Tekanan darah tinggi atau hipertensi bisa dikelola dengan obat-obatan. Namun, ada beberapa orang yang bertanya, “Kenapa tensi tidak turun-turun, padahal sudah minum obat?” Nah, bisa jadi mereka mengalami kondisi yang disebut sebagai hipertensi resisten.
Apa itu hipertensi resisten?
Hipertensi resisten adalah kondisi ketika tekanan darah atau tensi masih tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) meski pasien sudah minum tiga jenis obat hipertensi yang berbeda.
Salah satu jenis obat yang berperan penting dalam penanganan hipertensi adalah obat diuretik.
Obat diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan dan kandungan garam dari dalam tubuh. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab hipertensi.
Seseorang juga bisa dikatakan mengalami hipertensi resisten jika memerlukan empat atau lebih obat hipertensi untuk bisa mengontrol tekanan darahnya.
Seberapa umum kondisi ini terjadi?
Tanda dan gejala hipertensi resisten
Tekanan darah tinggi biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun. Kondisi ini juga terjadi pada seseorang yang memiliki hipertensi resisten.
Seseorang dengan hipertensi kebal obat umumnya tidak merasakan gejala hipertensi apa pun.
Akan tetapi, gejala akan muncul saat tensi atau tekanan darah sangat tinggi mencapai 180/120 mmHg. Kondisi ini disebut krisis hipertensi.
Jika krisis hipertensi terjadi, Anda akan merasakan tanda dan gejala berupa:
- nyeri dada,
- sesak napas,
- sakit punggung,
- pusing,
- sakit kepala,
- penglihatan buram,
- mimisan,
- kecemasan,
- mual dan muntah,
- kejang,
- tubuh melemah, serta
- penurunan kesadaran hingga pingsan.
Anda perlu mendapatkan perawatan medis darurat saat mengalami krisis hipertensi. Kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan serius pada jantung, otak, dan ginjal.
Tanpa penanganan yang cepat, komplikasi hipertensi ini dapat meningkatkan risiko kematian.
Penyebab hipertensi resisten
Resistant hypertension bisa terjadi karena pola hidup yang tidak sehat, seperti makan makanan tinggi garam, merokok, dan minum alkohol secara berlebihan.
Gaya hidup malas gerak yang meningkatkan kemungkinan kegemukan dan obesitas juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab darah tinggi.
Kesalahan minum obat hipertensi serta konsumsi obat-obatan tertentu, misalnya pereda nyeri, dekongestan nasal, kontrasepsi oral, atau obat herbal, juga bisa menyebabkan kondisi ini.
Pasalnya, obat-obatan tersebut bisa berinteraksi dengan obat hipertensi sehingga menghambat kerjanya dalam menurunkan tekanan darah.
Hipertensi resisten juga bisa terjadi karena kondisi medis lain yang mendasarinya. Pada kondisi ini, dokter akan menyelidiki penyebab sekunder yang membuat tensi Anda terus tinggi.
Adapun, berikut adalah beberapa penyebab sekunder dari jenis hipertensi ini.
1. Gangguan hormonal
Ketidakseimbangan hormon dalam tubuh dapat memengaruhi tekanan darah. Berikut ini adalah beberapa gangguan hormonal yang bisa menyebabkan hipertensi resisten.
- Aldosteronisme primer, yaitu kelainan kelenjar adrenal yang terjadi karena produksi hormon aldosteron terlalu banyak.
- Pheochromocytoma, yaitu tumor kelenjar adrenal yang menyebabkan produksi hormon adrenalin berlebih.
- Sindrom Cushing yang ditandai dengan adanya tumor pada kelenjar pituitari dan bisa mengakibatkan kelebihan produksi hormon kortisol di dalam tubuh.
- Gangguan tiroid sehingga produksi hormon tiroid menjadi terlalu banyak (hipertiroidisme) atau terlalu sedikit (hipotiroidisme).
- Gangguan endokrin lainnya.
2. Gangguan struktural
Kelainan struktural yang memengaruhi sirkulasi darah dan fungsi organ bisa membuat tekanan darah sulit dikontrol. Berikut ini adalah beberapa gangguan yang umum terjadi.
- Sleep apnea, yang menyebabkan napas berhenti sesaat selama tidur.
- Stenosis arteri ginjal, yaitu penyempitan arteri yang membawa darah ke jantung.
- Penyempitan pembuluh darah arteri besar (aorta) yang berperan dalam membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh.
- Gagal ginjal.
Diagnosis hipertensi resisten
Untuk mendiagnosis hipertensi resisten, dokter biasanya akan menanyakan riwayat darah tinggi yang Anda alami secara rinci.
Dokter juga akan mengajukan pertanyaan terkait penggunaan obat secara keseluruhan dan melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat apakah ada yang tidak normal pada tubuh Anda.
Selain itu, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan medis lain seperti berikut.
- Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter.
- Pengawasan tekanan darah secara terus-menerus selama 24 jam menggunakan alat ukur tekanan darah ambulatori.
- Elektrokardiogram (EKG) untuk mengukur seberapa baik laju dan irama detak jantung.
- Ekokardiogram untuk melihat gambaran jantung dengan gelombang suara.
- Funduskopi atau oftalmoskopi untuk memeriksa apakah terdapat kerusakan pembuluh darah di dalam mata.
- Rontgen dada untuk memeriksa kondisi jantung dan organ di sekitarnya.
- Tes laboratorium, seperti tes darah dan urine, untuk mengukur fungsi organ tubuh.
Pengobatan hipertensi resisten
Jika resistant hypertension terjadi akibat penyebab sekunder, seperti gangguan hormon, sleep apnea, atau gagal ginjal, dokter akan mengatasi kondisi tersebut terlebih dahulu.
Selain mengatasi kondisi yang mendasarinya, pengobatan hipertensi resisten juga dilakukan dengan melakukan penyesuaian obat dan perubahan gaya hidup.
1. Penyesuaian obat
Dikutip dari Cleveland Clinic, sebanyak 40% kasus hipertensi resisten terjadi ketika pasien darah tinggi tidak menggunakan obat yang diresepkan sesuai dengan anjuran dokter.
Anda perlu minum obat sesuai dosis dan ketentuan waktu yang telah dokter berikan. Anda pun tidak boleh menghentikan atau mengganti obat hipertensi tanpa sepengetahuan dokter.
Apabila sudah menggunakan obat sesuai anjuran dan tekanan darah masih tinggi, dokter Anda mungkin dapat meresepkan satu atau dua jenis obat lainnya.
Secara umum, tiga jenis obat yang digunakan untuk mengatasi hipertensi, terdiri dari:
- diuretik,
- calcium channel blocker, dan
- angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor atau angiotensin II receptor blocker (ARB).
Tergantung kadar kalium di dalam tubuh Anda, dokter dapat menggandakan dosis obat diuretik atau memberikan obat tambahan berupa aldosterone receptor antagonist.
Dokter juga akan meresepkan obat beta blocker guna menghambat kerja hormon tertentu yang bisa meningkatkan tekanan darah.
2. Perubahan gaya hidup
Tak hanya minum obat secara teratur, menerapkan gaya hidup sehat untuk menurunkan tekanan darah juga sama pentingnya.
Terkadang, pengidap hipertensi mungkin lupa untuk memperbaiki gaya hidupnya. Padahal, ini bisa mengurangi efektivitas obat dan memperburuk gejalanya.
Nah, berikut ini adalah sejumlah perubahan gaya hidup untuk mengelola hipertensi resisten.
- Menjalani diet DASH dengan memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, dan produk susu rendah lemak.
- Membatasi konsumsi garam agar tidak lebih dari 2.400 miligram (mg) per hari.
- Melakukan olahraga rutin minimal 30 menit per hari, seperti jalan kaki, bersepeda, atau berenang.
- Menghentikan kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
- Mengelola stres dengan baik, misalnya dengan melakukan meditasi, yoga, atau latihan pernapasan.
Dengan minum obat sesuai aturan dan melakukan perubahan gaya hidup yang sehat, pengidap hipertensi resisten bisa mengontrol tekanan darahnya.
Hal ini juga membantu mencegah hipertensi yang lebih parah serta komplikasinya.
Kesimpulan
- Hipertensi resisten adalah kondisi saat tekanan darah masih pada batas tinggi (>140/90 mmHg) meski pasien sudah minum obat hipertensi.
- Jenis hipertensi ini bisa disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat, kesalahan penggunaan obat, dan adanya kondisi lain yang meningkatkan tekanan darah.
- Penanganan yang tepat melalui konsultasi bersama dokter bisa membantu mengontrol tensi serta mencegah komplikasi, seperti gagal jantung dan stroke.
[embed-health-tool-heart-rate]