Nyamuk Aedes aegypti ternyata tidak hanya menyebabkan demam berdarah, tetapi juga infeksi virus Zika. Lantas, apa yang perlu diwaspadai dari penyakit infeksi ini? Temukan jawabannya melalui uraian berikut.
Apa itu virus Zika?
Penyakit Zika adalah infeksi virus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Ini adalah jenis nyamuk yang juga menularkan demam berdarah dan chikungunya.
Nyamuk Aedes menyebarkan virus ini dengan cara mengisap virus dari orang yang terinfeksi, kemudian menularkannya ke orang yang sehat.
Infeksi virus ini pertama kali ditemukan pada seekor monyet di wilayah Uganda pada 1947. Sementara pada manusia, virus ini pertama kali teridentifikasi pada 1954 di Uganda dan Republik Tanzania.
Menurut data Kementerian Kesehatan RI, bukti serologis (deteksi antibodi) menunjukkan bahwa virus Zika pertama kali ditemukan pada tujuh orang di Klaten selama tahun 1977–1978.
Namun, situasi saat itu tidak terbukti mengancam karena tidak ditemukan gejala pasti dan bisa sembuh dengan sendirinya.
Infeksi virus Zika memang termasuk penyakit yang sering kali tidak bergejala dan bisa sembuh dengan sendirinya. Meski begitu, penyakit yang menular lewat gigitan nyamuk ini tetap tidak bisa diabaikan.
Tanda dan gejala infeksi virus Zika
Infeksi virus Zika biasanya tidak menimbulkan gejala. Akan tetapi, seseorang yang terinfeksi bisa saja mengalami berbagai keluhan berikut.
- Gatal hampir di semua bagian tubuh.
- Demam.
- Kepala sakit dan pusing.
- Nyeri sendi dan bengkak pada persendian.
- Nyeri otot.
- Mata merah.
- Sakit pada bagian punggung.
- Nyeri di belakang mata.
- Muncul bintik-bintik merah pada permukaan kulit.
Karena disebabkan oleh jenis nyamuk yang sama, gejala infeksi virus ini memang cenderung mirip dengan demam berdarah.
Satu gejala yang membedakan Zika dengan demam berdarah adalah demamnya yang tidak lebih dari 38°C.
Penyebab infeksi virus Zika
Penularan virus Zika umumnya terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes yang telah terinfeksi. Nyamuk ini aktif pada siang hari dan dapat hidup di dalam atau di luar ruangan.
Jika nyamuk Aedes mengisap darah orang yang terpapar Zika, nyamuk-nyamuk tersebut dapat menularkannya ke orang berikutnya yang darahnya diisap.
Selain melalui gigitan nyamuk, penyakit infeksi ini bisa menular melalui transfusi darah dan hubungan intim. Virus penyebabnya juga bisa menular dari ibu hamil ke janinnya.
Faktor risiko penyakit Zika
Setiap orang berisiko terkena penyakit Zika. Risiko tersebut bisa meningkat jika Anda memiliki kondisi berikut.
- Berhubungan seksual tanpa pengaman dengan orang terinfeksi.
- Pernah melakukan perjalanan ke daerah yang terinfeksi, terutama ke negara-negara di benua Amerika dan Afrika.
- Sedang hamil.
Infeksi virus selama kehamilan bisa meningkatkan risiko komplikasi berupa mikrosefalus dan kelainan bawaan pada bayi baru lahir.
Komplikasi infeksi virus Zika
Sebagian besar infeksi virus Zika tidak menimbulkan komplikasi dan bahkan bisa sembuh dengan sendirinya.
Akan tetapi, infeksi virus Zika pada ibu hamil dapat menimbulkan komplikasi serius seperti berikut.
- Mikrosefalus atau ukuran kepala bayi yang lebih kecil dari normal.
- Kerusakan otak dan berkurangnya jaringan otak.
- Kerusakan pada bagian belakang mata.
- Kemampuan gerak yang terbatas akibat gangguan otot dan sendi.
- Meningitis.
Meski kasusnya langka, infeksi virus ini pada orang dewasa bisa menyebabkan sindrom Guillain-Barre. Ini adalah kondisi yang ditandai dengan gangguan serius pada sistem saraf pusat.
Diagnosis penyakit Zika
Untuk mendiagnosis infeksi, dokter akan melakukan tanya-jawab seputar gejala, riwayat kesehatan, riwayat perjalanan, dan riwayat hubungan ranjang.
Demi mendapatkan hasil yang akurat, proses diagnosis akan dilanjutkan dengan beberapa pemeriksaan penunjang berikut.
- Tes darah untuk mendeteksi asam nukleat virus, mengisolasi virus, serta uji serologi.
- Tes urine atau air liur yang memiliki fungsi serupa dengan tes darah sehingga biasanya dilakukan jika gejala tidak membaik pada hari ketiga.
- USG kehamilan untuk mengetahui ukuran kepala janin dan kemungkinan kelainan lainnya.
- Amniosentesis untuk mendeteksi virus pada janin melalui sampel cairan ketuban.
Pengobatan infeksi virus Zika
Sampai saat ini tidak ada pengobatan spesifik untuk virus Zika. Sebagian besar pasien pun bisa sembuh tanpa penanganan khusus setelah 2–7 hari sejak munculnya gejala.
Jika dibutuhkan, pengobatan akan disesuaikan dengan gejala yang muncul. Sebagai contoh, pasien dapat mengonsumsi paracetamol untuk meredakan sakit kepala dan demam.
Selain itu, pasien akan disarankan untuk beristirahat dan mencukupi kebutuhan cairan agar tidak mengalami dehidrasi.
Meski begitu, Anda sebaiknya tetap pergi ke rumah sakit ketika merasakan gejalanya. Dengan begitu, dokter bisa menentukan strategi perawatan terbaik.
Pencegahan infeksi virus Zika
Sejauh ini, belum ada vaksin yang bisa digunakan untuk mencegah infeksi virus Zika. Namun, Anda bisa melakukan beberapa langkah sederhana berikut untuk mencegah penyebaran dan penularan virus Zika.
- Hindari bepergian ke wilayah dengan kasus penyakit Zika yang tinggi.
- Gunakan baju berlengan panjang, celana panjang, dan kaus kaki saat beraktivitas di tempat yang banyak nyamuk.
- Cegah perkembangbiakan nyamuk di sekitar tempat tinggal dengan cara menerapkan 3M plus.
- Gunakan losion antinyamuk yang sesuai dengan kondisi Anda, misalnya losion khusus ibu hamil jika Anda sedang hamil.
- Pasang kelambu di tempat tidur dan kereta bayi.
- Jangan menimbun barang bekas.
Kasus infeksi virus Zika di Indonesia saat ini memang tidak lagi ditemukan. Namun, selama nyamuk Aedes aegypti masih berterbangan, penularan virus ini masih mungkin terjadi.
Kesimpulan
- Virus Zika adalah virus yang disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, jenis nyamuk yang juga menyebabkan demam berdarah.
- Penyakit Zika sering kali tidak disertai gejala, tetapi secara umum bisa menyebabkan gatal di hampir seluruh tubuh, demam, nyeri sendi, dan sakit kepala.
- Sebagian besar kasus penyakit Zika tidak menimbulkan komplikasi dan akan membaik dengan sendirinya. Namun, virus ini bisa menimbulkan berbagai komplikasi pada ibu hamil dan janinnya.
- Tidak ada pengobatan secara pasti. Dokter akan memberikan obat dan perawatan berdasarkan gejala yang dialami pasien.