Semua kondisi ini ditakutkan dapat meningkatkan risiko Anda terkena serangan jantung saat seks yang dapat berakibat fatal. Secara tidak langsung, frekuensi bercinta yang menurun lama-lama dapat menyebabkan gairah seksual hilang.
Selain itu, beberapa obat penyakit jantung yang Anda gunakan pun memiliki efek samping menurunkan gairah seksual.
3. Gangguan saraf
Kerusakan saraf, misalnya akibat neuropati, dapat menyebabkan gairah seksual hilang. Gangguan saraf memang tidak secara langsung berpengaruh pada produksi hormon seks libido, namun bisa menghambat reaksi tubuh untuk merespon stimulasi seksual.
Gairah dan orgasme dikendalikan oleh saraf-saraf yang ada di organ intim (penis, vagina, dan klitoris) dan bagian tubuh sensitif lainnya. Saraf-saraf ini menerima stimulasi seksual dan mengirimkan sinyal rangsangan tersebut ke otak.
Dari situ, otak akan merespon dengan cara mengalirkan darah ke organ intim Anda. Bila sudah cukup terangsang, penis akan ereksi dan kemudian ejakulasi. Klitoris wanita pun juga bisa terangsang dan ereksi. Nah, gangguan pada saraf tubuh yang manapun bisa menghambat atau mengacaukan proses rangsangan tersebut. Akibatnya, Anda jadi tidak bisa bergairah, ereksi, atau bahkan sulit orgasme.
Kerusakan saraf yang menyebabkan gairah seksual hilang biasanya dialami orang yang mengidap penyakit seperti diabetes, stroke, dan multiple sclerosis. Orang-orang yang pernah menjalani operasi panggul atau pernah mengalami cedera sumsum tulang belakang juga rentan mengalami kerusakan saraf yang bisa menyebabkan susah orgasme.
4. Penyakit ginjal
Gagal ginjal kronis dan terapi cuci darah yang Anda lakukan selama pengobatan dapat memengaruhi gairah seksual Anda. Sebab, semua energi yang dimiliki tubuh akan terpusat pada penyakitnya sehingga membuat Anda kelelahan dan tidak bersemangat untuk beraktivitas, bahkan hingga untuk berhubungan seks dengan pasangan.
Perubahan kimia yang terjadi dalam tubuh karena efek samping pengobatan juga memengaruhi hormon, sirkulasi darah dan fungsi saraf. Gangguan pada salah satu atau ketiganya dapat menyebabkan penurunan gairah seksual.
5. Penyakit mental
Penyakit jiwa dapat berdampak buruk pada suasana hati, perasaan, stamina, selera makan, pola tidur, dan tingkat konsentrasi penderitanya. Tak terkecuali juga hasrat seksual. Penyakit jiwa juga dapat menyebabkan hilangnya minat dan kegemaran pada hal-hal yang sebelumnya disukai, termasuk seks.
Hal ini pun tidak terbatas hanya pada orang-orang yang mengalami depresi saja, namun juga gangguan jiwa lainnya seperti gangguan kecemasan, gangguan bipolar, kepribadian ambang (borderline personality disorder), bahkan hingga OCD dan PTSD. Beberapa obat terkait gangguan jiwa, seperti antidepresan macam fluoxetine (Prozac), pun dapat menurunkan gairah seks.
Selain dari diagnosis mandiri, penyakit jiwa juga bisa muncul menyertai berbagai penyakit fisik kronis sebagai komplikasinya. Pasalnya, menerima diagnosis penyakit kronis dapat membuat emosi Anda menjadi tidak stabil. Anda merasakan rasa khawatir, takut, cemas, dan stres. Perubahan emosi ini tak menutup kemungkinan akan memengaruhi gairah seksual Anda.
Misalnya saja, di antara pasien penyakit jantung, nafsu seks yang menurun sering berasal dari depresi. Depresi dapat memengaruhi 1 dari 3 pasien yang pulih dari serangan jantung. Kondisi ini sering menurunkan gairah seks, dan pada pria, dapat menyebabkan disfungsi ereksi.
Tidak berarti Anda tidak bisa/boleh berhubungan seks
Meskipun penyakit-penyakit dapat menyebabkan gairah seks hilang, bukan berarti Anda harus menyerah pada keadaan.
Jangan malu untuk membicarakan hal ini dengan dokter. Bicarakan apakah pengobatan yang Anda lakukan memiliki pengaruh terhadap kehidupan seksual Anda atau tidak. Jika Anda merasa butuh bantuan psikolog atau seksolog untuk membicarakan hal ini, lakukanlah segera. Tidak ada alasan Anda tidak bisa atau tidak boleh menikmati kedekatan dan keintiman sepanjang hidup Anda.
Dengan izin dokter, Anda mungkin boleh melanjutkan kehidupan seks sepenuhnya. Namun, Anda juga lebih harus berhati-hati, misalnya menggunakan posisi yang tidak terlalu membebani, atau menjadwalkan seks di waktu yang tepat.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar