Jika Anda penggemar tayangan pertandingan sepak bola atau bahkan sering ikut bermain bola, barangkali tak asing dengan istilah cedera meniskus. Namun, seperti apa cedera ini terjadi dan bagaimana pengobatan yang diperlukan? Simak di bawah ini.
Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None
Jika Anda penggemar tayangan pertandingan sepak bola atau bahkan sering ikut bermain bola, barangkali tak asing dengan istilah cedera meniskus. Namun, seperti apa cedera ini terjadi dan bagaimana pengobatan yang diperlukan? Simak di bawah ini.
Cedera meniskus adalah salah satu cedera lutut yang paling umum yang terjadi saat meniskus robek sehingga menimbulkan rasa sakit, bengkak, dan kaku. Pada beberapa kasus, cedera ini bisa menghambat pergerakan lutut apabila tidak ditangani dengan baik.
Meniskus merupakan sepasang jaringan tulang rawan berbentuk huruf C pada lutut yang punya fungsi sebagai bantalan untuk menstabilkan persendian lutut. Setiap sendi lutut kaki memiliki dua meniskus, yaitu pada tepi bagian luar dan tepi bagian dalam.
Keberadaan meniskus membuat tulang paha (femur) dan tulang kering (tibia) tidak saling bergesekan ketika terjadi pergerakan pada sendi lutut. Alhasil, jaringan tulang rawan ini juga mampu melindungi sendi lutut Anda dari keausan.
Cedera ini juga sering disebut dengan istilah robekan meniskus atau cedera tulang rawan lutut. Robekan meniskus merupakan cedera yang cukup umum dan bisa dialami pria dan wanita dalam semua rentang usia.
Namun, cedera meniskus paling banyak dialami oleh atlet yang terlibat olahraga kontak, seperti sepak bola atau basket. Cedera ini juga sering terjadi bersamaan dengan cedera lutut lain, seperti cedera ACL (anterior cruciate ligament).
Selain itu, kondisi ini bisa terjadi akibat meniskus yang melemah seiring bertambahnya usia. Sekitar 40% orang berusia 65 tahun atau lebih pernah mengalami kondisi ini.
Kebanyakan orang masih bisa berjalan dengan lutut yang mengalami cedera, bahkan seorang atlet bisa tetap meneruskan pertandingan sambil mengalami robekan meniskus. Namun, kondisi ini umumnya hanya bertahan 2-3 hari saja, sebelum lutut bengkak dan kaku.
Secara umum, ciri-ciri cedera meniskus terbagi dalam tiga tingkat keparahan, mulai dari ringan, sedang, hingga berat.
Apabila mengalami robekan meniskus ringan, Anda akan merasakan sedikit rasa nyeri dan pembengkakan sendi lutut yang biasanya akan sembuh dalam 2-3 minggu.
Pada robekan meniskus sedang, Anda akan merasakan nyeri yang lebih terlokalisir, misalnya pada sisi luar lutut atau sisi dalam lutut. Pembengkakan biasanya akan memburuk dalam 2-3 hari.
Sendi lutut akan menjadi kaku dan pergerakan terbatas. Gejala ini akan menghilang dalam 2-3 minggu, tetapi bisa muncul kembali apabila lutut Anda terpelintir atau digunakan terlalu sering. Jika tidak mendapatkan penanganan, nyeri bisa timbul-tenggelam selama bertahun-tahun.
Sedangkan pada robekan meniskus berat, sebagian meniskus dapat terputus dan berpindah dari ruang sendi. Pada beberapa kondisi, hal ini bisa menyebabkan lutut Anda mengeluarkan suara “pop!” atau sendi Anda menjadi terkunci. Akibatnya, pergerakan menjadi terbatas hingga tidak dapat meluruskan sendi lutut.
Cedera ringan bisa sembuh dengan perawatan di rumah. Namun, untuk cedera sedang hingga berat mungkin Anda perlu pemeriksaan ke dokter jika timbul pembengkakan, nyeri, kesulitan meluruskan kaki, dan tidak bisa menggerakan lutut seperti biasanya.
Jika Anda memiliki tanda atau gejala robekan meniskus tersebut, sebaiknya konsultasikanlah ke dokter. Kondisi tubuh setiap orang berbeda satu sama lain, selalu diskusikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik.
Cedera meniskus umumnya terjadi akibat gerakan memutar pada sendi lutut ketika kaki dalam kondisi menapak dan sendi lutut dalam posisi tertekuk. Trauma langsung pada lutut juga dapat menyebabkan robekan meniskus. Semakin bertambahnya usia, kondisi meniskus juga akan semakin lemah dan rentan terhadap cedera.
Cedera meniskus merupakan kondisi yang bisa siapa saja alami, tidak memandang jenis kelamin atau usia seseorang. Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya robekan meniskus, seperti berikut ini.
Cedera saat olahraga dapat melibatkan gerakan memutar lutut secara agresif yang bisa meningkatkan risiko Anda mengalami robekan meniskus. Seorang atlet berisiko mengalami kondisi ini apabila terlibat dalam olahraga kontak, seperti sepak bola dan aktivitas yang melibatkan gerakan pivot yang membebani lutut, seperti tenis atau basket.
Kelemahan dan keausan pada tulang rawan lutut mungkin terjadi seiring bertambahnya usia, sehingga hal ini juga meningkatkan risiko robekan meniskus. Kondisi yang sama juga bisa terjadi pada orang obesitas atau kelebihan berat badan.
Setelah berdiskusi mengenai gejala dan riwayat kesehatan Anda, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat ada tidaknya robekan pada meniskus, seperti tes McMurray.
Dokter akan menekuk lutut Anda, kemudian meluruskan dan memutarnya. Gerakan ini akan menempatkan ketegangan pada meniskus yang robek. Jika Anda mengalami robekan meniskus pada lutut, gerakan ini bisa menimbulkan rasa sakit atau sensasi klik dalam sendi.
American Academy of Orthopaedic Surgeons juga menyarankan dokter untuk melakukan tes pencitraan, seperti rontgen atau scan MRI untuk melihat gambaran sendi lutut Anda.
Perawatan robekan meniskus tergantung sejumlah faktor, termasuk usia, gejala, dan tingkat aktivitas Anda. Hal ini juga tergantung dari jenis, ukuran, dan lokasi cedera yang Anda alami.
Sebagian besar cedera ringan hingga sedang tidak memerlukan prosedur operasi. Robekan pada sepertiga bagian luar meniskus umumnya bisa sembuh sendiri, karena bagian ini banyak mendapat suplai darah yang membantu proses regenerasi tulang rawan.
Sementara, dua pertiga bagian dalam meniskus yang kekurangan suplai darah tidak dapat sembuh sendiri, sehingga perlu penanganan lebih lanjut, termasuk melalui pembedahan.
Sebagian besar robekan meniskus dalam tahapan ringan hingga sedang tidak memerlukan operasi. Jika gejala yang Anda alami tidak bertambah parah, misal mengalami pembengkakan atau penguncian sendi lutut, dokter mungkin akan merekomendasikan perawatan non-bedah.
Untuk mempercepat penyembuhan, Anda bisa melakukan pertolongan pertama dengan metode RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation) dalam beberapa langkah berikut ini.
Dokter juga akan memberikan resep obat anti-inflamasi, seperti aspirin atau ibuprofen yang mampu mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan. Suntikan obat kortikosteroid ke dalam sendi lutut juga bisa memberikan efek yang sama.
Perawatan non-bedah lain untuk menangani cedera meniskus, seperti suntikan platelet-rich plasma (PRP). Metode PRP dengan plasma darah pasien yang mengandung protein konsentrasi tinggi ini bisa membantu prose penyembuhan cedera, walaupun prosedur ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Apabila robekan meniskus cukup besar sehingga lutut tidak stabil dan terkunci maka kemungkinan besar Anda membutuhkan perawatan bedah. Prosedur artroskopi lutut dengan memasukkan kamera kecil melalui sayatan pada lutut berfungsi untuk memperbaiki struktur meniskus atau membuang pecahan meniskus yang mengganggu.
Prosedur operasi yang dokter lakukan untuk mengatasi cedera meniskus seperti berikut ini.
Setelah prosedur pembedahan, konsultasikan ke dokter untuk menjalani latihan rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi lutut Anda. Waktu rehabilitasi untuk perbaikan meniskus biasanya berlangsung 3-6 bulan, sementara menisektomi pemulihan cukup sekitar 3-6 minggu saja.
Setelah mengalami cedera meniskus lutut, Anda bisa mulai kembali latihan untuk meningkatkan jangkauan gerak kaki. Latihan kekuatan otot kaki secara bertahap bisa Anda tambahkan dalam rencana rehabilitasi setelah menjalani prosedur operasi.
Untuk mencegah cedera datang kembali, hindari aktivitas yang memperparah nyeri lutut Anda. Gunakan teknik yang tepat saat berolahraga dan selalu berhati-hati saat melakukan kegiatan sehari-hari, misalnya saat berlutut, jongkok, atau mengangkat beban berat.
Melakukan peregangan sebelum dan setelah berolahraga juga bisa membantu Anda menghindari kondisi ini. Tanyakanlah pada dokter atau fisioterapis mengenai jenis olahraga yang tepat sesuai kondisi Anda.
Bila ada pertanyaan atau keluhan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik masalah Anda.
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar