Selain menerapkan protokol kesehatan 5M, pemerintah Indonesia juga mendorong masyarakat untuk mengikuti vaksinasi COVID-19. Ada berbagai jenis vaksin COVID-19 yang digunakan di Indonesia, salah satunya ialah vaksin Pfizer.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Selain menerapkan protokol kesehatan 5M, pemerintah Indonesia juga mendorong masyarakat untuk mengikuti vaksinasi COVID-19. Ada berbagai jenis vaksin COVID-19 yang digunakan di Indonesia, salah satunya ialah vaksin Pfizer.
Vaksin Pfizer atau dengan merek dagang Comirnaty adalah salah satu vaksin COVID-19 yang dikembangkan dari hasil kerja sama antara Pfizer dan BioNTech.
Sama halnya dengan vaksin Moderna, vaksin COVID-19 ini juga memiliki kandungan mRNA (messenger RNA) untuk menstimulasi sistem kekebalan tubuh.
mRNA memerintah sel untuk membentuk protein S-antigen dari SARS-CoV-2. Protein ini akan mendorong terbentuknya antibodi untuk melawan infeksi virus.
Vaksin Pfizer telah mendapatkan Emergency Use Listing (EUL) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak Desember 2020 lalu.
Kemudian, menyusul Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang juga menerbitkan Emergency Use Authorization (EUA) untuk vaksin COVID-19 ini pada Juli 2021.
Efektivitas atau efikasi vaksin terhadap infeksi coronavirus penyebab COVID-19 terbilang cukup tinggi, yakni dengan angka di atas 90 persen.
Dalam uji coba secara acak yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine (2021), dua dosis vaksin Pfizer diberikan pada orang berusia 16 tahun ke atas.
Tujuh hari setelah pemberian dosis vaksin kedua, peneliti menemukan adanya perlindungan sekitar 91% pada tubuh partisipan terhadap infeksi SARS-CoV-2 yang bergejala.
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) telah memberikan izin penggunaan vaksin Pfizer sebagai vaksinasi dosis primer dan lanjutan (booster) untuk masyarakat Indonesia.
EUA BPOM menjelaskan vaksin COVID-19 ini bisa diberikan untuk orang berusia 12 tahun ke atas sehingga dimasukkan ke dalam program vaksin COVID-19 untuk anak.
Pemberian vaksin COVID-19 ini dilakukan melalui suntikan ke dalam otot (intramuskular/IM). Berikut ini dosis dan jadwal pemberian vaksin yang perlu Anda ketahui.
Pemberian vaksin primer dilakukan dua kali dengan dosis 0,3 ml pada setiap penyuntikan. Jarak pemberian dosis vaksin pertama dan kedua ialah 21–28 hari.
Progam vaksinasi dosis lanjutan atau vaksin booster di Indonesia juga menggunakan vaksin Pfizer dengan ketentuan sebagai berikut.
Vaksin Primer | Dosis Vaksin Booster |
Sinovac | 1/2 dosis (0,15 ml) |
AstraZeneca | 1/2 dosis (0,15 ml) |
Pfizer | 1 dosis (0,3 ml) |
Vaksin COVID-19 hanya boleh diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan terlatih. Vaksin akan diberikan melalui suntikan intramuskular (IM).
Sebelum melakukan prosedur ini, petugas kesehatan akan melakukan screening kesehatan untuk memastikan Anda bisa menerima vaksin.
Penyuntikan akan petugas lakukan pada bagian lengan atas, yang akan dibersihkan dengan alcohol swab sebelum dan setelah suntik vaksin.
Apabila Anda telah mendapatkan suntikan vaksin, dokter atau petugas akan meminta Anda untuk tidak meninggalkan lokasi vaksinasi selama 15–30 menit.
Ini bertujuan untuk memantai kemungkinan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) yang bisa terjadi pada sebagian penerima vaksin COVID-19.
Setelah dinyatakan aman dari KIPI, dokter atau petugas akan menjelaskan jadwal pemberian vaksin COVID-19 dosis kedua atau lanjutan.
Efek samping vaksin COVID-19 cukup umum terjadi, termasuk setelah pemberian vaksin Pfizer. Meski demikian, kemunculannya mungkin akan berbeda-beda pada setiap orang.
Adapun, beberapa efek samping yang paling sering terjadi, antara lain:
Efek samping ringan tersebut biasanya muncul dalam kurun waktu 1–2 hari. Untuk meredakan gejala, Anda bisa minum obat pereda nyeri, seperti paracetamol.
Namun, bila gejala tak kunjung membaik atau timbul reaksi alergi, seperti gatal, sulit bernapas, mengi, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan, segera kunjungi dokter.
Pemberian vaksin Pfizer cukup efektif untuk mencegah penularan COVID-19. Akan tetapi, sebelum mendapatkannya, berikut beberapa hal yang perlu Anda perhatikan.
Hingga saat ini, data yang tersedia tentang pemberian vaksin COVID-19 pada ibu hamil dan menyusui tidak memadai untuk menggambarkan risikonya.
WHO menganjurkan penggunaan vaksin pada ibu hamil mengingat dampak buruk COVID-19 selama kehamilan, seperti meningkatkan risiko kelahiran prematur dan lahir mati.
Ibu menyusui juga direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin seperti orang dewasa lain. Menyusui boleh dilanjutkan setelahnya karena vaksinasi tidak berisiko pada anak.
Akan tetapi, bila Anda ragu terkait risiko vaksin COVID-19 saat hamil maupun menyusui, konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui manfaat dan risikonya.
Belum ada bukti bahwa vaksin Pfizer atau Comirnaty memicu interaksi yang mengubah kinerja atau meningkatkan risiko efek samping serius dari penggunaan obat lain.
Meski begitu, tetap konsultasikan dengan dokter Anda terkait produk yang sedang digunakan, termasuk obat-obatan resep, nonresep, vitamin, suplemen, dan produk herbal.
Jangan memulai, menghentikan, atau mengganti dosis obat tanpa persetujuan dokter Anda.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar