Kanker ovarium (indung telur) menjadi jenis kanker yang umum menyerang wanita, selain kanker serviks. Namun, tidak semua orang tahu apa itu sebenarnya kanker ovarium sehingga kerap kali dianggap sama dengan kista ovarium. Padahal, keduanya adalah kondisi yang berbeda. Lantas, apa perbedaan kanker ovarium dengan kista ovarium? Apakah kista bisa menjadi kanker ovarium? Yuk, pahami perbedaannya berikut ini.
Perbedaan antara kista ovarium dan kanker ovarium
Mengenali perbedaan kanker indung telur dengan kista ovarium merupakan hal penting. Terutama bagi Anda, keluarga, atau teman yang memiliki salah satu penyakit tersebut. Pasalnya, penanganan untuk kedua penyakit tersebut berbeda.
Supaya Anda tidak lagi keliru, mari bahas satu per satu perbedaannya di bawah ini.
1. Perbedaan definisi kista ovarium dengan kanker ovarium
Perbedaan kanker ovarium dengan kista ovarium dapat Anda perhatikan dari definisinya. Kanker ovarium adalah penyakit kanker yang terjadi pada sel-sel ovarium. Ovarium sendiri merupakan kelenjar yang dimiliki wanita untuk menghasilkan sel telur dan hormon seks.
Sel kanker bisa berawal dari sel yang berada di permukaan luar ovarium, sel penghasil sel telur, atau sel yang memproduksi hormon seks. Sama seperti penyakit kanker pada umumnya, sel kanker pada ovarium berfungsi abnormal sehingga terus membelah tanpa kendali. Alhasil, terjadi penumpukan sel yang nantinya membentuk tumor.
Sementara itu, kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang terbentuk di dalam atau permukaan luar ovarium. Adanya kantong pada ovarium inilah yang mungkin kerap kali disalahsartikan sebagai tumor ganas alias tumor kanker.
2. Perbedaan gejala kista ovarium dengan kanker ovarium
Selain definisi, perbedaan antara kista dengan kanker pada organ ini juga bisa amat dari gejala yang ditimbulkan. Berdasarkan American Cancer Society, gejala kanker ovarium yang umumnya dirasakan wanita meliputi perut kembung, sakit perut dan di sekitar pinggul, perut cepat merasa kenyang, dan mengalami masalah kandung kemih.
Beberapa di antaranya juga merasakan gejala seperti tubuh kelelahan, nyeri saat berhubungan seks, sembelit, pembengkakan pada perut, dan mengalami perdarahan yang tidak ajar ketika menstruasi.
Gejala kanker tersebut umumnya dirasakan ketika penyakit sudah memasuki tahap lanjut. Akan tetapi, beberapa ada yang mengalaminya di tahap awal. Sementara pada wanita yang mengalami kista ovarium, gejala yang umumnya terjadi adalah sakit pinggul dan perut terasa kembung.
3. Perbedaan penyebab kista ovarium dengan kanker ovarium
Perbedaan antara kedua kondisi ini juga bisa Anda lihat dari penyebab yang mendasarinya. Penyebab kanker ovarium tidak diketahui secara pasti oleh ahli kesehatan. Namun, sebagian besar beranggapan jika hal ini ada kaitannya dengan mutasi DNA pada sel yang menjadi penyebab kanker pada umumnya.
DNA berisi sistem perintah bagi sel untuk tumbuh, membelah, dan mati. Namun karena terjadi mutasi, sistem perintah tersebut mengalami kerusakan sehingga membuat sel jadi abnormal.
Sementara kebanyakan kista terbentuk sebagai hasil dari siklus menstruasi. Pada ovarium Anda akan tumbuh folikel yang berstruktur mirip seperti kista setiap bulannya. Folikel ini nantinya berfungsi untuk memproduksi hormon dan melepaskan sel telur.
Apakah kista ovarium bisa berkembang menjadi kanker?
Kanker yang menyerang ovarium adalah penyakit yang berbahaya dan dapat mengancam jiwa. Kabar baiknya, pada kanker indung telur stadium 1, 2, dan 3 yang belum terlalu parah, kanker ovarium dapat diobati. Pengobatan kanker ovarium sangat beragam, umumnya adalah operasi pengangkatan sel kanker dan kemoterapi.
Status daruratnya berbeda dengan kista ovarium. Alasannya, sebagian kista terbentuk akibat proses alami saat wanita mengalami haid. Sebagian besar kasus kista ovarium tidak berbahaya dan mayoritas dapat hilang tanpa pengobatan dalam beberapa bulan.
Meskipun begitu, Anda tidak boleh meremehkan kista pada indung telur ini. Sebab kista ovarium yang Anda miliki bisa menjadi kanker ovarium di kemudian hari.
Mayo Clinic menyebutkan bahwa kista di ovarium yang berkembang setelah menopause berkemungkinan besar bersifat ganas (malignant) atau akan menjadi kanker. Seiring waktu, tanpa pengobatan kanker, penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi kanker ovarium.
Jika kondisi tersebut dialami oleh Anda, dokter akan merujuk Anda ke ahli onkologi ginekologi. Guna mengawasi kista pada ovarium tersebut, Anda mungkin direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan panggul secara rutin untuk mendeteksi terjadinya kanker ovarium lebih dini.
[embed-health-tool-bmi]