Kanker tenggorokan dibedakan berdasarkan lokasi tumbuhnya jaringan kanker. Selain kanker nasofaring dan orofaring, satu lagi kanker yang menyerang tenggorokan yaitu kanker hipofaring.
Untuk tahu lebih lanjut seperti apa gejala kanker hipofaring hingga pengobatannya, simak penjelasan berikut.
Apa itu kanker hipofaring?
Kanker hipofaring adalah penyakit yang terjadi ketika sel-sel ganas (sel kanker) tumbuh pada jaringan hipofaring. Hipofaring sendiri merupakan bagian bawah tenggorokan yang berbatasan dengan trakea dan laring.
Udara dan makanan melewati faring dalam perjalanannya ke trakea atau esofagus (kerongkongan). Pada bagian atas hipofaring, terdapat tepi atas dari epiglotis dan bagian bawah hipofaring merupakan kerongkongan.
Seberapa umumkah kanker hipofaring?
Menurut data dari GLOBOCAN 2020, jumlah kasus baru kanker hipofaring di Indonesia sebesar 264 kasus dan jumlah kematiannya mencapai 152 jiwa.
Kanker hipofaring dapat dialami oleh pasien dengan usia berapa pun. Kanker tenggorokan ini dapat diatasi dengan mengurangi faktor risikonya Anda. Diskusikanlah dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.
Apa saja tanda dan gejala kanker hipofaring?
Tanda dan gejala kanker hipofaring biasanya tidak spesifik. Berikut ini beberapa gejala umum yang mungkin pasien alami.
- Sakit tenggorokan yang tidak kunjung sembuh.
- Nyeri telinga.
- Benjolan pada leher.
- Nyeri atau kesulitan menelan.
- Perubahan suara.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, konsultasikanlah pada dokter.
Penyebab kanker hipofaring
Tidak diketahui apa yang menjadi penyebab kanker hipofaring. Namun, seperti jenis kanker lainnya, diketahui bahwa ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risikonya.
Berikut beberapa faktor yang dapat membuat seseorang berisiko terkena kanker hipofaring.
- Penggunaan tembakau, baik lewat merokok ataupun penggunaan tembakau kunyah.
- Konsumsi alkohol yang berlebihan.
- Kurangnya zat gizi dalam pola makan sehari-hari.
- Adanya sindrom Plummer-Vinson (suatu gangguan yang berkaitan dengan anemia parah akibat kekurangan zat besi untuk jangka waktu lama).
Bagaimana kanker hipofaring didiagnosis?
Berikut ini beberapa tes dan prosedur yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis kanker hipofaring.
Pemeriksaan fisik
Dokter akan meraba leher Anda untuk merasakan ada-tidaknya pembengkakan kelenjar getah bening pada leher. Selain itu, dokter juga akan melihat ke dalam tenggorokan untuk memeriksa area yang abnormal menggunakan sebuah cermin khusus.
CT scan
CT scan merupakan prosedur untuk mendapatkan gambaran mendetail dari suatu area di dalam tubuh dari sudut-sudut yang berbeda. Gambar yang dibuat komputer disambungkan dengan mesin x-ray.
PET scan (positron emission tomography scan)
Prosedur PET scan berguna untuk menemukan sel-sel tumor ganas di dalam tubuh. Awalnya, dokter akan menyuntikkan radiotracer yang mengandung glukosa ke dalam pembuluh darah Anda.
Tumor ganas akan terlihat lebih jelas karena sel-selnya menggunakan lebih banyak glukosa daripada sel-sel normal. PET scan dan CT scan dapat dilakukan pada waktu yang sama.
MRI (Magnetic Resonance Imaging).
Prosedur MRI menggunakan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk menghasilkan rangkaian gambar detail dari area tertentu di dalam tubuh.
Scan tulang
Jika PET Scan tidak mampu dilakukan, scan tulang dapat menjadi pilihan pemeriksaan bagi pasien kanker hipofaring. Ini merupakan prosedur untuk memeriksa apakah ada sel-sel yang membelah diri dengan cepat pada tulang.
Dokter akan menyuntikkan bahan radioaktif dalam jumlah kecil ke dalam pembuluh darah Anda. Setelah itu, bahan radioaktif akan berkumpul di dalam tulang dan dideteksi oleh scanner.
Barium esophagogram (X-ray esofagus)
Pasien meminum cairan mengandung barium yang berwarna putih keperakan). Cairan tersebut akan melapisi esofagus dan terlihat pada pemeriksaan rontgen.
Endoskopi
Prosedur ini digunakan untuk memeriksa area di tenggorokan yang tidak dapat dilihat dengan cermin dalam pemeriksaan fisik tenggorokan.
Endoskop (selang tipis berlampu) dimasukkan melalui hidung atau mulut untuk memeriksa tenggorokan dan mendeteksi apakah terdapat sesuatu yang tampak tidak lazim. Sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
Esofagoskopi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat ada-tidaknya kelainan pada esofagus. Esofagoskop (selang tipis berlampu) dimasukkan melalui hidung atau mulut menuju esofagus. Sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
Bronkoskopi
Dokter melakukan bronkoskopi untuk melihat apakah terdapat jaringan abnormal dalam trakea dan saluran udara besar pada paru-paru.
Prosedur ini menggunakan alat yang mirip dengan endoskop dan esofagoskop, tapi dokter akan memasukkannya ke dalam paru-paru.
Biopsi
Biopsi merupakan prosedur pengambilan sampel dari suatu jaringan yang dicurigai sebagai tumor atau kanker. Sampel jaringan kemudian akan diperiksa lebih lanjut di laboratorium.
Pengobatan untuk kanker hipofaring
Pengobatan yang diberikan untuk jenis kanker tenggorokan ini bervariasi, tergantung pada faktor-faktor berikut.
- Stadium kanker.
- Efeknya terhadap kemampuan pasien untuk berbicara, makan, dan bernapas senormal mungkin.
- Kesehatan pasien secara umum.
Pasien yang pernah memiliki kanker hipofaring berrisiko lebih tinggi terkena kanker di kepala dan leher untuk kedua kalinya. Tindak lanjut yang rutin dan saksama sangatlah penting.
Berikut adalah pengobatan kanker hipofaring berdasarkan stadiumnya.
Stadium I
Pada stadium I, pengobatan dapat mencakup pharyngectomy (pengangkatan bagian faring) atau dengan cara transoral laser microsurgery (TLM). Operasi ini juga bertujuan untuk mengangkat kelenjar getah bening atau jaringan lain pada leher.
Setelah operasi, beberapa pasien mungkin dianjurkan untuk menjalani terapi radiasi pada kelenjar getah beningnya.
Stadium II
Pengobatan kanker hipofaring stadium II dapat dilakukan dengan dua cara, yakni menggunakan TLM atau pengangkatan laring dan faring (baik secara total atau sebagian). Operasi juga dapat dilakukan untuk mengangkat kelenjar getah bening atau jaringan lain pada leher.
Terapi radiasi ke kelenjar getah bening di leher dapat dilakukan setelah operasi pada beberapa pasien. Pilihan lain bisa menggunakan kemoterapi yang diikuti dengan radiasi atau operasi, tergantung pada respons kanker terhadap kemoterapi.
Stadium III dan IV
Pengobatan dapat mencakup beberapa metode berikut.
- Terapi utama berupa radiasi atau kemoradiasi.
- Kemoterapi yang diberikan pada waktu yang sama dengan terapi radiasi.
- Operasi yang bersifat suportif atau paliatif (meringankan nyeri dan gejala), bukan menyembuhkan kanker.
- Operasi rekonstruktif dilakukan pada kanker stadium III setelah operasi pengangkatan laring dan faring total.
Pencegahan dan perawatan di rumah
Berikut merupakan beberapa perubahan gaya hidup yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko kanker tenggorokan.
- Tidak merokok atau mengunyah tembakau.
- Mengurangi atau menghindari konsumsi alkohol.
- Makan makanan bergizi seimbang.
- Mengelola stres dengan sebaik mungkin.
- Berolahraga secara rutin.
Keletihan yang ekstrem sangat umum terjadi pada orang yang menjalani pengobatan kanker. Olahraga dapat membantu mengatasi masalah ini, tetapi konsultasikan pada tim medis yang menangani Anda sebelum memulai olahraga apa pun.
Dalam berolahraga, usahakan untuk menemukan teman sehingga Anda tidak menjalaninya sendirian. Menjalani program olahraga bersama keluarga atau teman dapat memberikan dorongan sehingga Anda tetap termotivasi.
Selain itu, jangan lupa juga untuk memperbanyak istirahat agar pemulihan dapat berjalan dengan baik. Jika Anda memiliki pertanyaan mengenai penyakit ini, konsultasikanlah pada dokter untuk memahami solusi terbaik.
[embed-health-tool-bmi]