Anda mungkin pernah mendengar bahwa respons emosional, seperti stres dan cemas, berhubungan dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Stres dan cemas disebut-sebut bisa menyebabkan hipertensi. Selain itu, kondisi penderita hipertensi juga disebut-sebut bisa semakin parah bila mengalami stres dan cemas. Benarkah hal tersebut? Bagaimana penjelasan medisnya soal hal ini?
Apa hubungan antara stres dan cemas dengan tekanan darah?
Stres merupakan suatu perasaan yang tegang dan tertekan secara emosional dan fisik. Kondisi ini bisa terjadi karena peristiwa atau pemikiran tertentu yang membuat Anda frustasi, marah, atau gugup.
Stres juga bisa berlanjut meski peristwa yang menyebabkan stres hilang. Kondisi ini yang kemudian disebut dengan kecemasan atau cemas.
Dilansir dari MedlinePlus, stres merupakan reaksi tubuh terhadap suatu ancaman, tantangan, tuntutan, atau permintaan tertentu. Reaksi ini bisa bersifat positif, seperti membantu Anda menghindari ancaman yang berbahaya atau mendorong Anda untuk mencapai target tertentu yang menantang.
Namun, stres dan cemas juga bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik Anda, termasuk pada kenaikan tekanan darah. Lalu, bagaimana stres bisa memengaruhi tekanan darah?
Jantung dan pembuluh darah merupakan dua elemen penting dalam menyediakan nutrisi dan oksigen ke berbagai organ tubuh. Namun, aktivitas kedua elemen ini juga terhubung dengan respon tubuh terhadap stres.
Saat stres terjadi, tubuh Anda melepaskan hormon stres, yaitu adrenalin, kortisol, dan norepinefrin, yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan kontraksi otot jantung yang lebih kuat.
Selain itu, pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jantung pun melebar sehingga meningkatkan jumlah darah yang dipompa. Adapun peningkatan jumlah darah dapat pula meningkatkan tekanan darah pada seseorang.
Dilansir dari Mayo Clinic, pelepasan hormon stres, terutama kortisol, pun dapat meningkatkan gula (glukosa) dalam aliran darah. Hal ini juga berperan dalam kenaikan tekanan darah pada seseorang.
Meski demikian, respons tubuh akibat stres ini hanya berlangsung sementara. Detak jantung, pembuluh darah, dan tekanan darah Anda akan kembali normal setelah hormon stres tersebut menghilang.
Apakah stres dan cemas bisa menyebabkan hipertensi jangka panjang?
Meski hanya terjadi sementara, stres dan cemas juga bisa menjadi salah satu penyebab hipertensi jangka panjang. Hal ini terjadi bila stres dan rasa cemas yang Anda rasakan terus menerus terjadi dan pada waktu yang lama. Kondisi ini disebut juga dengan stres kronis.
Dalam sebuah jurnal yang dipublikasikan oleh State Medical Society of Wisconsin menyebut, stres tidak langsung menyebabkan hipertensi. Namun, hal ini bisa terjadi bila Anda mengalami kenaikan tekanan darah secara berulang akibat stres.
Selain itu, hipertensi juga bisa terjadi bila Anda memiliki lebih dari satu faktor penyebab stres. Adapun faktor-faktor penyebab stres yang bisa memengaruhi tekanan darah berupa, pekerjaan, lingkungan sosial, hipertensi jas putih, ras, atau tekanan emosional. Selain itu, stres karena kurang tidur juga bisa menyebabkan hipertensi.
Di sisi lain, stres dan cemas juga bisa menimbulkan kebiasaan yang buruk, yang juga akan memengaruhi tekanan darah. Biasanya, saat stres, seseorang kerap melampiaskannya dengan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, atau mengonsumsi makanan yang tidak sehat.
Adapun hal-hal tersebut merupakan faktor risiko dan penyebab hipertensi yang paling umum terjadi, terutama pada jenis hipertensi esensial atau primer.
Selain itu, beberapa obat untuk mengobati kecemasan dan kondisi kesehatan mental lain, seperti obat antidepresan SNRI juga dapat meningkatkan tekanan darah Anda.
Kemungkinan dapat menyebabkan pembuluh darah rusak
Naiknya tekanan darah secara tiba-tiba dan berlangsung lama akibat stres bisa menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang pada pembuluh darah dan jantung. Pasalnya, hormon stres yang dilepaskan oleh tubuh Anda bisa merusak pembuluh darah dan memaksa jantung untuk memompa darah lebih keras.
Bila berlangsung dalam waktu yang lama, tekanan darah tinggi yang Anda derita bisa semakin parah dan Anda mungkin akan mulai merasakan berbagai gejala hipertensi, seperti sakit kepala, nyeri dada, dan lainnya. Bila sudah mengalami hal tersebut, Anda pun mungkin memerlukan obat darah tinggi untuk mengatasinya.
Pembuluh darah yang rusak akibat stres pun membuat Anda lebih berisiko mengalami komplikasi hipertensi, seperti penyakit jantung, serangan jantung, atau stroke.
Oleh karena itu, ada baiknya Anda untuk menghindari stres. Bila stres terjadi pada Anda, sebaiknya segera mencari cara sehat untuk meredakannya agar tidak menyebabkan hipertensi, seperti meditasi, mendengarkan musik, atau melakukan hobi Anda.
Anda pun perlu menerapkan gaya hidup sehat untuk membantu mencegah hipertensi karena faktor lainnya, seperti diet hipertensi, olahraga secara rutin, tidak merokok, dan mengurangi konsumsi alkohol.
Normal Kah Detak Jantung Anda?
Kalkulator detak jantung kami bisa memperkirakan berapa target detak jantung saat olahraga yang perlu Anda capai.
Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.