backup og meta

Hubungan Suami-Istri Normalnya Berapa Kali Seminggu?

Hubungan Suami-Istri Normalnya Berapa Kali Seminggu?

Hubungan intim bisa dibilang sebagai salah satu pondasi utama untuk menjaga rumah tangga tetap awet, intim, dan harmonis. Lantas, untuk mencapai semua itu, sebenarnya berapa kali frekuensi hubungan suami-istri yang normal dalam seminggu? Mari simak jawabannya berikut ini.

Hubungan suami-istri yang normal itu berapa kali seminggu?

Tak hanya memberikan kesenangan dan kenikmatan fisik semata, hubungan intim juga mendukung terciptanya hubungan yang lebih positif dan kuat.

Namun, tak sedikit yang mungkin masih bertanya-tanya, sebaiknya berapa kali sehari dalam seminggu Anda dan pasangan perlu berhubungan intim.

Ini lantaran seiring berjalannya waktu, tak semua pasangan memiliki waktu luang yang sama seperti dulu waktu awal membina rumah tangga.

Hal ini yang mungkin membuat Anda dan pasangan mulai memikirkan apakah frekuensi hubungan intim yang dilakukan dalam seminggu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.

Sebuah studi yang diterbitkan jurnal Archives of Sexual Behavior (2017) melaporkan bahwa rata-rata orang dewasa di Amerika Serikat setidaknya berhubungan intim sebanyak 54 kali dalam setahun. 

Itu artinya, orang AS rata-rata bercinta seminggu sekali dalam setahun. Akan tetapi, angka ini bukanlah tolok ukur untuk menentukan berapa kali frekuensi hubungan suami-istri yang normal dalam seminggu.

Sebetulnya, tidak pernah ada patokan angka pasti untuk menentukan sebaiknya berapa kali sehari hubungan intim dilakukan dalam seminggu maupun setahun.

Penting dipahami bahwa frekuensi bercinta untuk setiap pasangan bisa dipengaruhi oleh banyak faktor yang berbeda.

Faktor tersebut mulai dari usia, kesibukan, gaya hidup, kesehatan, tingkat libido alami, hingga kualitas hubungan secara keseluruhan.

Itu sebabnya, standar frekuensi hubungan intim setiap orang mungkin berbeda-beda. Ada pasangan yang butuh berhubungan intim setiap dua hari sekali, 3–4 kali seminggu, hingga satu kali dalam sebulan.

Semua ini sebenarnya masih tergolong normal dan sah-sah saja tergantung masing-masing pasangan. 

Apalagi, semakin tua usia Anda dan pasangan, libido akan menurun secara alami akibat satu dan lain hal. Jadi, sangat wajar bila Anda dan pasangan semakin jarang berhubungan intim.

Sering berhubungan intim belum tentu bahagia

seks setelah keguguran

Acuan mengenai berapa kali frekuensi hubungan suami-istri yang normal dalam seminggu tidak selamanya menjamin hubungan yang harmonis dan bahagia.

Hal ini dibuktikan oleh sebuah studi dalam jurnal Social Psychology and Personality Science yang melakukan survei terhadap 30 ribu orang Amerika Serikat selama 40 tahun. 

Hasilnya menunjukkan bahwa pasangan yang diminta rutin berhubungan intim seminggu sekali tidak merasa lebih puas dan bahagia daripada waktu-waktu sebelumnya.

Ini tentu menjadi pengingat bahwa berapa kali frekuensi berhubungan intim yang baik bukanlah menjadi penentu utama tingkat kebahagiaan pasangan. 

Kepuasan seksual tidak bisa hanya dinilai dari seberapa sering Anda bercinta, tetapi lebih kepada kualitas komunikasi yang terbuka.

Bahkan, sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan keintiman tanpa berhubungan badan.

Melakukan aktivitas lain untuk quality time bersama pasangan, seperti berpelukan, berpegangan tangan, saling mencium, hingga bekerja sama beres-beres rumah juga dapat mempererat ikatan batin Anda berdua.

Tips agar bisa rutin berhubungan intim

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, tidak ada patokan angka terkait berapa kali frekuensi hubungan suami-istri yang normal dalam seminggu.

Meski begitu, aktivitas ini tetap menjadi salah satu faktor penting yang dapat membantu meningkatkan keintiman rumah tangga.

Nah, agar gelora asmara Anda dan pasangan tetap membara, berikut beberapa tips yang bisa dicoba.

1. Buat jadwal yang tepat

Jangan jadikan kesibukan pekerjaan dan mengurus anak sebagai alasan untuk mangkir dari sesi bercinta.

Hal ini mungkin terdengar remeh, tetapi tak sedikit yang akhirnya kehilangan momen penting ini untuk terhubung dengan pasangannya.

Keintiman dan rasa cinta yang dulunya membara lambat laun bisa memudar seiring berjalannya waktu. Akibatnya, gairah Anda berdua justru bisa padam total.

Coba luangkan waktu untuk duduk berdua sembari berembuk membuat jadwal berhubungan intim yang bisa sama-sama disepakati.

Jadi, walaupun tidak punya acuan khusus terkait berapa kali Anda dan pasangan perlu berhubungan dalam seminggu, keharmonisan hubungan Anda berdua tetap tidak pudar.

Mengatur waktu berhubungan intim justru dapat membantu Anda bersiap-siap secara fisik dan emosional. Secara tidak langsung, ini memberikan Anda sesuatu untuk dinanti-nantikan.

Biasanya, Anda tentu merasa tidak sabar dan antusias saat menunggu-nunggu sesuatu, bukan? Nah, momen inilah yang akan membuat Anda berfantasi sekaligus merasakan peningkatan gairah.

Mengatur jadwal juga menunjukkan bahwa Anda dan pasangan sama-sama memprioritaskan hubungan intim selayaknya pekerjaan, hobi, teman-teman, dan lainnya.

2. Bangun mood untuk bercinta

Anda tidak boleh memaksa jika pasangan sedang merasa capek dan mood atau suasana hatinya sedang tidak bagus untuk berhubungan intim.

Begitu pula sebaliknya. Jika Anda yang merasa capek, jangan langsung menolak mentah-mentah rayuannya untuk bermesraan.

Untuk menyiasati suasana rumah tetap romantis dan intim, Anda berdua bisa melakukan hal-hal lain yang membangkitkan gairah satu sama lain. 

Kegiatan yang bisa Anda dan pasangan lakukan misalnya pergi makan malam romantis, memberikan pijatan, atau sekadar berkelonan di atas ranjang dengan berpelukan dan berciuman.

Anda juga bisa menawarkan memberikan “jasa” seks oral atau handjob saat pasangan benar-benar tidak punya tenaga yang tersisa.

Pada intinya, terlepas dari berapa kali Anda dan pasangan melakukan hubungan intim dalam seminggu, komunikasi dan pengertian adalah kunci dari kehidupan intim yang memuaskan.

Kesimpulan

  • Tidak ada tolok ukur pasti mengenai berapa kali frekuensi hubungan suami-istri yang normal dalam seminggu.
  • Frekuensi hubungan intim yang terlalu jarang mungkin dapat memudarkan asmara, tetapi terlalu sering bercinta juga tidak menjamin kebahagiaan pasangan.
  • Yang terpenting adalah Anda dan pasangan menikmati setiap momen dalam bercinta serta menjalin komunikasi dan pengertian.

[embed-health-tool-ovulation]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Feintuch, S. (2018). Should You Try a Sex Schedule? – HealthyWomen. Retrieved January 29, 2021, from https://www.healthywomen.org/content/article/should-you-try-sex-schedule 

Will Having More Sex Improve Your Relationship? – IFAS Extension University of Florida. (n.d.). Retrieved January 29, 2021, from https://smartcouples.ifas.ufl.edu/married/sex-and-intimacy/will-having-more-sex-improve-your-relationship/ 

Whitbourne, SK. (2017). Why Sex Is So Good for Your Relationship – The Greater Good Science Center at the University of California. Retrieved January 29, 2021, from https://greatergood.berkeley.edu/article/item/why_sex_is_so_good_for_your_relationship 

Twenge, J., Sherman, R., & Wells, B. (2017). Declines in Sexual Frequency among American Adults, 1989–2014. Archives Of Sexual Behavior, 46(8), 2389-2401. https://doi.org/10.1007/s10508-017-0953-1  

Muise, A., Schimmack, U., & Impett, E. (2015). Sexual Frequency Predicts Greater Well-Being, But More is Not Always Better. Social Psychological And Personality Science, 7(4), 295-302. https://doi.org/10.1177%2F1948550615616462 

Loewenstein, G., Krishnamurti, T., Kopsic, J., & McDonald, D. (2015). Does Increased Sexual Frequency Enhance Happiness?. Journal Of Economic Behavior & Organization, 116, 206-218. https://doi.org/10.1016/j.jebo.2015.04.021

Versi Terbaru

19/12/2024

Ditulis oleh Aprinda Puji

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel terkait

3 Kunci Rahasia Agar Seks Tetap Memuaskan Meski Sudah Bertahun-tahun Menikah


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 3 hari lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan