bisa hamil tanpa gejala.
1. Baru saja melahirkan
Setelah melahirkan, mungkin perlu beberapa bulan hingga siklus menstruasi ibu kembali normal, terlebih jika ibu juga sedang menyusui.
Alhasil, ibu mengira bahwa siklus menstruasinya hanya sekadar berubah. Ia tidak menyangka bahwa menstruasinya terhenti karena sedang hamil kembali.
2. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
PCOS adalah gangguan hormon yang kerap terjadi pada wanita usia subur. Kondisi ini akan menyebabkan sel telur tidak berkembang dengan sempurna. Sebagai akibatnya, siklus menstruasi Anda jadi tidak teratur.
Bagi pengidap PCOS, tidak mengalami menstruasi selama 1–2 bulan adalah hal yang wajar. Maka saat gejala kehamilan itu muncul, mereka tidak akan terpikir untuk melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan.
Ini membuat pengidap PCOS seolah hamil tanpa gejala dan mereka mungkin baru menyadari kehamilannya setelah beberapa bulan.
3. Pengguna alat kontrasepsi
Seseorang yang aktif berhubungan seksual tetapi menggunakan alat kontrasepsi mungkin berpikir bahwa mereka tidak akan bisa hamil.
Padahal, meskipun kemungkinannya kecil, kehamilan tetap bisa terjadi sekalipun Anda bercinta dengan alat kontrasepsi.
Selain itu, Anda mungkin melakukan kesalahan ketika menggunakan alat kontrasepsi lepas-pasang seperti kondom sehingga tidak terlindungi secara maksimal.
4. Berada dalam masa perimenopause
Perimenopause adalah masa transisi alamiah saat wanita akan memasuki menopause.
Salah satu gejala masa peralihan ini adalah siklus menstruasi yang tidak teratur karena proses ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) yang juga tidak dapat diprediksi.
Meski begitu, menurut laman UNC Health Talk, seorang wanita tetap bisa hamil saat masa perimenopause. Hanya saja, ibu hamil mungkin tidak merasakan apa-apa.
Oleh karena itu, tetaplah melakukan pemeriksaan jika merasakan gejala kehamilan pada masa transisi tersebut.
Tahukah Anda?
Masa perimenopause bisa terjadi selama 4–10 tahun. Sementara itu, seorang wanita akan dianggap menopause setelah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan.
5. Hamil anak pertama
Mengutip dari situs Cleveland Clinic, ibu yang hamil untuk pertama kalinya mungkin akan menjalani bulan-bulan pertamanya tanpa ciri-ciri atau gejala khas.
Akibatnya, ibu mungkin baru mengetahui bahwa dirinya hamil setelah usia kehamilannya sudah cukup tua.
Di sisi lain, kebanyakan wanita yang sudah pernah hamil umumnya memang lebih sensitif dalam merasakan tanda kehamilan yang ada.
6. Hasil tes kehamilan negatif palsu
Hal pertama yang banyak dilakukan wanita saat merasakan gejala kehamilan adalah melakukan pemeriksaan sendiri di rumah menggunakan test pack.
Meski memiliki tingkat akurasi hasil yang cukup tinggi, risiko kesalahan pembacaan hasil tetap mungkin terjadi. Terlebih jika ibu melakukan pemeriksaan terlalu dini atau pada malam hari.
Pasalnya, hormon human chorionic gonadotropin (hCG) yang merupakan pertanda awal kehamilan lebih banyak diproduksi pagi hari.
7. Plasenta anterior
Gerakan pada janin umumnya mulai terasa saat memasuki usia kehamilan 16–20 minggu.
Namun, jika plasenta Anda berada di bagian depan perut (plasenta anterior), gerakan janin akan semakin sulit terasa. Inilah membuat seseorang terkesan hamil tanpa gejala.
Tidak ada alasan khusus mengapa plasenta anterior terjadi, sebab pertumbuhan plasenta akan mulai terjadi setelah sel telur berhasil menempel ke dinding rahim.
8. Gangguan mental
Pada kasus tertentu, seorang perempuan mungkin berusaha menolak kenyataan bahwa dirinya sedang hamil.
Kondisi yang dikenal sebagai denial of pregnancy ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya ketakutan untuk menjadi seorang ibu.
Penolakan terhadap kehamilan juga bisa membuat ibu stres sehingga berdampak pada menurunnya kadar hormon hCG.
9. Usia
Beberapa wanita yang berada di akhir usia 30-an dan tidak lagi mengalami menstruasi mungkin mengira tengah mengalami menopause dini.
Mereka mungkin juga berpikir bahwa peluang untuk hamil jauh lebih rendah karena usia dan tidak sadar ketika mengalaminya.
Sebagai dampaknya, ketika gejala kehamilan muncul, mereka tidak langsung menyadarinya atau memeriksakan diri ke dokter kandungan.
10. Perut tidak menonjol
Beberapa orang yang hamil dalam keadaan obesitas mungkin tidak menyadari bahwa perut mereka mulai membesar. Terlebih pada trimester pertama kehamilan, perubahan ini belum terlalu terlihat.
Selain itu, ukuran perut yang membesar juga kerap disalahartikan bukan sebagai tanda kehamilan jika ibu baru saja makan dalam jumlah yang banyak.
11. Salah mengartikan gejala
Beberapa tanda kehamilan seperti morning sickness atau mudah kelelahan mirip dengan gejala sejumlah masalah kesehatan.
Maka dari itu, tidak jarang tanda-tanda kehamilan tersebut disalahartikan sebagai kondisi medis lainnya.
Apalagi, berbagai kondisi tersebut juga bisa membaik dengan sendirinya. Ini berarti ibu bukan hamil tanpa gejala, melainkan hanya salah mengartikan ciri-ciri yang ada.
Penting untuk mengenali tanda-tanda kehamilan. Jika tidak, ibu bisa terlambat memberikan asupan gizi dan menjalani pemeriksaan dengan dokter kandungan.
Hal ini tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan ibu hamil, tetapi juga meningkatkan risiko masalah perkembangan janin.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]