backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Kaitan Antara Kanker dan Berat Badan

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 02/02/2022

    Kaitan Antara Kanker dan Berat Badan

    Obesitas masih menjadi masalah yang serius dalam dunia kesehatan. Di Indonesia sendiri, jumlah orang dengan berat badan berlebih mengalami peningkatan dalam dua dekade terakhir. Padahal, kelebihan berat badan dan obesitas dapat meningkatkan risiko terhadap berbagai penyakit kronis, salah satunya adalah kanker.

    Kaitan di antara kanker dan berat badan berlebih

    berat badan dan kanker

    Obesitas merupakan kondisi penumpukan lemak berlebih akibat ketidakseimbangan asupan energi dengan energi yang dikeluarkan dalam waktu lama. Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki kondisi obesitas, digunakanlah indeks massa tubuh (BMI).

    Pada orang dewasa, mereka bisa dikatakan memiliki berat badan berlebih apabila skor BMI-nya mencapai 25,0-29,9. Sedangkan, seseorang yang mengalami obesitas skor BMI-nya bisa mencapai 30 atau lebih.

    Dikutip dari data statistik kanker di Amerika melalui CDC, terdapat peningkatan kasus kanker akibat berat badan berlebih dan obesitas sejak tahun 2005 sampai 2014.

    Obesitas menjadi salah satu faktor risiko terjadinya 13 jenis kanker, termasuk kanker esofagus, kanker payudara, \kanker lambung, dan kanker endometrium (dinding dalam rahim).

    Kaitan di antara berat badan berlebih dengan penyakit kanker belum diketahui secara pasti. Namun, bukti konsisten kaitan keduanya dapat terjadi dalam beberapa mekanisme.

    Sel lemak tidak hanya berfungsi untuk menyimpan energi, tetapi juga aktif secara metabolik. Artinya, lemak menghasilkan hormon dan bahan kimia lainnya yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh kemampuannya untuk melawan penyakit.

    Namun, bila persentase lemak di tubuh terlalu tinggi, maka risiko Anda terhadap penyakit kanker lebih besar, hal ini berkaitan dengan tingkat stres oksidatif dan respon imun tubuh.

    Kelebihan lemak juga membuat tubuh melepas lebih banyak bahan kimia dan hormon. Ini mencakup insulin dan insulin-like growth factor (IGF-1) yang apabila kadarnya terlalu tinggi dapat memicu terjadinya kanker usus besar, prostat dan endometrium (dinding dalam rahim).

    Selain itu, obesitas juga dapat menyebabkan peradangan yang berlangsung lama dalam tubuh, memudahkan sel kanker untuk berkembang.

    Peradangan dan produksi hormon berlebih menandakan bahwa sel-sel di dalam tubuh mungkin tidak membelah diri dengan baik dan berpotensi menghasilkan sel-sel yang abnormal. Produksi sel abnormal ini membuat kanker lebih mudah untuk tumbuh dan berkembang.

    Terlalu banyak sel lemak (disebut juga sel adiposa) dapat memproduksi hormon estrogen atau hormon seks yang berlebihan sehingga meningkatkan resiko terkena kanker payudara, endometrium, ovarium dan lainnya.

    Apakah menurunkan berat badan dapat mengurangi risiko kanker?

    Sebenarnya, penelitian tentang apakah penurunan berat badan dapat mengurangi risiko kanker masih terbatas. Namun, banyak bukti menunjukkan bahwa penurunan berat badan bisa mengurangi risiko kanker jenis tertentu, seperti kanker payudara dan kanker endometrium.

    Salah satunya adalah penelitian yang terbit pada Journal of the National Cancer Institute. Pada penelitian tersebut, orang-orang yang berat badannya lebih rendah selama usia dewasa memiliki risiko yang lebih rendah terhadap kanker payudara, kanker usus besar, dan kanker ginjal.

    Penelitian lain yang terbit pada Surgical Endoscopy tahun 2013 menunjukkan, orang gemuk yang menjalani operasi bariatrik berisiko lebih rendah terkena kanker yang terkait dengan obesitas bila dibandingkan dengan orang gemuk yang tidak dioperasi.

    Kendati demikian, sebagian besar penelitian tidak menunjukkan apakah penurunan berat badan terjadi karena disengaja atau tidak disengaja. Masih ada kemungkinan penurunan berat badan terjadi akibat masalah kesehatan lain.

    Hal terpenting adalah adanya keseimbangan antara energi masuk dan energi keluar. Hal ini bisa membantu menurunkan risiko terhadap kanker karena efeknya yang tak langsung pada kadar insulin, insulin-like growth factor (IGF-I), dan berbagai zat lain yang berperan dalam peradangan.

    Terlepas dari efeknya terhadap risiko kanker, menurunkan berat badan tetaplah bermanfaat untuk kesehatan. Berat badan yang ideal dapat membantu mengurangi risiko penyakit kronis lainnya, seperti penyakit jantung dan diabetes.

    Cara menurunkan berat badan

    Kelebihan berat badan dan obesitas tentunya dapat dicegah. Beberapa cara untuk menurunkan berat badan antara lain:

    • membatasi asupan energi dari lemak dan gula,
    • meningkatkan konsumsi buah, sayur-sayuran, polong-polongan, biji-bijian, dan kacang-kacangan,
    • tidak minum alkohol, serta
    • meningkatkan aktivitas fisik paling tidak selama 150 menit per minggu untuk orang dewasa.

    Ingat, jangan langsung memasang target untuk turun berat dengan drastis. Idealnya, Anda hanya boleh menurunkan berat badan maksimal 2 kg setiap bulannya atau 1/2 kg per minggu.

    Jangan melakukan diet ekstrem dengan mengurangi banyak porsi makanan sehari-hari dari yang biasanya. Hal ini malah bisa mengakibatkan pusing, lemas, keringat dingin, atau gejala lainnya yang akan membahayakan kesehatan. Anda cukup mengurangi asupan energi maksimal 500 kkal per hari.

    Anda juga sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan atau bahan penurun berat badan tanpa pengawasan tenaga kesehatan. Beberapa obat dan bahan tersebut hanya memberikan efek sementara dengan lebih banyak mengeluarkan cairan tubuh. Selain tidak efektif, obat diet bisa menimbulkan efek samping.

    Tak harus melakukan olahraga yang terlalu berat, mulailah secara perlahan dengan memilih menggunakan tangga, berjalan lebih jauh dan sering, melakukan pekerjaan rumah, atau melakukan aktivitas lainnya bersama keluarga.

    Bila Anda merasa kesulitan saat mencoba menurunkan berat badan, konsultasikan kepada dokter atau ahli gizi untuk bantu mengatur pola makan sehari-hari.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 02/02/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan