backup og meta

Chikungunya

Chikungunya

Nyamuk Aedes selama ini lebih identik dengan demam berdarah. Nyatanya, nyamuk ini bisa menyebabkan penyakit lain yang disebut chikungunya.

Meski disebabkan oleh nyamuk yang sama, keduanya memiliki gejala dan perawatan yang berbeda. Untuk lebih memahami penyakit chikungunya, simak informasi berikut.

Apa itu chikungunya?

Chikungunya adalah infeksi virus yang menular dari gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Ini adalah jenis nyamuk yang juga menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) dan virus Zika.

Gejala awal yang biasanya muncul adalah demam tinggi dan nyeri sendi secara tiba-tiba. Inilah alasan mengapa chikungunya juga dikenal sebagai flu tulang.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, kasus chikungunya di Indonesia pada tahun 2019 adalah sebanyak 5.042.

Dari angka tersebut, sebanyak 1.044 di antaranya terjadi di Jawa Barat, disusul Lampung dengan 829 kasus dan Gorontalo 534 kasus. Sampai saat ini, belum tercatat laporan kematian akibat chikungunya.

Tanda dan gejala chikungunya

penyakit yang timbul setelah menopause

Gejala chikungunya biasanya muncul di antara 3–7 hari setelah Anda digigit nyamuk yang terinfeksi. Berikut adalah beberapa gejala yang umumnya timbul.

  • Demam hingga di atas 39°C.
  • Nyeri sendi dan otot.
  • Sendi bengkak.
  • Mual hingga muntah.
  • Mata kemerahan (konjungtivitis).
  • Sakit kepala.
  • Kelelahan.

Pada umumnya, gejala chikungunya akan membaik dengan sendirinya dalam satu minggu. Akan tetapi, ada pula yang pasien kondisinya terus memburuk sampai mengalami kelumpuhan sementara.

Penyebab chikungunya

Chikungunya disebabkan oleh infeksi virus bernama Chikungunya (CHIKV). Virus ini akan menyebabkan penyakit pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi.

Nyamuk Aedes terinfeksi virus Chikungunya saat menggigit seseorang yang telah terinfeksi. Penularan akan terjadi jika orang lain digigit oleh nyamuk pembawa virus chikungunya tersebut.

Apakah chikungunya menular antarmanusia?

Chikungunya tidak bisa menular secara langsung antarmanusia karena virusnya hanya bisa dibawa oleh seekor nyamuk.

Di samping itu, laporan penularan chikungunya dari ibu ke bayi yang dikandungnya juga sangat langka. Infeksi ini juga tidak menular melalui ASI ibu.

Faktor risiko chikungunya

Penyakit chikungunya bisa menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Akan tetapi, beberapa kondisi berikut bisa meningkatkan risikonya.

  • Tinggal di negara tropis.
  • Bepergian ke area yang terkena wabah.
  • Tinggal di area dengan kebersihan atau sanitasi lingkungan yang buruk.
  • Berusia lebih dari 65 tahun.
  • Bayi baru lahir.
  • Memiliki masalah kesehatan, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, dan sistem imun lemah.

Komplikasi chikungunya

Meski jarang terjadi, chikungunya bisa menyebabkan berbagai komplikasi berikut.

  • Uveitis: peradangan saluran uveal mata yang ditandai dengan mata memerah dan sensitif pada cahaya.
  • Miokarditis: peradangan otot jantung yang ditandai dengan nyeri dada dan denyut jantung tidak normal.
  • Hepatitis: peradangan hati yang ditandai dengan kulit menguning.
  • Sindrom Guillain-Barre: gangguan sistem saraf yang menyebabkan kelumpuhan.
  • Mielitis: peradangan sumsum tulang belakang yang ditandai dengan lemah otot dan gangguan sensorik.

Diagnosis chikungunya

Untuk mendiagnosis chikungunya, pertama-tama dokter akan mengajukan pertanyaan seputar gejala dan riwayat perjalanan Anda selama seminggu terakhir.

Setelah itu, dokter perlu melakukan tes darah untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain dengan gejala serupa, seperti demam berdarah.

Bila perlu, dokter mungkin menyarankan Anda menjalani tes enzyme-linked immunosorbent assays (ELISA) untuk memeriksa keberadaan antibodi IgM dan IgG chikungunya.

Umumnya, peningkatan antibodi IgM akibat penyakit yang ditularkan nyamuk ini bisa bertahan hingga dua bulan.

Pengobatan chikungunya

Chikungunya adalah penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya sehingga biasanya tidak membutuhkan pengobatan khusus.

Biasanya, dokter hanya akan memberikan obat sesuai dengan gejala flu tulang yang mengganggu. Berikut adalah beberapa obat yang mungkin diresepkan.

1. Naproxen

Dokter bisa meresepkan naproxen untuk mengurangi peradangan dan nyeri sendi pada pasien chikungunya.

Akan tetapi, naproxen tidak dianjurkan bagi orang-orang yang alergi terhadap obat-obatan NSAID, memiliki gangguan pencernaan, serta mengidap penyakit kronis tertentu (penyakit hati, ginjal, atau jantung).

2. Ibuprofen

obat chikungunya

Salah satu obat andalan untuk meredakan nyeri sendi dan peradangan adalah ibuprofen.

Sama seperti naproxen, obat golongan anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) ini tidak dianjurkan untuk seseorang dengan kondisi medis tertentu, seperti tekanan darah tinggi, penyakit hati, ginjal, atau jantung.

3. Paracetamol

Pilihan obat chikungunya lainnya adalah paracetamol untuk meredakan nyeri sendi. Obat yang tergolong aman untuk semua orang ini juga bisa meredakan demam.

Meski begitu, Anda tetap perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter jika memiliki masalah hati, ginjal, serta alergi terhadap paracetamol.

Di samping itu, dokter akan meminta Anda melakukan perawatan rumahan dengan memenuhi kebutuhan cairan, istirahat yang cukup, dan makan makanan bergizi untuk mendukung pemulihan.

Bagaimana cara mencegah chikungunya?

Karena penyakit ini ditularkan oleh nyamuk, cara terbaik untuk mencegahnya adalah menghindari gigitan nyamuk. Berikut adalah berbagai cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah gigitan nyamuk.

  • Menggunakan obat nyamuk yang mengandung DEET (N, N-Diethyl-meta-toluamide) atau picaridin pada kulit dan pakaian.
  • Menyalakan diffuser yang berisi minyak lemon eucalyptus untuk mencegah nyamuk berkeliaran
  • Menggunakan pakaian tertutup, seperti celana dan lengan panjang.
  • Memakai pakaian berwarna cerah karena nyamuk lebih menyukai warna-warna gelap.
  • Tidak pergi ke daerah yang sedang mengalami wabah.
  • Memasang kelambu di kamar tidur.
  • Menutup sumber genangan air di rumah.
  • Meletakkan pot bunga atau wadah lain yang tidak digunakan secara terbalik agar tidak menjadi sarang nyamuk.
  • Mengurangi aktivitas di luar ruangan pada sore dan malam hari saat nyamuk berkeliaran.

Apabila Anda masih memiliki kekhawatiran tertentu terkait penyakit ini, jangan ragu untuk menanyakannya pada dokter.

Kesimpulan

  • Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
  • Memiliki gejala utama berupa nyeri sendi dan demam hingga di atas 39°C.
  • Umumnya, chikungunya bisa sembuh dengan sendirinya setelah satu minggu kemunculan gejala.
  • Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi nyamuk ini adalah menggunakan obat nyamuk yang mengandung DEET, memakai pakaian tertutup saat beraktivitas di luar, dan menghindari bepergian ke daerah wabah.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Chikungunya virus. (2023, December 7). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved 11 November 2024, from https://www.cdc.gov/chikungunya/index.html

Chikungunya fact sheet. (2022, December 8). World Health Organization (WHO). Retrieved 11 November 2024, from https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/chikungunya

What is chikungunya fever, and should I be worried? (2022, July 29). Mayo Clinic. Retrieved 11 November 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/infectious-diseases/expert-answers/what-is-chikungunya-fever/faq-20109686

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (n.d.). Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Retrieved 11 November 2024, from https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1401/chikungunya

SA health. (2022, April 2). SA Health. Retrieved 11 November 2024, from https://www.sahealth.sa.gov.au/wps/wcm/connect/public+content/sa+health+internet/conditions/infectious+diseases/chikungunya+virus/chikungunya+virus+-+including+symptoms+treatment+and+prevention

Versi Terbaru

21/11/2024

Ditulis oleh Widya Citra Andini

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Berbagai Penyebab Nyeri Otot yang Mungkin Tak Anda Sadari

7 Makanan yang Tidak Boleh Dimakan Saat Demam


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Widya Citra Andini · Tanggal diperbarui 3 minggu lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan