Pernahkah Anda mendengar mengenai kondisi pengapuran plasenta? Pengapuran plasenta bisa dikatakan sebagai satu dari banyaknya komplikasi kehamilan.
Jika dibiarkan, kondisi ini dapat menghambat pertumbuhan janin dan bahkan menyebabkan bayi lahir mati. Simak informasi berikut untuk mengetahui gejala hingga penanganannya.
Apa itu pengapuran plasenta?
Pengapuran plasenta adalah kondisi penuaan plasenta akibat adanya penumpukan kalsium.
Plasenta merupakan organ berbentuk kantung yang berfungsi sebagai rumah bagi janin untuk tumbuh dan berkembang selama berada di dalam perut ibu.
Dikenal juga sebagai ari-ari, plasenta bertugas menyediakan oksigen dan nutrisi sebagai makanan janin selama berada di dalam kandungan.
Selain itu, plasenta juga berfungsi melindungi bayi agar senantiasa sehat dan bebas dari serangan virus maupun kuman yang mungkin ada dalam tubuh ibu.
Itu sebabnya, kesehatan plasenta tentu penting dan berpengaruh bagi janin. Plasenta yang mengalami gangguan saat kehamilan tentu berisiko membawa dampak buruk terhadap tumbuh-kembang bayi.
Selain pengapuran pada ari-ari, ada berbagai masalah plasenta yang mungkin terjadi saat hamil, di antaranya plasenta previa dan solusio plasenta.
Kapan pengapuran plasenta terjadi?
Plasenta sudah mulai terbentuk begitu usia kehamilan menginjak 12 minggu. Kemudian, plasenta akan terus mengalami perubahan seiring masa kehamilan.
Pengapuran pada ari-ari dapat dibagi menjadi beberapa tahap, mulai dari skor 0 (tidak matang) sampai skor 3 (sangat matang).
Berikut pengelompokan pengapuran plasenta pada ibu hamil.
- Tahap 0: sebelum usia kehamilan 18 minggu.
- Tahap I: saat usia kehamilan antara 18–29 minggu.
- Tahap II: saat usia kehamilan antara 30–38 minggu.
- Tahap III: saat usia kehamilan sekitar 39 minggu.
Gejala pengapuran plasenta
Pengapuran plasenta ditandai dengan kemunculan bintik-bintik putih yang menyebar dari bagian dasar plasenta sampai ke permukaannya.
Bintik-bintik putih tanda pengapuran umumnya terlihat saat pemeriksaan USG selama kehamilan.
Dokter biasanya akan menyampaikan kondisi bayi sekaligus masalah lain yang mungkin terjadi pada kehamilan Anda melalui hasil USG.
Biasanya, seiring bertambahnya usia kehamilan, plasenta akan mengalami perubahan untuk mendukung tumbuh-kembang bayi dari waktu ke waktu.
Selama perubahan plasenta pada masa kehamilan inilah pengapuran bisa terjadi.
Penyebab dan faktor risiko pengapuran plasenta
Penyebab pengapuran plasenta belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Keturunan hingga kondisi lingkungan seperti radiasi, frekuensi suara rendah, dan reaksi terhadap obat-obatan tertentu merupakan faktor risiko kondisi ini.
Infeksi bakteri juga diperkirakan bisa menjadi penyebab pengapuran.
Selain itu, risiko terjadinya pengapuran ari-ari lebih tinggi pada orang-orang dengan kondisi sebagai berikut.
- Kehamilan di usia muda atau remaja.
- Kehamilan anak pertama.
- Ibu yang merokok saat hamil.
Perlu diketahui bahwa perubahan plasenta yang terjadi pada akhir masa kehamilan sebenarnya merupakan hal normal dan tidak perlu dikhawatirkan.
Akan tetapi, bila masalah pada plasenta ini terjadi saat usia kehamilan masih terlalu muda, kemungkinan besar ada komplikasi pada kehamilan.
Komplikasi pengapuran plasenta
Meski pengapuran dinilai sebagai kondisi yang wajar terjadi selama kehamilan, hal ini juga bisa menandakan gangguan kesehatan yang dialami janin di dalam kandungan.
Komplikasi pengapuran plasenta pun beragam, tergantung kapan dimulainya kehamilan dan bagaimana kondisi kesehatan Anda saat hamil.
Pada umumnya, semakin awal pengapuran terjadi, semakin tinggi risiko bahaya yang mungkin ditimbulkan.
Berikut berbagai masalah yang mungkin terjadi akibat pengapuran ari-ari sesuai usia kehamilan.
1. Usia kehamilan 28–36 minggu
Pengapuran pada masa awal hingga pertengahan kehamilan tergolong sebagai kehamilan risiko tinggi, termasuk pada minggu ke-28 sampai 36.
Pengapuran yang terjadi sebelum usia kehamilan menginjak 32 minggu disebut sebagai pengapuran atau kalsifikasi plasenta prematur dini.
Ini karena pengapuran ari-ari pada usia kehamilan 32 minggu berisiko menyebabkan berbagai komplikasi, seperti perdarahan saat persalinan, solusio plasenta, dan bayi lahir prematur.
Bahkan, skor APGAR bayi bisa rendah dan bayi berisiko terlahir dalam kondisi meninggal dunia (stillbirth).
Langkah pertolongan medis yang dilakukan untuk menghadapi kondisi ini tergantung dengan risiko yang ditimbulkan dan tingkat keparahannya.
Maka dari itu, Anda yang memiliki masalah kesehatan tertentu, seperti plasenta previa, diabetes gestasional, tekanan darah tinggi, atau anemia pada ibu hamil, dianjurkan untuk mengunjungi dokter kandungan secara rutin.
2. Usia kehamilan 36 minggu
Jika pengapuran terjadi saat usia kehamilan 36 minggu, Anda berisiko mengalami hipertensi pada kehamilan dan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Dokter dapat membantu mendeteksi kemungkinan kehamilan risiko tinggi dengan melakukan pemeriksaan USG saat usia kehamilan 36 minggu.
3. Usia kehamilan 37–42 minggu
Sekitar 20–40% wanita dengan kehamilan normal dapat mengalami pengapuran ari-ari pada usia 37 minggu. Meski begitu, Anda tidak perlu khawatir karena kondisi ini dinilai tidak membahayakan.
Namun, menurut penelitian pada jurnal Placenta, pengapuran yang terjadi pada tahap III berisiko menyebabkan bayi lahir mati.
Pencegahan pengapuran plasenta
Risiko kesehatan atau dampak yang mungkin ditimbulkan dari pengapuran ari-ari tidak selalu sama pada setiap ibu hamil.
Perbedaan dampak yang dialami ibu hamil tergantung dari tingkat keparahan, seberapa cepat pengapuran terjadi, apakah kehamilan termasuk berisiko, dan penanganannya.
Plasenta memiliki peran penting dalam melindungi kesehatan dan keselamatan janin selama masa kehamilan.
Akan tetapi, karena penyebab pengapuran plasenta sampai saat ini masih belum diketahui pasti, sulit untuk menentukan langkah pencegahannya yang spesifik.
Secara umum, menjaga kesehatan ibu hamil merupakan cara terbaik untuk menghindari gangguan plasenta dan komplikasi kehamilan.
Anda perlu memenuhi kebutuhan nutrisi saat hamil dengan makan makanan untuk ibu hamil.
Usahakan untuk berhenti merokok saat hamil, jalani gaya hidup sehat, dan rajinlah melakukan olahraga untuk ibu hamil.
Olahraga yang aman bagi ibu hamil bisa meliputi jalan santai, bersepeda, berenang saat hamil, hingga senam hamil.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]