Saat sedang konsultasi ke dokter, banyak dari pasien yang melaporkan bahwa mereka sudah tidak pernah lagi mengalami hipertensi yang kambuh dan tekanan darah mereka sudah menurun sejak rutin berobat. Saat hal itu terjadi, ia menganggap bahwa dirinya sudah sembuh dari hipertensi dan merasa tidak perlu lagi mengonsumsi obat tekanan darah tinggi. Benarkah hal tersebut?
Benarkah hipertensi bisa sembuh?
Tekanan darah tinggi atau hipertensi terjadi ketika aliran darah mendorong dinding pembuluh darah dengan sangat kuat. Kondisi ini ditandai dengan hasil pengukuran tekanan darah yang berada di atas normal, yaitu mencapai 140/90 mmHg atau lebih. Adapun tekanan darah normal berada di bawah 120/80 mmHg.
Pengukuran tekanan darah memang perlu dilakukan untuk mendiagnosa hipertensi. Pasalnya, kondisi ini kerap tidak menimbulkan gejala hipertensi. Namun, kondisi ini diam-diam bisa menyebabkan komplikasi hipertensi yang serius, seperti penyakit jantung, penyakit ginjal, atau stroke.
Sebanyak 85-90 persen hipertensi terjadi tanpa penyebab yang pasti. Hal ini yang kemudian disebut dengan hipertensi esensial atau hipertensi primer. Umumnya, jenis hipertensi ini terjadi karena faktor genetik, usia, kegemukan atau obestitas, atau menerapkan gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, mengonsumsi alkohol berlebihan, malas bergerak, atau mengonsumsi makanan penyebab hipertensi.
Adapun sisanya, yaitu sebanyak 10-15 persen penderita hipertensi dapat diketahui penyebabnya, yang umumnya terjadi karena kondisi medis lain. Hipertensi jenis ini kemudian disebut dengan hipertensi sekunder.
Beberapa penyebab hipertensi sekunder, yaitu penyakit ginjal, tumor atau kelainan kelenjar adrenal lainnya, penyakit tiroid, penggunaan obat-obatan tertentu, seperti pil KB, serta penggunaan obat-obatan terlarang, seperti kokain dan metamfetamin.
Jika tekanan darah tinggi Anda disebabkan oleh penyakit lain yang mendasarinya, hipertensi yang Anda alami bisa sembuh dengan cara mengobati akar penyebabnya — jika penyakit mendasarnya memang mungkin untuk disembuhkan. Namun, bagi yang menderita hipertensi esensial atau primer, kondisi ini umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi hanya dapat dikendalikan. Oleh karena itu, banyak pakar menyebut hipertensi merupakan kondisi yang permanen.
Artinya, bila tekanan darah turun, bukan berarti Anda sembuh total dari hipertensi. “Mereka tetap memiliki potensi terhadap penyakit yang disebabkan oleh hipertensi apabila [gejala] tidak dikelola dan tekanan darah kembali naik,” ungkap Prof Suhardjono, dilansir dari laman PD PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia).
Jadi untuk pertanyaan “apakah hipertensi bisa disembuhkan?”, jawabannya adalah tidak. Hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa dikontrol. Hipertensi yang tidak dikontrol justru bisa menyebabkan peningkatan risiko penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke atau bahkan kematian. Sehingga tak mengherankan apabila pengelolaan dan pengobatan hipertensi ditangani oleh banyak ahli dari berbagai spesialis, di antaranya jantung, ginjal, dan saraf.
Hipertensi sekunder memiliki kemungkinan untuk sembuh
Meski disebut permanen, ada kondisi yang bisa membuat hipertensi Anda sembuh. Hal ini umumnya terjadi pada penderita hipertensi sekunder, dengan mengatasi akar penyebab hipertensi tersebut.
Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Journal of The American Heart Association (JAHA) menemukan bahwa salah satu penyebab hipertensi, yaitu aldosterone-producing adenoma (APA) atau tumor jinak di bagian kelenjar adrenal yang memproduksi terlalu banyak hormon aldosteron.
Adapun kelenjar adrenal adalah kelenjar kecil yang berada di atas ginjal dan berfungsi menghasilkan berbagai hormon yang dibutuhkan tubuh. Sementara hormon aldosteron berpengaruh pada tekanan darah dengan menyeimbangkan jumlah natrium dan kalium dalam darah.
Tumor jenis ini merupakan kasus yang langka terjadi. Seseorang dengan kondisi APA mengeluarkan hormon aldosteron dalam jumlah berlebih yang dapat menimbulkan tekanan darah tinggi.
Seseorang yang memiliki hipertensi karena tumor kelenjar adrenal ini masih mungkin bisa sembuh. Hal ini dapat terjadi dengan melakukan operasi, terutama bila operasi tersebut dilakukan lebih awal setelah diagnosis dibuat.
Apakah ada pengobatan alami yang membuat hipertensi bisa sembuh?
Beberapa pengobatan alami memang disebut dapat menyembuhkan hipertensi. Namun, hal ini tidak sepenuhnya benar. Beberapa pengobatan alami, seperti meditasi, latihan pernapasan, relaksasi otot, terapi musik, bahkan hubungan seks, dapat membantu menghilangkan stres. Adapun stres memicu kenaikan tekanan darah Anda.
Dengan demikian, cara-cara tersebut tidak bisa menyembuhkan hipertensi. Namun, hanya dapat membantu mengontrol tekanan darah Anda melalui manajemen stres. Oleh karena itu, cara tersebut bisa saja dicoba, tetapi perlu dibarengi dengan upaya lain yang salah satunya adalah obat hipertensi.
Selain cara alami tersebut, suplemen atau obat herbal juga tidak bisa menyembuhkan hipertensi. Beberapa kandungan suplemen atau obat herbal, seperti asam folat, kalium, asam lemak omega-3, atau coenzimeQ10, disebut dapat membantu menurunkan tekanan darah. Namun, perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikannya.
Bahkan, beberapa suplemen alami justru dapat memicu interaksi dengan obat hipertensi, yang dapat berbahaya bagi tubuh Anda. Jadi, selalu konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen apapun. Jangan gampang percaya dengan iklan obat penyembuh hipertensi yang banyak beredar di pasaran.
Daripada mencari cara alternatif agar hipertensi bisa sembuh, lebih baik Anda menggunakan cara yang sudah direkomendasikan dokter, yaitu konsumsi obat dan perubahan gaya hidup positif, seperti perbanyak makan sayur dan buah, diet hipertensi rendah garam, olahraga, tidak merokok, mengurangi minum alkohol, dan mengontrol berat badan.
Cara-cara ini juga bisa digunakan untuk mencegah hipertensi, terutama bila Anda memiliki prehipertensi atau faktor risiko yang bisa menyebabkan hipertensi, seperti genetik atau keturunan.
Berbarengan dengan hal tersebut, Anda pun perlu rutin cek tekanan darah untuk memantau tekanan darah Anda, mendeteksi polanya, dan sekaligus memperingatkan Anda untuk setiap perubahan yang mungkin muncul. Hal ini juga bisa menunjukkan jika perubahan yang telah Anda lakukan bekerja efektif atau tidak.
[embed-health-tool-heart-rate]