Kardiomiopati atau lemah jantung merupakan kondisi yang tidak boleh disepelekan. Bila tidak segera diobati, kondisi ini dapat berkembang ke masalah jantung lainnya yang lebih serius, seperti gagal jantung. Lantas, bagaimana cara mengatasi lemah jantung atau kardiomiopati serta apa saja pengobatan dan obat yang umumnya diberikan?
Berbagai macam pengobatan untuk kardiomiopati
Lemah jantung atau kardiomiopati merupakan penyakit yang berkaitan dengan otot jantung. Pada kondisi ini, otot jantung menjadi besar, tebal, atau kaku. Bila memburuk, jantung bisa melemah dan tidak dapat memompa darah dengan baik.
Seseorang dengan kondisi lemah jantung umumnya tidak memiliki tanda atau gejala tertentu. Namun, gejala bisa saja dirasakan bila penyakitnya telah berkembang ke kondisi yang lebih parah.
Pada seseorang yang tidak merasakan gejala, pengobatan atau obat lemah jantung umumnya belum diperlukan. Terkadang, kardiomiopati, terutama jenis dilated cardimyopathy, yang muncul secara tiba-tiba bisa hilang dengan sendirinya. Pada kondisi ini, Anda hanya perlu menerapkan gaya hidup sehat agar lemah jantung yang Anda miliki tidak berkembang semakin parah.
Namun, pada seseorang dengan kardiomiopati yang lebih parah dan dengan gejala tertentu, pengobatan lemah jantung sangat diperlukan. Pengobatan ini memang bukan untuk menyembuhkan, tetapi utamanya untuk mengurangi gejala, mengelola segala kondisi yang bisa memengaruhi lemah jantung, mengontrol penyakit agar tidak semakin parah, serta mengurangi komplikasi dan risiko henti jantung mendadak.
Pengobatan kardiomiopati diberikan tergantung pada jenis kardiomiopati yang Anda miliki, seberapa parah gejala dan komplikasi yang Anda alami, serta usia dan kondisi kesehatan Anda secara keseluruhan. Berikut berbagai macam cara mengatasi serta pengobatan dan obat untuk lemah jantung yang mungkin perlu Anda jalani:
-
Konsumsi obat-obatan
Salah satu cara untuk mengobati kardiomiopati atau jantung lemah adalah melalui obat-obatan yang diresepkan dokter. Selain untuk meningkatkan kemampuan jantung dalam memompa darah, dokter juga mungkin akan memberikan obat-obatan lain untuk mengelola berbagai macam kondisi yang dapat memengaruhi kardiomiopati, seperti tekanan darah tinggi, pembekuan darah, detak jantung tidak beraturan (aritmia), retensi cairan, atau peradangan (inflamasi).
Selalu konsultasikan dengan dokter untuk mendapat obat yang tepat sesuai kondisi kesehatan Anda serta kemungkinan efek samping yang akan Anda rasakan. Berikut berbagai macam obat-obatan yang mungkin perlu Anda konsumsi:
1. ACE inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitors atau ACE inhibitor umumnya diberikan kepada pasien dilated cardiomyopathy. Obat-obatan golongan ini bekerja dengan melebarkan dan merilekskan pembuluh darah agar aliran darah menjadi lancar dan tekanan darah dapat menurun ke batas normal.
Dengan aliran darah yang lancar, jantung menjadi lebih mudah dalam memompa darah.
Selain itu, obat ini juga membantu mencegah lemah jantung dengan memblokir enzim angiotensin, yaitu hormon yang dapat menyebabkan kerusakan otot jantung. Bagi penderita kardiomiopati yang juga memiliki riwayat diabetes, obat ini juga dapat melindungi ginjal dari kerusakan lebih lanjut.
Umumnya, obat ACE inhibitor menimbulkan efek samping tertentu, seperti batuk dan pusing. Pada kasus yang jarang, ACE inhibitor juga bisa menyebabkan pembengkakan pada wajah, lidah, atau leher. Bila ini terjadi pada Anda, segera hubungi dokter untuk mengatasinya.
2. Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)
Obat angiotensin II receptor blocker (ARB) bekerja dengan merilekskan dan melebarkan pembuluh darah serta mengurangi retensi cairan dan natrium dalam tubuh Anda, sehingga tekanan darah Anda dapat terkendali dan jantung Anda menjadi lebih mudah dalam memompa darah.
Sama seperti ACE inhibitor, obat ini umumnya diberikan kepada orang yang mengalami lemah jantung jenis dilated cardiomyopathy. Namun, biasanya orang yang menerima obat jenis ini karena tidak dapat mentolerir ACE inhibitor.
Beberapa efek samping yang mungkin dirasakan dari obat ACE inhibitor, seperti diare, kram otot, atau pusing.
3. Beta blocker
Obat beta blocker biasanya diresepkan dokter bersamaan dengan obat ACE inhibitor atau ARB. Golongan obat ini membantu memperlambat detak jantung dan menurunkan tekanan darah dengan mencegah hormon adrenalin, yang dapat meningkatkan denyut jantung.
Dengan demikian, detak jantung menjadi lebih teratur dan jantung pun menjadi lebih mudah dalam memompa darah, sehingga mengurangi risiko kerusakan jantung lebih lanjut. Bagi penderita kardiomiopati, obat ini dapat mengurangi tanda dan gejala yang dirasakan.
Namun, mungkin Anda akan merasakan beberapa efek samping setelah mengonsumsinya, seperti pusing dan tekanan darah rendah. Contoh obat beta blocker yang biasanya diberikan, yaitu bisoprolol atau carvedilol.
4. Diuretik
Obat diuretik bekerja dengan menghilangkan kelebihan cairan dari tubuh dengan mendorong produksi urin. Ini dapat membantu mengurangi gejala pembengkakan, kembung, dan sesak napas akibat kelebihan cairan tersebut. Kondisi ini juga membantu jantung lebih mudah dalam memompa darah, sehingga mencegah terjadinya kerusakan jantung lebih parah.
Namun, efek diuresis yang muncul bisa menyebabkan terbuangnya kalium dari dalam tubuh Anda. Oleh karena itu, bila Anda diberikan obat diuretik untuk lemah jantung, Anda juga mungkin akan mendapat suplemen kalium atau obat mineralocorticoid receptor antagonists.
5. Digoxin
Obat untuk lemah jantung lainnya yang mungkin diresepkan dokter, yaitu digoxin, atau disebut juga dengan digitalis. Golongan obat ini dapat membantu memperkuat kontraksi serta memperlambat detak jantung.
Dengan demikian, jantung dapat memompa lebih banyak darah pada setiap detaknya dan detak jantung menjadi lebih teratur. Obat ini juga dapat mengurangi berbagai gejala gagal jantung yang Anda alami sehingga membantu Anda tetap aktif dalam menjalani keseharian.
6. Calcium channel blocker
Obat calcium channel blocker umumnya diberikan kepada pasien lemah jantung dengan jenis hypertrophic cardiomyopathy. Obat ini bekerja dengan memblokir saluran-saluran di dinding sel-sel otot jantung agar kalsium tidak masuk ke dalamnya.
Hal ini dapat mengurangi kontraksi jantung serta memperlambat denyut jantung. Kondisi ini dapat mengurangi gejala kardiomiopati yang dirasakan serta risiko kerusakan jantung lebih parah. Salah satu obat calcium channel blocker yang sering diresepkan dokter, yaitu verapamil.
7. Aldosterone receptor antagonists
Aldosterone receptor antagonists umumnya diberikan untuk mengatasi gejala gagal jantung yang biasanya dirasakan oleh pasien kardiomiopati. Obat ini bekerja dengan cara membuang cairan berlebih dari dalam tubuh dan menurunkan tekanan darah. Oleh karena itu, obat ini juga kerap disebut sebagai salah satu jenis diuretik, yaitu potassium-sparing diuretics.
Obat ini biasanya diberikan pada pasien yang sudah mengonsumsi obat diuretik, ACE inhibitor, atau beta blocker. Adapun efek samping yang mungkin muncul, seperti mual dan muntah, kram perut, dan diare. Salah satu contoh obat ini, yaitu spironolactone.
8. Obat antikoagulan
Selain obat-obatan di atas, pasien lemah jantung juga umumnya mendapat obat antikoagulan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah. Pasalnya, kardiomiopati bisa menimbulkan penggumpalan darah akibat jantung yang sulit memompa.
Contoh obat antikoagulan yang biasa diberikan pada pasien kardiomiopati, yaitu aspirin atau warfarin. Obat-obatan ini umumnya menimbulkan efek samping, seperti memar atau pendarahan yang berlebihan.
9. Obat antiaritmia
Obat untuk mengatasi lemah jantung lainnya yang mungkin diberikan dokter, yaitu antiaritmia. Jenis obat ini diperlukan untuk mengontrol detak jantung yang cepat atau tidak teratur, yang merupakan salah satu gejala dari penyakit ini.
10. Antiinflamasi
Selain obat-obatan di atas, pasien kardiomiopati pun mungkin akan diberikan obat untuk mengurangi inflamasi atau peradangan. Kortikosteroid adalah salah satu contoh obat yang biasa diberikan dokter untuk mengurangi peradangan tersebut.
Setelah mendapat obat-obatan dari dokter, Anda perlu ingat untuk selalu mengonsumsinya secara rutin dan teratur sesuai dosis dan ketentuan. Jangan mengubah dosis dan melewatkan minum obat tersebut tanpa sepengetahuan dokter agar dapat efektif dalam mengobati jantung lemah Anda.
-
Prosedur non-operasi
Selain obat oral, cara mengatasi dan mengobati lemah jantung lainnya, yaitu dengan prosedur nonoperasi. Dilansir dari Mayo Clinic, ada dua prosedur yang mungkin dilakukan pada pengobatan jenis ini, yaitu:
1. Ablasi septal alkohol
Prosedur pengobatan ini dilakukan dengan menyuntikkan ethanol (salah satu jenis alkohol) melalui tabung kateter ke dalam arteri yang memasok darah ke area otot jantung yang menebal. Melalui prosedur ini, jaringan otot yang menebal bisa kembali menyusut ke ukuran yang normal.
2. Ablasi frekuensi radio
Prosedur ini digunakan untuk mengatasi irama jantung yang tidak normal.
-
Operasi atau pembedahan
Selain obat dan prosedur nonoperasi, pembedahan atau operasi juga mungkin dilakukan untuk mengobati lemah jantung atau kardiomiopati. Ada dua jenis operasi yang mungkin dilakukan, yaitu miektomi septum dan operasi perangkat implan.
1. Miektomi septum
Operasi miektomi septum umumnya dilakukan pada pasien jantung lemah dengan jenis kardiomiopati hipertrofi (hypertrophic cardiomyopathy) dengan gejala yang berat. Pasien jantung lemah akan melalui prosedur operasi ini bila obat-obatan saja tidak cukup untuk mengatasi penyakitnya.
Miektomi septum dilakukan dengan mengangkat bagian septum (dinding otot yang memisahkan sisi kiri dan kanan jantung) yang menebal, terutama pada septum yang menonjol ke bagian ventrikel kiri.
Melalui operasi ini, aliran darah yang melalui jantung dan keluar dari jantung akan lebih lancar. Operasi ini pun seringkali berhasil dan memungkinkan Anda untuk kembali hidup normal tanpa merasakan gejala apapun.
2. Perangkat implan
Untuk mengobati jantung lemah, perangkat implan mungkin akan dipasang di jantung Anda melalui prosedur pembedahan. Cara ini dapat membantu Anda meningkatkan fungsi jantung dan mengurangi gejala. Beberapa perangkat implan yang mungkin dipasang, yaitu:
- Cardiac resynchronization therapy (CRT) atau perangkat terapi resinkronisasi jantung. Perangkat CRT dipasang guna mengoordinasi kontraksi antara ventrikel kiri dan kanan jantung.
- Implantable cardioverter defibrillator(ICD) atau implan kardioverter defibrilator. Perangkat ini dipasang di dada atau perut yang terhubung ke jantung dengan kabel, guna membantu mengendalikan aritmia yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak.
- Left ventricular assist device (LVAD) atau alat bantu ventrikel kiri. Perangkat ini membantu jantung memompa darah ke tubuh. LVAD dapat digunakan sebagai terapi jangka panjang atau jangka pendek bagi pasien yang sedang menunggu transplantasi jantung.
- Pacemaker atau alat pacu jantung. Perangkat ini ditempatkan di bawah kulit dada atau perut untuk membantu mengendalikan aritmia.
3. Transplantasi jantung
Dalam prosedur ini, jantung yang sakit diganti dengan jantung yang sehat, yang didapat secara donor dari orang yang sudah meninggal. Anda perlu menjalani operasi ini bila sudah mengalami gagal jantung stadium akhir serta segala macam obat dan pengobatan lemah jantung lainnya tidak berhasil. Dengan kata lain, ini adalah pilihan pengobatan terakhir pada pasien kardiomiopati.
Gaya hidup sehat untuk membantu pengobatan kardiomiopati
Selain cara medis, perubahan gaya hidup juga perlu dilakukan untuk mengatasi lemah jantung. Gaya hidup sehat yang perlu dilakukan diantaranya:
- Konsumsi makanan yang sehat, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan makanan untuk lemah jantung lainnya.
- Kurangi asupan garam.
- Olahraga ringan secara rutin.
- Berhenti merokok.
- Turunkan berat badan, bagi yang obesitas.
- Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang.
- Tidur yang cukup.
- Kurangi stres.
- Kontrol ke dokter.
[embed-health-tool-heart-rate]