4. Pemanasan balistik
Pemanasan balistik bertujuan mendorong bagian tubuh melebihi batas normal pergerakan dan membuatnya lebih meregang. Jenis pemanasan ini akan meningkatkan jarak pergerakan dan memicu otot meregang dengan refleks. Sayangnya, pemanasan ini juga memiliki risiko cedera yang besar. Sehingga hanya atlet dalam kondisi tertentu dan kalangan tertentu saja yang bisa melakukan pemanasan ini dengan baik.
5. Pemanasan aktif terisolasi
Jenis pemanasan aktif biasanya digunakan oleh para atlet, pelatih, terapis pijat, dan profesional lainnya sebelum latihan. Untuk melakukan pemanasan satu ini, Anda perlu berada pada posisi tertentu dan menahannya dengan baik tanpa bantuan orang lain selain kekuatan otot Anda sendiri. Contohnya, hempaskan kaki Anda tinggi ke atas dan tahan posisi tersebut.
6. Pemanasan isometrik
Pemanasan isometrik merupakan peregangan otot statis, di mana Anda perlu menahan peregangan selama beberapa waktu. Contohnya, minta pasangan menahan kaki Anda yang diangkat tinggi, sementara Anda berusaha menekan ke arah berlawanan. Jenis pemanasan ini adalah salah satu yang paling aman dan efektif dalam berolahraga. Hal ini bisa meningkatkan jarak pergerakan sendi, memperkuat tendon, dan ligamen saat mencapai kelenturannya.
7. Propriosepsi neuromuscular
Pemanasan propriosepsi neuromuscular atau proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) menggabungkan pemanasan isometrik, statis, dan pasif untuk mencapai tingkat kelenturan yang lebih tinggi. Lakukan pemanasan pada otot dan regangkan sampai jarak pergerakan meningkat. Pemanasan ini merupakan bentuk latihan kelenturan atau fleksibilitas yang juga membantu meningkatkan kekuatan otot.
Jenis-jenis pemanasan sebelum berolahraga dapat Anda sesuaikan dengan tipe latihan yang Anda lakukan. Walaupun gerakannya tampak sederhana, Anda jangan membiasakan berolahraga tanpa pemanasan. Kondisi tubuh yang kaku dan tidak melakukan peregangan sebelumnya justru akan meningkatkan risiko cedera akibat otot yang belum lentur.