Mengenal klasifikasi hipertensi sangat penting untuk memahami seberapa parah kondisi yang Anda alami. Pasalnya, hipertensi yang parah bisa menimbulkan komplikasi serius, seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Klasifikasi hipertensi
Seseorang dikatakan mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi jika tekanan darahnya secara konsisten berada di atas angka normal.
Tekanan darah diukur dalam dua angka, yakni tekanan sistolik (saat jantung memompa darah) dan tekanan diastolik (saat jantung beristirahat antara detakan).
Tekanan darah normal terdiri dari tekanan sistolik sebesar 120 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 80 mmHg, yang biasa dituliskan dengan 120/80 mmHg.
Apabila tensi atau tekanan darah Anda secara konsisten melebihi angka ini, Anda berisiko mengalami hipertensi. Berikut adalah klasifikasi hipertensi.
1. Prahipertensi
Prahipertensi merupakan kondisi tekanan darah yang meningkat, yaitu berkisar 120–139 mmHg untuk sistolik dan 80–89 mmHg untuk diastolik.
Kondisi prahipertensi ini menunjukkan bahwa Anda mengalami peningkatan risiko terhadap hipertensi.
Pada tahap ini, Anda disarankan untuk mengurangi asupan garam, olahraga teratur, dan menjaga berat badan ideal mencegah perkembangan prahipertensi menjadi hipertensi.
2. Hipertensi tingkat 1
Pada hipertensi tingkat 1 atau stage 1 hypertension, tekanan darah berada di antara 140–159 mmHg untuk sistolik atau 90–99 mmHg untuk diastolik.
Orang dengan klasifikasi hipertensi ini sering kali tidak merasakan gejala apa pun. Akan tetapi, kondisi ini dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit jantung hingga 35 persen.
Selain perubahan hidup, penggunaan obat darah tinggi mungkin dibutuhkan pada tahapan ini.
3. Hipertensi tingkat 2
Hipertensi tingkat 2 atau stage 2 hypertension ditandai dengan tekanan darah yang lebih dari 160 mmHg untuk sistolik dan lebih dari 100 mmHg untuk diastolik.
Dalam tahap ini, risiko komplikasi hipertensi yang serius, seperti serangan jantung dan stroke, akan mengalami peningkatan secara signifikan.
Konsumsi obat antihipertensi dan pemantauan secara rutin dengan dokter sangat dibutuhkan.
4. Hipertensi krisis
Apabila tekanan darah Anda melebihi 180/120 mmHg, Anda berada pada kondisi darurat medis yang disebut hipertensi krisis atau hypertensive crisis.
Orang yang memiliki jenis hipertensi ini memerlukan penanganan segera di rumah sakit karena bisa mengalami kerusakan organ vital, termasuk otak, jantung, dan ginjal.
Segera kunjungi instalasi gawat darurat (IGD) terdekat bila Anda merasakan nyeri dada, sesak napas, sakit kepala, penglihatan buram, dan penurunan kesadaran.
Bagaimana cara mendiagnosis hipertensi?
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, untuk menegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tensi minimal dua kali dengan jarak satu minggu. Tabel klasifikasi hipertensi
Untuk mempermudah Anda, berikut ini adalah tabel klasifikasi hipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.
Klasifikasi hipertensi | Tekanan darah sistolik (mmHg) | Tekanan darah diastolik (mmHg) |
Normal | <120 | <80 |
Prahipertensi | 120–139 | 80–89 |
Hipertensi tingkat 1 | 140–159 | 90–99 |
Hipertensi tingkat 2 | >160 | >100 |
Hipertensi krisis | >180 | >120 |
Faktor risiko hipertensi
Orang yang lebih tua cenderung memiliki tensi yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena pembuluh darah akan menebal dan menegang seiring dengan bertambahnya usia.
Seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi juga berisiko untuk mengalami hal serupa.
Walaupun tidak punya faktor risiko hipertensi di atas, bukan berarti Anda tidak akan mengalaminya.
Pasalnya, risiko Anda untuk memiliki tekanan darah tinggi bisa dipengaruhi oleh sejumlah gaya hidup seperti di bawah ini.
- Konsumsi garam berlebih. Asupan garam melebihi 1 sendok teh atau sekitar 5 gram per hari dapat menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh dan meningkatkan tekanan darah.
- Stres berkepanjangan. Stres dapat menyebabkan tekanan darah meningkat sementara waktu. Jika tidak ditangani, stres kronis bisa menyebabkan hipertensi.
- Malas gerak. Gaya hidup yang kurang gerak atau sedenter akan berkontribusi terhadap penambahan berat badan dan peningkatan tekanan darah.
- Kelebihan berat badan atau obesitas. Berat badan berlebih bisa memberikan tekanan tambahan pada dinding arteri, yang kemudian meningkatkan risiko hipertensi.
- Merokok. Bahan kimia dalam rokok, seperti nikotin, bisa merusak lapisan dinding arteri, menyebabkan penyempitan pembuluh, dan meningkatkan tekanan darah.
- Konsumsi alkohol. Minum minuman keras berlebihan bisa membuat lemak menumpuk pada dinding arteri sehingga meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit jantung.
Dengan mengetahui kondisi tekanan darah dalam tabel klasifikasi hipertensi, Anda tentu dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga kesehatan jantung.
Melakukan cek tekanan darah secara berkala, menerapkan gaya hidup sehat, dan berkonsultasi rutin dengan dokter dapat membantu Anda mengelola hipertensi serta mencegah komplikasinya di masa depan.
Kesimpulan
- Klasifikasi hipertensi terdiri dari prahipertensi, hipertensi tingkat 1, hipertensi tingkat 2, dan hipertensi krisis.
- Memahami klasifikasi ini dapat membantu Anda mengidentifikasi tingkat keparahan tekanan darah tinggi dan mencegah komplikasi serius di masa depan.
- Untuk mengelola hipertensi, ikutilah anjuran dari dokter, cek tekanan darah Anda secara rutin, dan terapkan gaya hidup sehat.
[embed-health-tool-heart-rate]